Beranda / Romansa / With Mr. Old / Bab 2 - Bertemu Nyonya Exietera

Share

Bab 2 - Bertemu Nyonya Exietera

Penulis: Indah Khairunnisya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kediaman Exietera

Dengan ogah-ogahan Belle mengikuti langkah Marlon, yang menariknya menuju pintu utama Exietera. Dia sangat malu, sungguh! Berulang kali Rose telah mengajak Belle berkunjung ke rumah sang nenek, minta ditemani, sesering itu pula dia menolaknya. Kini Marlon malah menyeretnya menghadap nyonya besar.

Setahu Belle nyonya besar Exietera sangat angkuh, ibunya Marlon, tidak lain tidak bukan adalah nenek kesayangan Rose Miller. Selama ini Belle hanya mendengar dari cerita orang betapa buruknya sikap beliau. Meski belum bertemu langsung Belle pernah melihat gambar wanita itu di majalah.

Keluarga mereka pebisnis besar, tak heran bangunan tinggi di depannya menjulang kokoh bak singgasana. Belle tidak ingat semalam bermimpi apa? Sehingga bisa berada di rumah ini berhadapan dengan Gloe. Wanita setengah abad, anehnya masih sangat terlihat cantik.

"Marlon, kau membawa anak siapa?" Gloe menatap sinis Belle, sebagai kesan pertama yang tidak asyik.

"Ah, Ibuku sayang, kupikir kau mengingat ucapanku kemarin malam. Aku akan membawa calon istriku." Marlon melirik bangga Belle, mengamati wajahnya sudah semerah tomat.

"Apa?!" Terang saja Gloe syok, menatap Belle balik, lalu menggeleng keras. "Kau bercanda, ini di luar ekspetasiku, dia masih sangat muda untuk menikah."

Benar, itu sungguh menggelikan, lanjut Belle di dalam hati.

Marlon menyeringai lebar saat melihat Belle bergidik. Memeluk pinggangnya dari samping, dan berbisik. "Semakin sering kau geli saat membayangkanku, maka semakin cepat juga kita akan menikah."

Spontan Belle membeliak, menepis tangan Marlon. Sialnya lelaki tua itu malah mempererat pelukan. Dia sama sekali tidak tahu malu. Belle meringis kecil tatkala satu tangan Marlon meraih wajahnya, memaksa gadis itu mendongak, sementara ekspresi wajah Gloe sudah seperti kebelet buang air.

Menyalahi pilihan Marlon yang ternyata menyukai anak kecil, Gloe sangat ingin menentang, tetapi bagaimana? Keinginannya mendapatkan cucu laki-laki sudah di ujung tanduk. Gloe juga tidak menjamin jika Marlon akan segera mencari pengganti Belle.

"Iya Ibu, namanya Belle, gadis kecil ini memang masih muda, tapi dia sudah tidak sabar," kata Marlon mengada-ngada, berusaha menyakinkan sang ibu, dan melanjutkan. "Kita juga sama-sama suka, saling mencintai, Belle juga menerimaku apa adanya. Hmm, dia bilang kalau cinta tidak memandang usia. Iya kan calon istriku?"

Belum sempat menyangkal, Marlon mendahuluinya dengan mendorong kepala Belle hingga terangguk-angguk. Astaga! Lama-lama dia bisa mati berdiri karena malu. Marlon sangat keterlaluan. Mereka terpaut usia 20 tahun, bahkan baru saja bertemu. Bagaimana bisa langsung menikah? Belle hanya tersenyum masam saat Gloe mempersilakan duduk di ruang keluarga.

"Baiklah, kalau begitu silakan duduk, aku perlu mengenalmu lebih jauh." Sesaat Gloe berlalu, sontak Belle menggeleng.

"Ayo!" ajak Marlon sambil mengayunkan tangannya agar Belle mengikuti.

Tetap diam di tempat Belle mencoba memahami situasi. Kantung matanya berkedut menatap sekitar. Kini Marlon sudah menyeretnya, Belle tidak kuasa menolak, pegangan serta tarikannya begitu kuat bahkan kulitnya sampai memerah.

Menyadari Belle kesakitan Marlon pun melepaskan. Keduanya mematung di tengah jalan dengan satu arah pandangan, menatap kulit putih Belle yang kini bercabit merah. Kedua mata Belle memanas tidak lama gadis itu menangis keras, buru-buru Marlon menghela tubuh mungilnya ke pelukan.

"Cup, cup, Sayang, jangan menangis," ucap Marlon menepuk punggung Belle, alhasil tangisannya semakin kencang.

"Huaaa, Ibu ..."

"Astaga, Marlon! Kenapa dia bisa menangis?" Gloe melotot, merasa terganggu dengan teriakkan Belle.

"Aku tidak sengaja melukai pergelangan tangan Belle, tetapi sungguh, aku sama sekali tidak bermaksud menyakitinya."

"Nyonya Gloe tolong aku, anakmu sudah tidak waras, aku tidak ingin menikah ..." Mmph! Di dalam ciuman Marlon Belle mendelik, dia memang sakit jiwa. Gloe ada di depan mereka, dan dia sanggup menciumnya seperti orang kelaparan.

Memutar bola mata Gloe memilih pergi, memberi ruang kepada pasangan aneh bin ajaib yang telah berhasil membuat wanita itu pusing tujuh keliling. Gloe sempat berpikir gadis pilihan Marlon seorang model terkenal, nyatanya gadis muda yang kumel. Menaruh bokong di kursi kebesaran, Gloe membuka kipas cantiknya, mengibaskannya sambil menunggu kedatangan Marlon.

Tidak berlangsung lama Marlon dan Belle datang, kepala gadis itu menunduk seakan-akan menghindari kontak mata dengan Gloe. Demi apapun Belle merasa sangat malu. Ketika Belle pikir bibirnya ini tercipta hanya untuk satu lelaki yang jelas bukan Marlon, kini impian itu telah sirna.

Marlon Exietera sudah menciumnya lebih dari sekali. Kalau saja mencuri ciuman termasuk sebuah pelanggaran, maka Belle sudah melaporkan lelaki tua itu ke pihak berwajib.

"Katakan padanya jangan menunduk terus, aku perlu berbicara," ujar Gloe sewot, jika bukan karena seorang cucu sudah sejak tadi dia tolak mentah-mentah.

Memutar bola mata jengah, lalu Gloe melanjutkan. "Apa dirinya tidak diajarkan bagaimana cara bersikap saat diajak berbicara dengan orang yang lebih tua?"

Tidak sabar melihat reaksi Belle, akhirnya Marlon bertindak. Mendorong pundak gadis itu hingga terduduk menghadap nyonya besar Gloe. Kedua pipi Belle bersemu, sisa dari rasa malunya yang belum hilang. Sepasang mata Gloe menatap Belle dengan intens, lalu beralih pada wajah tegang Marlon di sisi kursi.

Berasa ingin diintrogasi.

"Apa pekerjaan ayahmu? Ibumu? Keturunan dari keluarga mana? Kapan terakhir kali kau tidur bersama ibumu? Kenapa kau menyukai anakku? Kuberitahu padamu jika Marlon egois, dia punya kebiasaan buruk yaitu suka menguasai tempat tidur."

Marlon menggaruk tengkuk belakangnya, dia jadi salah tingkah, ketika mengingat telah banyak korban tendangnya apabila tidur ditemani. Tidak peduli mau lelaki atau perempuan. Gloe sendiri pernah terkena tendangan bebas. Waktu itu Marlon mendadak flu, tujuannya hanya ingin menjenguk, tetapi malah ketiduran. Percaya atau tidak saat bangun tidur Gloe sudah terdampar.

"Ibu, untuk Belle cintaku, aku siap berbagi ranjang," sangkal Marlon disusul kekehan, geli sendiri atas kebiasaannya yang aneh.

Mungkin, itu menjadi salah satu dari sekian alasan kenapa Marlon belum menikah. Dia selalu ingin menguasai tempat tidur seluas apapun volumenya.

"Bagus, kalau begitu! Sekarang jawab seluruh pertanyaanku, aku ingin jawaban jujur." Gloe menutup kipas tangannya, dan menatap Belle tajam.

"Eum, maaf, aku lupa apa saja yang kau tanyakan."

"Baik, akan kuulangi. Di mana ayahmu bekerja?"

"Ayahku bekerja di rumah sakit terbesar di kota."

"Wow, apa ayahmu seorang dokter bedah, kenapa aku tidak pernah melihatmu yaa ..."

"Ah, tidak, tidak, ayahku bukan dokter."

"Lalu?"

"Profesi ayahku hanya sebagai tukang parkir di rumah sakit."

What the hell? Gloe kaget, mulutnya menganga lebar, sedangkan Marlon tidak kalah syok mendengar jawaban jujur Belle. Bukan karena profesi ayahnya melainkan betapa percaya dirinya dia saat memberitahu.

Fix, Marlon sangat gemas.

Bab terkait

  • With Mr. Old   Bab 3 - Meminta doa restu Ibu dan Ayah

    Marlon rasa cukup untuk perkenalan hari ini. Dia tak menampik jika ibunya dengan Belle tidak pernah menyambung saat bicara. Kedua makhluk halus itu seperti air dan minyak. Sekarang bukan saatnya mendekatkan mereka, ada yang lebih penting dari suka atau tidak sang ibu Gloe kepada Belle, yakni mengubah sedikit sikap kekanakan menjadi lebih dewasa. Jika boleh jujur Marlon menyukai sifat polos Belle, tetapi tidak dengan cengeng.Di sepanjang perjalanan Belle cemberut, mengingat reaksi tak menyenangkan Gloe saat menyebut apa profesi ayahnya, seperti terlihat merendahkan. Ini bahkan baru di awal, dia sudah dibikin sakit hati. Gloe memang sombong.Berdeham sekali, Marlon mengambil perhatian Belle, dan berkata lirih. "Maafkan ibuku, aku pikir kau sudah mengetahui dirinya, jadi kuharap kau mengerti.""Iya, aku mendengar kabar tentang sifat ibumu, tapi tetap saja membuatku kesal.""Kau harus terbiasa oleh celotehan ibuk

  • With Mr. Old   Bab 4 - Menikah dengan Marlon

    Tidak main-main dengan perkataannya, malam itu juga Marlon menikahi Belle. Mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu, hanya disaksikan oleh beberapa orang. Setelah saksi mengatakan sah Marlon menyerahkan tangannya agar dicium Belle, dan berakhir mengecup mesra kening gadis itu cukup lama.Selesai. Kini, sepasang anak manusia yang terpaut usia 17 tahun, resmi telah menikah pada malam kamis berhujan. Ketika Marlon tersenyum lebar sarat akan bahagia, Belle malah terisak misuh.Sungguh! Belle tak pernah menyangka bisa menikah secepat ini? Apalagi nikah dengan Marlon, lelaki tua berbulu domba. Rambut mirip sangkar, berbadan tinggi besar pula."Kau membayangkanku lagi?" tembak Marlon saat menangkap Belle bergidik, dia tahu apa yang sedang gadis kecil ini pikirkan. "Bahkan, kau melihatku masih dengan pakaian lengkap. Bagaimana jika aku telanjang bulat?"Sinting! Seketika wajah Belle merah padam, antara pera

  • With Mr. Old   Bab 5 - Belle sakit panas

    Pagi-pagi sekali Marlon sudah bangun membuat sarapan untuk Belle. Di sepanjang malam gadis itu mengigau menghadapi suhu tubuh yang panas. Untungnya Marlon telah mengambil cuti, jadi tak perlu repot menghubungi para klien atau siapa pun menyangkut pekerjaan. Kondisi fisik Belle sangat payah! Padahal, mereka hanya menembus hujan dari gedung ke parkiran, tetapi dia telah tumbang.Kening Belle mengernyit sesaat merasakan tangan Marlon menyentuh kulit pipinya, sejuk, membelai lembut sambil berbisik. "Bangun, Bell, kau harus mengisi perutmu."Batin Marlon meringis, tak tega saat memeriksa tubuh Belle masih terasa panas, bahkan jauh lebih buruk dari semalaman suntuk.Apa mungkin Belle kaget?Ah, tidak mungkin, seingat Marlon dirinya bermain lembut semalam, memuja tubuh Belle begitu dalam. Tetapi sepertinya gadis itu benar-benar kaget, apalagi jika Belle sangatlah polos, dan tidak berpengalaman.

  • With Mr. Old   Bab 6 - Ketahuan Rose Miller

    "Paman, aku bosan di rumah terus." Belle merengek sambil memainkan rambut boneka barbie yang dibeli oleh Marlon.Kata Marlon boneka itu mirip dengan dirinya. Mulai dari wajah sampai lekuk tubuh. Kalau begitu kenapa dia tidak menikahi barbie saja? Kadangkala Marlon sangat dewasa, penyayang, sabar, tetapi tetap menyebalkan. Dipikirnya Belle merasa senang disamakan dengan boneka barbie. Bahkan rambutnya jauh lebih indah dari boneka jelek sialan.Sejak tadi Belle bosan di rumah.Apalagi setelah ditinggal Marlon sendirian, maka Belle akan frustrasi kalau lelaki itu terlambat pulang. Ini kelewat jenuh, Belle merindukan keadaan di luar, bertemu orang-orang, dan bersenda gurau. Hampir sebulan Belle tidak bertemu Rose, ayah, ibu, juga keempat adiknya. Di rumah Belle selalu melihat Marlon, tidak ada yang lain."Kau ingin kita berlibur bulan madu?" tanya Marlon dengan seringai nakal, buru-buru Belle menggeleng."Lebih baik uangnya ditabung, jangan boros kayak muka

  • With Mr. Old   Bab 7 - Belle kembali kuliah

    Belle bersenandung di sepanjang jalan menuju gedung sekolahnya, berkat bantuan Rose, Marlon bersedia mengantarnya hari ini dengan syarat. Tanpa berpikir panjang Belle menyanggupi asal bisa kembali menuntut ilmu, daripada kejang di rumah sendirian. Lebih baik mengasa otak supaya menambah wawasan.Yang paling utama agar dapat menghindari Marlon kapan pun dia bertingkah menyebalkan, suka ndusel-ndusel di dalam selimut. Kalau kucing tadi tidak masalah, karena cukup menggemaskan, tetapi Marlon? Walaupun mereka sesama makhluk berbulu, tentu kucing jauh lebih lucu ketimbang Marlon."Bell, masih ingat syarat-syarat dari suamimu?" Marlon memeringati lagi, sebelum Belle melompat turun dari mobil."Tidak boleh dekat dengan teman lelaki kalau aku tidak mau hamil, atau kau akan membunuhnya, benar?""Tepat, aku berkata serius, bukan peringatan semata!" tekannya penuh kecaman, menatap Belle tajam.Tak mau ambil pusing Belle mengangguk, memahami segala bentuk konsekuen

  • With Mr. Old   Bab 8 - Pembelaan Marlon

    Sejak pelayan memutuskan berhenti kerja, putra kedua Gloe jadi repot mengurus pekerjaan rumah, semua, tanpa terkecuali. Mencari pekerja baru bukan hal yang mudah, sama seperti mendapatkan pasangan. Susah! Marlon termasuk orang yang berat menaruh kepercayaan, maka dari itu dia lebih baik melakukan sendiri ketimbang apes.Cukup sudah harga diri Marlon roboh sebagai suami yang ketiban sial, bukan dilayani oleh istri tetapi malah sebaliknya. Ketika di luar penampilan Marlon bak ksatria baja hitam, gagah, perkasa. Begitu pulang ke rumah kegagahannya hilang, apalagi saat bolak balik memenuhi permintaan Belle, dia mirip kambing cunguk yang nyasar."Paman, bisa lebih cepat tidak, aku sudah telat." Belle mengentak-entak sendok pada piringnya, menunggu Marlon tidak kunjung beres menyajikan sarapan.Sesungguhnya, Marlon sangat kewalahan, mulai dari buka mata hingga tertutup kembali, lelaki itu tidak mendapat istirahat. Bahkan Marlon sudah bangun mendahului Belle. Padahal w

  • With Mr. Old   Bab 9 - Meresahkan

    Sementara Belle masih tertidur pulas, Marlon siap dengan setelan kerjanya, hendak berangkat namun juga tak tega mengusik. Menaruh memo kecil di atas meja, Marlon memilih pamit lewat tulisan singkat daripada melihat Belle menangis karena sudah dibangunkan lebih awal. Sebelum pergi tidak lupa Marlon mengecup kening Belle seraya berbisik 'Aku mencintaimu' lalu keluar sesaat meraih berkas-berkas penting.Di bawah kesadaran Belle bergumam tidak jelas dengan punggung tangan mengelap ciuman Marlon, dia semakin bergelung menikmati mimpi yang indah bersama Pangeran. Tatkala langit mendadak hitam diiringi kemunculan nenek sihir dengan tawa menyeramkan. Bahkan suara itu sanggup meruntuhkan lautan langit biru hingga memisahkan Belle dari Pangeran tampan."Demi Tuhan! Istri macam apa dirimu yang masih tidur pada jam 10 siang." Hidung Belle mengkerut mendengar samar-samar suara bass milik Gloe, tapi dia berpikir mungkin itu nenek sihir."Belle, bangun, kau tidak bisa memperbudak

  • With Mr. Old   Bab 10 - Teman kecil Marlon

    Entah apa yang membuat Gloe betah di rumah ini, Belle jadi merasa tidak nyaman bahkan hendak makan saja dipelototin sampai matanya keluar. Belle tak pernah mengadu pada Marlon jika makan siangnya dijatah, si ibu mertua memang kejam. Kini wanita tua itu tengah menyeruput kopi, Gloe terlihat asyik sendiri tanpa memedulikan Belle.Ting tong!Perhatian Belle langsung beralih ke arah pintu, Gloe yang biasa acuh terhadap suara bel, untuk pertama kali dirinya bersemangat menyambut tamu Marlon. Seorang gadis, eh? Belle mencibir saat dua manusia itu cipika cipiki, berlagak seperti calon menantu."Bibi, di mana Marlon?" Candice bertanya sambil mencondongkan wajah ke dalam. Memutar matanya seolah tak melihat Belle berdiri di belakang Gloe."Kau seperti tidak tahu Marlon saja, dia pekerja keras, baginya pekerjaan itu nomor satu." Menarik tangan Candice, dengan hangat Gloe menuntun calon mantu pilihannya menuju sofa. "Tapi, saat melihatmu aku yakin kau yang akan jadi prio

Bab terbaru

  • With Mr. Old   Bab 54 - Kedewasaan Belle

    Undangan pernikahan?Kening Marlon mengernyit saat menemukan selembar kertas undangan di meja depan rumahnya, dengan bingung pria itu pun membukanya dan membaca dalam hati. Alangkah terkejutnya dia begitu melihat nama Gloe Exietera dan Robert Downey yang tertera.Apa-apaan ini, kenapa tidak ada pemberitahuan?Dengan wajah yang merah padam dikuasai amarah Marlon pun masuk ke dalam rumah, mengurungkan niatnya yang hendak pergi kerja. Acara itu tidak boleh dilanjutkan, dia harus bersikeras melarang ibunya agar membatalkan pernikahan tersebut."Belle ...""Isabeau Chambell, kemarilah!""Sayaaang," panggilnya terus menerus.Dari arah dapur Belle datang tergopoh-gopoh, dia baru saja selesai dengan tugasnya, tetapi Marlon sudah berteriak-teriak seperti Tarzan liar. Dengan heran Belle menatap pria itu, karena dia pikir Paman Marlon sudah berangkat kerja sejak tadi."Loh, Paman, ada apa?" tanya Belle panik, apalagi saat melihat wajah Paman Marlon yang menegang, lalu dia pun bertanya lagi. "Buk

  • With Mr. Old   Bab 53 - Pelayanan ekstra

    Dari samping gadis itu Belle menyikut lengan Rose, tetapi sepertinya gadis itu tampak tidak peduli, entah apa yang ada di pikirannya sampai menerima dua orang pria asing. Dengan senyuman yang manis Rose menampilkan wajah terbaiknya, dia begitu ramah sekali, sementara Belle seperti orang kebingungan."Ngomong-ngomong kalian sudah semester berapa?" tanya salah satu pria dari mereka, kalau tidak salah namanya adalah James."Oh ... Aku semester 4, kemungkinan sebentar lagi akan wisuda." Rose mengerjapkan matanya beberapa kali, Belle bisa melihat dengan jelas jika sahabatnya itu sedang tebar pesona. "Kalau kalian?""Kami berdua sudah kerja," jawab yang satu lagi, namanya kalau tidak salah juga Nial.Rose dan kedua teman barunya itu pun langsung akrab, mereka berbicara dengan panjang kali lebar, bahkan melupakan Belle yang masih duduk di situ. Dengan perasaan yang tidak enak semampunya Belle bersikap biasa saja, dia tahu Rose sakit hati oleh Liam, tetapi tidak seperti ini juga caranya.Masi

  • With Mr. Old   Bab 52 - Rose dan Belle

    Seperti rutinitas pagi biasanya Belle menyiapkan keperluan Paman Marlon dan William sebelum berangkat, wanita berumur 23 tahun itu dengan gesit menjalankan tugas yang sudah menjadi santapannya sehari-hari. Semua itu Belle lakukan dengan hati yang riang dan bahagia.Tidak lupa sebagai istri dan ibu yang baik Belle juga memberikan bekal makanan bergizi, selain untuk kesehatan, tentunya bisa lebih sedikit menghemat. Bukan Belle pelit, hanya saja dia baru menyadari ternyata keuangannya menurun drastis sejak William lahir hingga saat ini."Paman, hari ini makan malam di rumah saja ya," pesan Belle sambil menaruh bekal di hadapan Paman Marlon yang sedang mengenakan sepatu."Kau memasak makanan kesukaanku?" tanyanya."Ah, tidak, aku hanya ingin kau sedikit berhemat saja.""Berhemat?" Kening Marlon mengernyit, tetapi belum sempat dia bertanya lagi Belle sudah berlalu di depan sambil menggandeng William.Sejenak Marlon terdiam, dia melirik bekal yang sudah Belle siapkan di depan matanya. Bekal

  • With Mr. Old   Bab 51 - Pasal potong bulu

    Hari ini Marlon sangat badmood, suasana hatinya yang tidak menentu membuat pikiran meracau ke mana-mana, entah apa yang sebenarnya terjadi pada Gloe. Sebagai seorang anak Marlon tahu persis pria seperti apa Edward, dia pasti hanya memanfaatkan ibunya, apalagi perbedaan umur mereka sangatlah jauh.Tetapi yang lebih menjengkelkan Belle malah membela Edward, bahkan mendukung ibunya yang sedang puber kedua itu."Paman, kenapa William belum pulang ya?" Belle bangkit dari duduknya, wajah wanita itu tampak cemas, wajar saja karena sudah hampir pukul 10 malam William juga tidak kunjung pulang."Mungkin saja menginap di rumahnya Rose," jawab Marlon sambil memijat pelipisnya yang mulai terasa berat, dia tidak bisa menutupi betapa bingungnya saat ini, apalagi mengingat sang ibu meminta restu."Tapi teleponku tidak jawab oleh Rose, dokter Liam juga ponselnya tidak aktif," keluhnya benar-benar begitu cemas, dengan gusar Belle pun berjalan ke arah jendela dan mengintipnya sedikit.Enggan menyahut l

  • With Mr. Old   Bab 50 - Karma

    Wajah Belle merah padam, Paman Marlon memang paling bisa membuat dirinya tersipu hingga memerah sampai di sekujur tubuhnya. Untuk pertama kali setelah sekian lama menikah pria itu mengajak Belle melakukan sesuatu yang baru, dan memberikan sensasi yang beda terhadap tubuh polosnya tersebut.Menepuk pipinya berulang kali dengan semaksimal mungkin Belle berusaha mengembalikan napas dan pikirannya yang kacau, semua itu berkat ulah Paman Marlon, dengan segala trik dan permainan yang aneh."Kau sudah siap, Sayang?" tanya Marlon sambil membawa segelas teh hangat untuk Belle, sebagai suami yang baik dia tentu tahu apa yang istrinya butuhkan setelah berendam bathtub selama 4 jam.Belle menoleh, tangannya masih menggosokkan handuk pada rambutnya yang basah, lalu dia bertanya. "Aku ingin susu cokelat hangat, Paman.""Oh, iya?" Paman Marlon tampak menggaruk tengkuknya, lalu dia menyengir. "Tidak apa-apa, minum teh saja dulu, biar tubuhmu menjadi hangat."Tanpa persetujuan Belle, dengan cepat Marl

  • With Mr. Old   Bab 49 - Mandi bareng?

    Dengan sempoyongan Marlon pulang sedikit larut, untuk menghilangkan stres yang menikam kepalanya dia berhasil menghabiskan dua botol alkohol, dan sedikit hiburan. Telepon sengaja dia matikan, Marlon seakan lupa akan janjinya yang baru kemarin dia tangguhkan. Perkataan Miller saudaranya itu cukup mempengaruhi, sehingga Marlon menjadi pusing."Kau habis dari mana saja, Paman?" tanya Belle yang berdiri di ambang pintu, wajahnya begitu merah membara."Aku habis bertemu dengan Miller," jawab Marlon."Ayahnya Rose?" Wanita itu bertanya lagi, kali ini Marlon hanya mengangguk, lalu melewati Belle begitu saja. "Kenapa kau tidak membawaku ke rumah Ibu mertua, aku kan juga ingin berkunjung menemuinya.""Aku hanya bertemu dengan Miller." Dia menegaskan, seraya mengambil handuk yang menggantung di rak.Menghela napas lelah Belle hanya menatap kepergian Paman Marlon, lalu menghilang di balik pintu kamar mandi. Entah apa yang merasukinya? Terus terang, Belle merasa bingung dengan sikapnya Paman Marl

  • With Mr. Old   Bab 48 - Merenungi nasib

    Dengan dagu yang terangkat tinggi Belle menghadap Victoria, tatapannya setajam silet, dan wajahnya yang manis seketika berubah sangar. Inilah wanita murahan yang telah menggoda Paman Marlon, dia pikir Belle takut dengannya. Oh tidak! Sekalipun Belle hanya ibu rumah tangga biasa dan tidak berpendidikan tinggi, dia termasuk wanita yang cerdas bahkan pemberani.Marlon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia jelas bingung dan serba salah, terlebih lagi ini masih dalam kawasan Kantor.Seharusnya, Marlon tidak membawa Belle, tetapi karena istri kecilnya itu memaksa, jadi dia tidak ada pilihan selain mengikuti keinginannya yang aneh."Ayo, tadi katanya ada yang mau diomongin sama Victoria," ujar Belle sambil melipat tangannya di dada, dia mendorong pundak Paman Marlon ke arah Victoria yang syok melihat kehadirannya.Pria itu mengangguk, lalu dia melewati Belle, dan duduk bersebelahan dengan Victoria. "Bagaimana dengan rapat pagi ini, Vic?""Semuanya berjalan baik, Tuan, hanya saja mereka

  • With Mr. Old   Bab 47 - Paman Marlon mesum

    Mobil hitam milik Marlon berhenti di depan sekolah Internasional yang dipilihnya setahun lalu, King William begitu tampak ceria dan bersemangat, tentu setelah beberapa hari bolos sekolah karena suatu hal. Dengan wajah yang berseri-seri anak kecil itu melompat dari mobil, lalu melambaikan tangannya kepada sang ibu."Kau tidak jadi mengantarnya, Bell?" tanya Paman Marlon dengan bingung, karena Belle tidak kunjung turun menyusul William, bahkan dia malah membalas lambaian tangannya."Tidak jadi.""Loh, kenapa?" Marlon tampak berpikir, dia semakin bingung melihat tingkah Belle yang aneh."Aku ingin ikut ke Kantor bersama, Paman," jawabnya.Untuk seperkian detik Marlon terdiam, dia menatap tajam, lalu menggeleng dengan gusar."Kenapa, tidak boleh ya? Takut ketahuan selingkuh? Atau mungkin malu punya istri yang aneh begini." Belle mengomel seraya memajukan bibirnya yang tipis, terlalu kesal membayangkan berbagai persepsi yang baru saja dilontarkannya.Marlon menggaruk tengkuknya yang tidak

  • With Mr. Old   Bab 46 - Rose cemburu

    "Ugh, menyebalkan!" Belle mencibir Marlon yang tengah berolahraga di gazebo depan, sedangkan dia baru saja selesai dengan ritual mandinya.Pria memang seperti itu, katanya saja tidak akan melakukan apapun jika si wanita enggan, tetapi yang terjadi Paman Marlon tetap memaksanya untuk bercocok tanam.Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Belle mengamati Paman Marlon yang merenggangkan otot-otot tubuhnya, dia memang kelihatan seksi dan panas di usia yang tidak lagi muda. Mulai dari otot lengan, otot tubuh, sampai otot yang di bawah semua terbentuk dengan sempurna."Bell, kau sudah selesai, Sayang?" tanyanya sesaat mendapati dirinya yang bersandar di ambang pintu.Wanita itu mengangguk, Belle masih berdiam diri tanpa mengubah posisinya sedikitpun. "Sudah, dan aku sangat menyesal karena tidur denganmu tadi malam.""Menyesal atau nagih?" Marlon menyeringai lebar."Menyesal." Dengan wajah yang merah padam Belle membuang muka, dia paling tidak bisa jika Paman Marlon sudah menggodanya.

DMCA.com Protection Status