BRUKKKK!!!
Akbar merasa kalau tubuhnya remuk redam dihajar oleh kedua orang tua Tria beserta kakaknya. Mereka bertiga tanpa ba bi bu lagi kompak menghajarnya tanpa ampun.
"STOPPPP! Udah cukup ya kalian semua ngejadiin anak gue sebagai samsak hidup. Kalo gue boleh usul ya Sa, Lia, kalian tanyain juga dong si Tria kenapa dia bisa kolaborasi dengan anak gue di dalam video? Karena kalau menilik dari TKPnya, eksekusinya itu kan di apartemen Akbar. Yang artinya anak lo kan yang ke sana? Mereka berdua udah suka sama suka itu. Udah kita nikahin aja si Akbar sama Tria. Lo mukulin anak gue sampe mati juga nggak akan nyelesein apa-apa." Dewa berdiri di antara anaknya dan tiga orang bar bar yang sedari tadi seperti tidak puas-puasnya menghajar anaknya.
"Emang nggak nyelesein apa-apa, tapi seenggaknya gue puas, Wa!" Lia mengalihkan pandangannya pada Akbar yang saat ini sudah babak belur. Namun ternyata ia masih sanggup berdiri.
Tria duduk dengan gelisah. Konfrensi pers yang diselenggarakan oleh keluarganya dan keluarga Dewangga akan dimulai sepuluh menit lagi. Akbar memang sudah mempersiapkan segalanya. Akbar tahu akan ada konsekuensi dan sanksi yang akan diterima oleh keluarga besar mereka berdua, terutama Tria. Sebagai seorang perempuan, nama baik Tria memang sudah hancur tidak bersisa. Oleh karena itulah ia akan mengklarifikasi semuanya hari ini.Pihak stasiun televisi yang menyiarkan live streaming juga telah mendapatkan sanksi berupa penghentian dan pengurangan durasi tayang untuk acara live dan talk show yang biasanya ditayangkan secara live oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Hukuman ini dianggap setimpal karena stasiun televisi dianggap telah lalai dalam mengawasi jalannya acara yang live streaming. Karena dalam acara live, kadang bisa terjadi kesalahan teknis di lapangan tanpa bisa di edit lagi. Oleh sebab itu, seharusnya acara live harus lebih diperhatikan persiapa
Altan melajukan mobil sportnya dengan kencang. Entah mengapa akhir-akhir ini hatinya sering sekali merasa kesal dengan pasangan para sahabat oroknya. Kerja mereka kalau tidak mukulin orang ya itu, 3N alias Nyindir-Nyindir Nyinyir melulu. Apa mereka semua tidak tahu kalau sebelum dua sahabat oroknya itu memilih mereka, dia lah yang selalu melindungi para wanita-wanita mereka berdua.Istilah kasarnya, nangis-nangisnya di gue, eh bahagianya di lo lo pada. Sudah begitu mereka berdua tidak tau terima kasih lagi. Untung saja ia adalah Altan Wijaya Kesuma dan bukan penyair seperti Mas Sudjiwo Tedjo. Coba saja ia itu Mas Djiwo, pasti ia akan bilang ; aku pernah menjadi tempat setelah bahagiamu habis, yang kau bagi dengan deras air mata. Dan menampung luka dari hasil perbuatan lelaki lain. Bisa ia bayangkan bagaimana Bintang dan Tria akan ngakak parah saat melihat gayanya berpuisi. Apalagi jika ditambah dengan ekapresi mata dibuat pura-pura sendu dan air muka yang
Para preman telah di gelandang oleh beberapa orang polisi yang datang sekitar setengah jam kemudian. Lokasi pengeroyokan Thomas menjadi ramai saat para masyarakat sekitar ingin melihat keadaan Thomas dan menjadi citizen jurnalism dadakan. Adegan video memvideokan dengan caption yang sensasional sebentar lagi pasti akan viral di dunia maya. Beginilah fenomena masyarakat kita akhir-akhir ini. Orang sedang kesusahan bukannya ditolong eh ini malah di videoin.Tria memperhatikan Thomas terus saja menundukkan wajahnya dan sama sekali tidak mau melihat ke arah kamera. Karena semakin banyaknya orang-orang yang berdatangan ke lokasi, Thomas membuka kaosnya dan melilitkannya ke kepalanya. Tria takjub melihat cara Thomas yang bisa bergerak secepat itu dalam menutupi wajahnya dan hanya menyisakan penampakan kedua matanya saja. Thomas sepertinya sudah ahli sekali melakukannya. Itu pun Thomas masih saja gelisah. Ia berulang kali membetulkan letak kacamatanya sambil terus menu
Sebulan kemudian.Hari ini adalah hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh Tria dan Akbar, yaitu hari pernikahan mereka berdua. Selama sebulan ini mereka sibuk wara wiri ke sana ke mari mengurus persiapan pernikahan mereka. Semuanya mereka kerjakan berdua. Akbar menolak bantuan dari kedua orang tuanya. Akbar beralasan kalau ia ingin mengalami sendiri segala kerepotan, keruwetan dan kesibukan dalam mengurusi pernikahannya sendiri.Kedua keluarga besar hanya kebagian masalah catering makanan saja. Dan ternyata itu pun sudah di handle dengan baik oleh sahabat oroknya, Bintang. Masalah catering semua menjadi urusan restaurant nusantara Nikmat Rasa, kepunyaan keluarga besar ibu Bintang, Tante Senjahari. Keluarga Tria hanya tinggal terima beres saja. Mereka memilih makanan khas nusantara seperti nasi goreng, atau mie goreng bagi yang tidak menyukai makan nasi. Gurame asam manis, sup ayam, berbagai macam sate, ayam goreng telur asin, dan berbag
"Saudara Adzan Akbar Dewangga bin Airlangga Putra Dewangga, saya nikahkan engkau dengan anak perempuan saya, Naratria Abiyaksa binti Narasangsa Abiyaksa dengan mas kawin sebuah mobil Ferrari dan seperangkat alat sholat sudah dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Naratria Abiyaksa binti Narasangsa Abiyaksa dengan mas kawin sebuah mobil Ferrari dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Akbar dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?"Tanya Pak Penghulu."Sahhh!""Alhamdullilahhhh."Tria, Akbar dan kedua belah pihak keluarga besar menarik nafas lega. Akhirnya pernikahan mereka sah dan berjalan lancar tanpa ada halangan. Alhamdullilah. Sesungguhnya Tria deg-degan takut akan ada insiden lagi seperti bulan kemarin. Tria melihat Akbar juga berkali-kali menarik n
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.25 WIB dini hari. Resepsi pernikahan mereka sukses besar. Para tamu mengatakan bahwa selain makanannya yang memang enak dan memanjakan lidah, acara dan juga konsep pernikahan mereka sempurna. Banyak teman dan relasi yang berniat untuk mencontek konsep pernikahan mereka ini. Tapi satu hal yang membuat Tria mengatakan kalau konsep pernikahan ini bagus adalah mereka tidak harus berdiri kaku di pelaminan selama berjam-jam yang melelahkan. Konsep intimate party yang diusung oleh Akbar dan EO yang di hire-nya, membuat mereka bisa santai berjalan ke sana ke mari menyapa tamu, dan duduk sejenak bercengkrama dengan mereka. Kesan santai yang sengaja diusung membuat suasana menjadi rileks dan tidak kaku. Makanya bila para pengantin lain mengeluh pegal dan capek luar biasa, tapi Tria merasa biasa-biasa saja. Yang menyusahkan baginya adalah harus melepaskan segala pernak-pernik hiasan kepalanya dan juga make up tebalnya. Itu lah hal yang paling ribet menurutnya.
Hari demi hari berlalu. Tria menikmati perannya sebagai seorang istri. Setiap pagi ia membantu mama mertuanya menyiapkan sarapan. Ia memang belum bisa memasak seenak Mama Ory. Tetapi ia selalu mengimbanginya dengan tatanan makanan yang cantik. Dengan teliti ia menyusun makanan-makanan itu hingga terlihat cantik dan indah dipandang. Suami dan papa mertuanya sampai merasa sayang saat harus mengobrak-abrik nasi goreng yang sudah dihias cantik oleh Tria.Akbar tetap kaku dan datar seperti biasanya. Hanya saja sekarang ia tidak begitu workaholic lagi. Ia selalu berusaha pulang tepat waktu dan makan malam bersama di rumah. Tria juga selalu menyelesaikan tugas-tugas di kantornya lebih awal agar ia sempat membantu mama mertuanya menyiapkan makan malam bagi mereka sekeluarga. Bu Hanim yang biasa sangat suka menindasnya sekarang malah menjadi sekutunya.Bu Hanim sebenarnya adalah sosok pribadi yang baik. Hanya saja ia sangat antipati dengan wani
Dengan tangan gemetaran Tria membimbing Akbar masuk ke dalam kamar. Ia kebingungan sendiri harus mulai mengobati Akbar dari bagian mana dulu. Ia ngeri melihat penampakan suaminya. Akbar akhirnya memutuskan agar ia mandi saja terlebih dahulu baru Tria mengobati luka-lukanya. Melihat bibir Akbar yang pecah dan luka-luka, Tria berinisiatif untuk memasakkan suaminya bubur saja agar lebih mudah ditelan. Tria bergegas ke dapur. Meminta tolong pada ART untuk membuatkan Akbar bubur putih yang lembut. Ia membuka laci kotak obat dan membawa kotak P3K serta sekantung es batu. Saat ia kembali ke kamarnya, suaminya telah selesai mandi. Saat ini ia hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong putih.Tria duduk di samping suaminya seraya menatap ngeri luka-lukanya. Ia kemudian menempelkan es batu pada luka-luka memar dan lebam di wajah Akbar. Sedari tadi Tria tidak mengucapkan sepatah kata pun selain kata kata, abang kenapa, yang juga tidak dijawab oleh Akbar. Tria mengolesk
"Bang, Tri hamil lagi," Tria memberikan test pack pada Akbar dengan raut wajah lesu. Maira baru berusia tiga bulan dan ia sudah hamil lagi. Apa kata dunia coba? Rasanya baru kemarin ia merasakan sakitnya melahirkan, dan beberapa bulan lagi ia akan kembali merasakan sakit yang sama. Lama-lama ia merasa mirip dengan si Cikur. Kucingnya Bik Sari yang anaknya juga banyak."Alhamdullilah."Akbar mengucap doa syukur karena telah diberikan kepercayaan kembali olehAllahuntuk mengasuh seorang anak. Baginya tidak masalah seberapa anak yang dititipkanAllahpadanya. Selama ia mampu mendidik dan membesarkan mereka, ia akan menerima seberapa di kasihnya saja. Anak adalah rezeki."Kenapa kamu murung begitu sih, sayang? Kamu tidak bahagia diberi kepercayaan oleh Allah untuk dititipi seorang anak lagi?" Akbar menghampiri istrinya yang terduduk lemas di sofa kamar. Sepertinya is
Tria membaringkan tubuh lelahnya yang berbalut bath rope di atas ranjang. Waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam. Hari ini adalah hari pernikahan ulangnya dengan Akbar. Dari pagi buta tadi ia sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dimulai dari make up, hingga persiapan mental dan spiritualnya dalam memulai hidup baru lagi sebagai sepasang suami istri dengan Akbar. Dan semua itu benar-benar menguras energinya. Ia dan Akbar memang tidak ingin menggelar acara pernikahan besar-besaran. Toh mereka hanya akan melaksanakan ijab nikah ulang. Lain dengan saat pernikahan mereka yang pertama kali pada enam tahun yang lalu. Waktu itu pernikahan mereka sangat megah, sakral dan meriah. Maklum saja pernikahan pertama kalinya.Para tamu undangan yang sebagian besar adalah keluarga dan kerabat dekat sudah membubarkan diri semua. Sebelum membubarkan diri mereka terus saja meledeknya dan Akbar dengan candaan-candaan berbau mesum. Papa Dewa mala
Hari ini adalah hari ulang tahun mama mertuanya. Sedari pagi hari Azka sudah ribut ingin memberikan hadiah istimewa untuk oma tercintanya. Ia bahkan dengan rela memecahkan celengan ayamnya untuk memberikan hadiah yang spesial dari uangnya sendiri. Saat putranya bingung ingin memberikan hadiah apa karena uangnya tidak banyak, ia mengusulkan untuk membuat kue ulang tahun saja.Jadilah siang hari ini mereka sibuk berjibaku di dapur membuat cake yang bagus untuk mama mertuanya. Kemarin ia sudah resmi resign dari hotel dan akan segera kembali bekerja pada perusahaan ayahnya mulai senin depan. Jadi ia mempunyai waktu seminggu penuh untuk beristirahat dan leyeh-leyeh di rumah bersama dengan putra dan juga keluarga angkatnya. Mulai minggu depan ia dan Azka akan tinggal bersama dengan Akbar di rumah kedua orang tuanya setelah mereka berdua kembali menikah ulang. Ia tahu walaupun tidak ada ucapan talak, cerai atau pun pegat dari Akbar, tetapi mereka berdua telah ber
"Bagaimana Dama? Kamu ini kan ratu drama. Mau merasakan bagimana rasanya jantung kamu kayak dicubit-cubit gemes gitu?" Tria menatap santai Dama yang seketika terdiam. Raut wajahnya serba salah. Inilah sifat manusia yang sebenar-benarnya. Giliran salah, dengan mudahnya berucap maaf. Tapi bila keadaannya dibalik, langsung diam seribu bahasa. Tria berdiri dari tempat duduknya. Hari ini ia ingin membuang semua kesakitan, ketakutan dan hantu masa lalu yang terus membayangi hidupnya selama enam tahun ini. Mumpung hantunya memang sedang ada di sini. Tria menghampiri tempat duduk Michael dan duduk tepat di sisinya. Ia kemudian memandangi Michael dengan mesra. Napas Mike terlihat tersangkut-sangkut di lehernya. Dama tidak bisa bersuara tetapi ia memandangi perbuatan Tria dengan tatapan marah dan tidak rela.Rasa sakit hati tingkat pertama, batin Tria. See?Baru juga berandai-andai si Dama ini sudah terlihat seperti iklan orang yang sedang sakit asma
Semenjak tempat persembunyiannya ketahuan, kehidupan Tria yang selama enam tahun ini tenang, seketika riuh rendah. Dimulai dari kedatangan kedua orang tuanya beserta Tama dan Liz. Kedua mertuanya dan tentu saja sahabat oroknya Bintang dan Altan. Bintang nyaris mencekik lehernya karena kesal ditinggal kabur begitu saja selama enam tahun lamanya. Altan bahkan ingin menanamkan chips di tubuhnya agar ia bisa melacak jejaknya kalau-kalau suatu hari ia akan kabur lagi. Untuk pertama kali selama enam tahun hidup merananya, Tria tertawa. Dua sahabat oroknya emang gokil abis.Banyak orang yang mengata-ngatainya bodoh, terlalu idealis, hanya karena masalah kecil sampai kabur sebegitu lamanya. Ia tidak menyalahkan pemikiran mereka. Mereka bisa berkata seperti itu karena mereka belum mengalaminya sendiri. Apakah ia menyalahkan orang-orang yang menyebutnya bodoh dan lebay itu? Tidak sama sekali. Kondisi batin tiap orang itu berbeda-beda. Mereka yang mengatakannya bodoh
Tria mendorong troley berisi kebutuhan untuk membersihkan kamar para tamu-tamu hotel saat suara bergetar sarat kerinduan memanggil lirih namanya. Tria sontak menoleh spontan.Adzan Akbar Dewangga dan Azka, putra kesayangannya! Bagaimana putranya bisa bersama dengan Akbar!Tanpa banyak bicara lagi, Tria meninggalkan begitu saja troleynya dan bermaksud untuk segera berlalu secepat mungkin dari tempat ini. Ia belum sanggup untuk bertatap mata kembali dengan suami pembohongnya. Suami. Bibir Tria terasa kebas saat menyebut kata suami."Room maid Rara. Apa seperti ini sikap seorang karyawan hotel bila sedang bertugas? Meninggalkan tamu begitu saja? Apakah seperti ini juga hasil briefing yang setiap pagi ditekankan oleh Bu Sari terhadap para bawahannya dalam house keeping departement? Tidak memberi salam pada tamu dan meninggalkan troley begitu saja di koridor? Begitu room maid Rara?" Langkah Tria terhenti.
"Iya, Nak. Itu photo Ayah dan Bunda sewaktu menikah dulu. Kamu sudah sebesar ini sekarang ya, Nak?Alhamdullilah ya, Allah. Alhamdullilah. Alhamdullilah. Alhamdullilah." Akbar terus menerus mengucap syukur seraya memeluk erat putranya yang juga balas memeluk tak kalah erat. Akbar merasa kalau tangan kecil putranya sampai gemetaran. Mereka berdua menangis keras di sudut jalan. Suara sedu sedan mereka segera saja menarik minat pengguna jalan lainnya. Akbar dengan cepat menggendong putranya masuk ke dalam mobil. Ia tidak ingin menjadi tonton gratis dan akhirnya viral di dunia maya."Sini, Nak. Duduk dipangkuan ayah. Ayah masih rindu." Akbar mengangkat tubuh putranya ke atas pangkuan. Ia masih tidak percaya kalau putranya telah ia temukan. Eh salah, putranya lah yang menemukannya. Putranya ini begitu cerdas dan tampan. Tria telah merawatnya dengan baik."Kata Om Thomas, Azka tidak boleh lagi duduk dipangku depan di bawah stir mobil. Azka sudah be
"Ka--kabar baik Se--Pak Sena." Tria menjawab tergagap pertanyaan Sena seraya terus mundur-mundur karena Sena terus maju mendekati tempatnya berdiri."Bapak tamu kamar ini ya? Saya--saya melihat kalau kamar ini sudah vacant clean, Pak Sena. Door entrance, skirting, desk table, chairs, window frame, coffee table, bed side table, wardrobe, semua sudah dalam keadaan clean. Bahkan wall, furnitures, paintings, lamps, floor, linen, dan ceiling pun dalam keadaan vacant clean. Saya tidak mengerti di mana letak ketidakrapiannya. Saya bahkan sudah double check dengan--""Kalau saya bilang tidak rapi ya tidak rapi, kan saya tamunya." Jawab Sena santai sambil terus maju. Tria sampai terduduk di ujung ranjang karena tidak bisa mundur lagi."Tapi ini sudah rapi semua Pak. Tidak ada lagi yang harus saya kerjakan di-- astaga! Apa yang Bapak lakukan?" Tria kaget saat Sena menariknya berdiri, dan meraih ujung duvet cover secara
Enam tahun kemudian."Azkaaa... cepetan dong pakai sepatunya. Bunda sudah terlambat ini. Nanti kalau gaji Bunda dipotong kita nggak bisa beli puzzle lagi lho."Seorang wanita muda yang terlihat kerepotan membawa dua bungkus plastik besar yang berisi makanan, meneriaki seorang bocah TK yang terlihat buru-buru memakai sepatunya. Si wanita muda menyerahkan bungkusannya kepada seorang pria gagah berkaca mata yang menunggu ibu dan anak itu di atas sepeda motornya. Si pemuda gagah menerima bungkusan makanan dan menyusunnya rapi agar tidak tumpah atau terbalik-balik isinya. Ketika si ibu kembali berteriak memperingatkan putranya sekali lagi, si pemuda tersenyum geli. Ibu dan anak ini selalu saja ribut setiap pagi."Azka sudah siap kok ini, Nda. Ya sudah kalau kita nggak bisa beli puzzle lagi, kita beli lego aja kali, Nda. Gitu aja kok repot." Si anak TK balas berteriak seraya berlari-lari kecil menyusul om dan bundanya ya