Menikah adalah proses menyatukan dua insan dalam mahligai rumah tangga, dimana pernikahan itu akan menjadi hari paling membahagiakan bagi pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.
Namun tidak dengan Keyra. Ia mematut dirinya di depan meja rias, matanya menatap lesu pada bayangan dirinya yang tengah mengenakan baju kebaya berwarna putih dengan make up yang tidak terlalu tebal. Ia tampak terlihat lebih dewasa dari pada biasanya. Kebaya yang mengekspos pundaknya yang putih dengan belahan dadanya yang tinggi. Kebaya tersebut tampak begitu pas dan cantik membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan sempurna. Keyra tampak begitu cantik dan anggun.
Lagi-lagi suara helaan napas berat terdengar dari mulut Keyra, yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Sedikit pun tidak terpikir di benak Keyra bahwa ia akan menikah secepat itu. Ia sudah pasrah dengan takdir yang akan membawanya nanti.
Ceklek …
Suara pintu terbuka berhasil membuat Keyra menoleh. Sandra dan Mesya berdiri diambang pintu. Mereka berdua menghampiri Keyra.
"Sayang... Lihatlah, hari ini kamu sangat cantik, Key. Mamah gak nyangka kamu akan menikah secepat ini." Sandra memeluk Keyra dengan erat.
Keyra mengurai pelukan mamahnya, "Bukannya mamah udah tau kalo aku bakal nikah muda?" Keyra menatap Sandra tajam.
Mesya terkekeh mendengar Keyra protes.
"Maafin mamah ya, Key. Mamah hanya ingin yang terbaik untuk kamu." Sandra memeluk putrinya lagi. "Mamah yakin Ardy bisa membimbing kamu menjadi istri yang baik. Walaupun sebentar lagi kamu bakal jadi istri orang, tapi kamu akan tetap jadi putri kecil mamah yang manja." lanjutnya sambil mencubit hidung Keyra gemas.
"Makasih ya, Mah. Maaf kalo Keyra belum bisa jadi anak yang berbakti buat mamah dan papah." Keyra ikut terhanyut dalam pelukan hangat mamahnya yang sangat ia sayangi.
Mesya yang dari tadi diam, ikut merasakan keharuan yang menyeruak diantara ibu dan anak itu.
"Mamah berdoa semoga kamu bahagia bersama Ardy."
'Ya, semoga saja.' Keyra hanya bisa tersenyum kecil dihadapan mamahnya karena dirinya tau kalau ia menikah bukan atas dasar cinta, akan tetapi sebuah keharusan yang tidak bisa di tolaknya.
"Selamat ya, Key. Kamu cantik banget hari ini. Aku sampai gak ngenalin kamu tadi." sekarang giliran Mesya yang memeluknya.
"Makasih ya, Sya. Makasih udah hadir dipernikahan aku." ucap Keyra lirih.
"Ini kan hari pernikahan kamu, Key. Masa aku gak dateng sih."
"Udah ya sedih-sedihannya. Sekarang kita keluar yuk, penghulunya udah datang." kata Sandra sambil menggenggam tangan Keyra yang terasa dingin karena kegugupannya.
Dengan ragu Keyra melangkah keluar dari kamar rias dengan digandeng papahnya-Satria, diikuti oleh Sandra dan Mesya dibelakangnya. Keyra meremas lengan papahnya untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyergapnya. Dengan lembut papahnya mengusap pelan tangan Keyra yang menggandeng lengannya, mencoba menyalurkan kekuatan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Setibanya di tempat ijab kabul, jantung Keyra berdetak semakin cepat ketika melihat Ardy dengan tuxedo putihnya, telah mengucapkan ijab kabul dengan tegas dan lantang seolah tak ada keraguan di hatinya. Keyra mencium punggung tangan Ardi yang kini telah resmi menjadi suaminya, dan Ardy mencium keningnya sesaat.
Bagian yang mengharukan adalah ketika kedua mempelai berlutut memberi sungkem pada orangtua mereka. Karena orangtua Ardy telah tiada, maka diwakilkan oleh kakeknya. Seperti ungkapan terima kasih karena sudah merawat sejak kecil hingga saat ini. Keyra tidak bisa membendung air matanya ketika memeluk orangtuanya tiba-tiba air matanya lolos begitu saja mengalir di pipinya.
Keyra sesegukan dipelukan Sandra. Dirinya masih belum rela kalau nanti ia sudah tak tinggal bersama orangtuanya lagi.
"Kamu harus nurut sama suamimu ya, Key. Sekarang tanggung jawab papah sudah pindah pada suamimu. Jangan membantah ucapan suamimu. Kamu harus berbakti sama Ardy yang sekarang sudah sah menjadi suamimu," wejangan dari Satria makin membuat Keyra terisak. Bagaimana ia akan menjadi istri yang baik kalau suaminya sendiri tak pernah menginginkan dirinya sebagai istri.
Satria mengusap pipi anaknya yang basah oleh air mata.
Pernikahan yang tidak terlalu mewah karena hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat saja serta beberapa kolega dari kedua belah pihak itu berjalan dengan sangat khidmat.
“Selamat ya, Key. Ternyata lo duluan yang nikah. Adik kecil gue sekarang udah jadi istri orang.” Devan-kakak Keyra, memeluknya hangat, sangat hangat. Keyra membalas pelukan kakak satu-satunya itu dengan erat. Tiba-tiba air mata membanjiri pipinya lagi. Tangis Keyra pun pecah dipelukan sang kakak.
Devan melerai pelukannya, “kok nangis lagi sih? Tuh kan jelek.” sindir Devan sambil mengusap pipinya dengan lembut. “Ingat sekarang kamu udah jadi seorang istri, harus lebih dewasa karena sudah punya tanggung jawab terhadap suamimu.”
Keyra mengangguk, “Iya kak.”
Devan menoleh pada Ardy “Ar, gue titip Key ya! Jaga dia baik-baik. Kalo dia bandel, jewer aja kupingnya.” gurau Devan terkekeh.
Seketika Ardy tertawa yang dipaksakan, “siap kakak ipar!”
***
Di kamar, Keyra terlihat termenung. Ia masih mengenakan kebaya yang ia kenakan tadi di acara pernikahannya. Karena tidak tau apa yang harus dilakukan, akhirnya Keyra berjalan mondar mandir di depan pintu kamarnya. Acara pernikahan telah selesai diadakan, para kerabatnya pun sudah pulang meninggalkan tempat acara.
Acara pernikahan memang dilaksanakan dirumahnya. Mengingat pernikahan mereka hanya berjarak satu bulan setelah diputuskan. Kakek Bowo dan kakek Rinto pikir, biarlah mereka menikah dengan sederhana dulu. Kalaupun nanti mereka menginginkan resepsi, itu bisa dilaksanakan dilain waktu.
Mengingat malam pertama, malah membuat Keyra semakin gugup dan menggigiti bibir bawahnya tanpa sadar. Walaupun umurnya belum genap 20 tahun, namun ia sudah tau apa saja yang dilakukan sepasang suami istri pada malam pengantin.
Keyra menepuk jidatnya karena mengingat sesuatu. Dia teringat akan perjanjian pranikah yang diajukan oleh Ardy.
Dia menghela napas lega, setidaknya untuk malam ini ia bisa tidur nyenyak didalam kamarnya. kalau ia tidur dikamarnya sendiri, lalu Ardy akan tidur dimana?
Keyra duduk di depan meja rias, ia membersihkan wajahnya dari balutan make up serta manik-manik yang menghiasi rambutnya.
Ceklek
Tiba-tiba pintu kamarnya sedikit terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang masih berpakaian rapi. Dia adalah Ardy.
Ardy masuk kedalam kamar tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Ka-kamu... ngapain kesini?" tanya Keyra gugup.
Ardy melirik Keyra dengan wajah datarnya. "Malam ini saya terpaksa tidur disini. Karena tidak mungkin saya pulang kerumah saya." setelah mengatakan itu, Ardy masuk kedalam kamar mandi yang berada didalam kamar itu.
Suara gemericik air terdengar. selang beberapa menit terdengar teriakan Ardy meminta handuk.
"Ambilkan handuk!"
Keyra segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju lemari untuk mengambilkan handuk baru untuk suaminya itu.
Keyra mengetuk pintu kamar mandi. Pintu itu sedikit terbuka dan menampilkan tangan Ardy yang menjulur meminta handuknya.
Selang beberapa lama, Ardy keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya dan rambutnya yang basah. Menampilkan bagian atas tubuh Ardy yang tak tertutupi apapun. Terpampang jelas dadanya yang kekar dan otot perutnya terlihat. Tubuh itu benar-benar sangat sempurna seperti yang banyak diidam-idamkan wanita.
Seketika Keyra refleks menutup matanya dan memalingkan wajahnya. Ia belum pernah melihat laki-laki bertelanjang dada dihadapannya walaupun itu ayah atau kakaknya sendiri.
"Kenapa?" tanya Ardy datar.
"Kenapa kamu gak pake baju?" tanya Keyra yang masih menutup wajahnya.
"Saya habis mandi dan saya tidak bawa baju selain baju yang saya pakai tadi pagi. Jadi bisakah kamu meminjamkan saya baju kakakmu-Devan?"
Lama-lama sakit telinga Keyra mendengar Ardy selalu berbicara dengan bahasa formal pada dirinya.
"Iya sebentar," Keyra berjalan keluar kamar hendak menuju kamar Devan yang berada disebelah kamarnya. Mengambil baju dari dalam lemari kakaknya atas seijin yang punya lalu kembali ke kamarnya.
"Ini.." Keyra menyerahkan kaos dan celana pendek itu kepada Ardy.
Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.
Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.Jantung Keyra berpacu dengan kencang, ia melorot di bawah lantai kamar mandi. Ia membayangkan hal apa yang terjadi kalo tadi ia sampai melihat Ardy memakai celana di depannya.Keyra jadi malu sendiri. Ia mulai membuka kebaya yang ia kenakan. Setelah mencoba membuka resleting dibagian belakang, ia kesal karena resletingnya malah susah diturunkan. Kalau ia meminta tolong pada suaminya, ia takut suaminya itu akan khilaf lalu melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi kalau ia tidak meminta bantuannya, ia tetap kesulitan membuka resletingnya. Ia terus berusaha melepaskan kebaya yang melekat di tubuhnya dengan susah payah, namun resleting tetap tidak mau terbuka."Ardy..." panggil Keyra agak kencang, takut orang yang ia panggil tidak mendengar di
Pagi setelah hari pernikahan, Keyra tengah bersiap menurunkan koper yang berisi pakaiannya. Hari ini ia akan mulai tinggal dirumah suaminya. Dengan Langkah gontai, ia mulai menuruni anak tangga dengan membawa kopernya.“Pagi, Key.” sapa Sandra yang sedang menyiapkan sarapan.“Pagi, Mah.” jawab Keyra lesu. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang makan.“Ardy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Satria.“Masih siap-siap diatas, Pah.” Jawab Keyra sambil menyomot bakwan yang ada di meja makan, gorengan kesukaannya yang akan sangat ia rindukan nanti.“Di sini kok.” suara Ardy yang baru hadir menebarkan senyum ke semua orang yang berkumpul di ruang makan.“Gimana nih malam pertama jadi suami istri?” Devan memasang senyum jahilnya sambil melirik kearah pasangan suami istri itu.Keyra menelan ludah, melirik Ardy yang tak bersuara.“Kayanya seru nih.” Devan te
Ardy memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. Setelah melihat kembali mantan kekasihnya tadi di televisi, entah kenapa pikirannya menerawang tentang kejadian 13 tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan wanita itu.Seorang gadis berperawakan tinggi yang telah mencuri hatinya, Luna Anastasya. Perkenalan mereka berawal di SMA Caraka High School, sebuah SMA ternama di kota Jakarta. Ardy yang merupakan kakak kelasnya, dengan terang-terangan menyatakan jatuh cinta terhadap gadis itu saat pertama kali.Saat sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah pada saat tahun ajaran baru, mata Ardy tertuju pada gadis berkacamata yang berjalan dengan membawa tas dipunggungnya.Sepertinya dia anak baru.“Anak baru tuh.” ujar Ardy saat gadis itu sudah hilang dari pandangannya.“Kayanya sih,” Aldo, sahabat Ardy, menjawab.“Kenapa, naksir lo?” tanya Riko, sahabatnya yang lain.Ardy menyeringai.
Keyra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui matanya. Semalaman ia susah memejamkan matanya. Mungkin ia masih harus menyesuaikan diri tinggal di apartement Ardy. Ia terbangun pukul 5 pagi dan tak bisa memejamkan matanya lagi maka ia berniat untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat kuliah. Perkuliahan akan dimulai pukul 08.00 pagi.Keyra beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di dalam kamarnya. Ia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar dari kamar menuju dapur masih menggunakan piyama tidurnya.Ia melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas, hanya ada telur dan sosis. Di meja makan juga hanya ada roti tawar dan selai coklat.‘Kayanya bikin roti john enak neh.’pikirnya.Keyra sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari mengocok telur, memotong sosis, memanggang roti, dan menyeduh susu coklat hangat.Dari belakang, terden
Setelah turun dari mobil, Keyra segera melangkahkan kaki menuju kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya sedikit padat. Ia mengambil banyak SKS di awal perkuliahan. Ia akan selesai saat hari menjelang sore.“Keyra…”Saat Keyra berjalan hendak mencapai pintu gerbang kampus, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ia terlihat berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Keyra.“Hai, Sya. Baru datang?” tanya Keyra yang baru saja menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap kepada sahabatnya itu.“Iya, tadi aku bangun kesiangan. Semalam aku habis maraton nonton drakor.” jawab Mesya sambil merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan.“Kebiasaan, kalo nonton drakor pasti telat bangunnya.” Keyra mencebik.Mesya hanya nyengir.Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki area kampus.“Kamu udah sarapan belum, Key?”“Udah, Sya.”“Tumben, kamu masa
Setelah operasi selesai dilakukan, terlihat kakek Bowo tengah dipindahkan menuju ruang perawatan untuk pemulihan. Keyra terus menunggui kakek Bowo di samping ranjangnya.Ardy melirik jam yang melingkar ditangannya. Jam menunjukan pukul 11 malam. Ardy telah menyuruh Keyra agar pulang karena hari sudah larut malam, tetapi Keyra tetap bersikeras dan memutuskan untuk tetap menunggui kakeknya.Mesya yang tadi datang bersama Keyra sudah pamit pulang sejak dua jam yang lalu.Mamah Sandra pun sudah pulang bersama Devan.Ardy juga sudah menyuruh kakek Rinto untuk pulang dengan diantar Arga. Ia berjanji kalau ada kabar dari kakek Bowo, ia akan segera memberitahunya.Yang tertinggal di rumah sakit sekarang hanyalah papah Satria, Keyra dan dirinya.Karena rasa ngantuk yang menyerangnya, Keyra tak sadar tertidur di samping ranjang kakeknya dengan posisi duduk dan kepala yang ditelungkupkan di antara kedua tangannya.Melihat itu, Ardy yang baru saj
Sudah beberapa hari Keyra bolak-balik antara rumah sakit dan kampusnya. Tak jarang ia pulang ke apartemen hingga larut malam karena jadwal kuliah yang padat serta menemani kakeknya di rumah sakit.Ardi melirik jam dinding yang terpajang di ruang tamu. Jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Tak biasanya Keyra belum terlihat di dapur. Biasanya ketika ia baru saja terbangun, istri kecilnya itu sudah sibuk mengolah makanan di dapur.TokTokTokArdy mengetuk kamar Keyra, tak ada sahutan dari dalam. Ia berinisiatif untuk masuk ke dalam kamarnya.Ardy membuka pintu kamar Keyra. Ia menemukan Keyra sedang berbaring di ranjangnya. Ia tercengang karena melihat Keyra yang sedang menggigil kedinginan.Astaga!“Key…” panggilnya lirih.Tak ada jawaban apa-apa dari Keyra.“Keyra…” panggilnya lagi. Ardy semakin mendekati ranjang Keyra. Namun tetap tidak ada jawaba
Ardy keluar dari kamar Keyra. Ia melangkahkan kaki keluar apartemen menuju mobilnya di basement. Ardy telah menyuruh Arga menjemputnya. Setelah melihat keadaan Keyra yang sudah membaik, ia berencana pergi ke kantor untuk mengurusi beberapa pekerjaannya walaupun jam sudah menunjukkan pukul satu siang.Arga segera menjalankan mobilnya menuju kantor.Setelah tiba di kantor, Ardy segera memasuki ruangannya. Ia sibuk memeriksa berkas yang telah diberikan oleh Arga.Tak lama kemudian terdengar suara kenop pintu yang dibuka dari luar.“Ardy…”Deg!‘Suara ini…’perlahan Ardy membalikkan wajahnya ke sumber suara itu berasal, dan seketika itu pula tatapan matanya bertumbukan dengan sepasang iris berwarna coklat yang juga tengah memandangnya kini.“Luna… dari mana kau tau kantor ku?”Suara Ardy terasa sedikit tercekat di tenggorokannya saat menyebutkan nama itu, nama d
Ballroom di sebuah hotel bintang lima sudah dipesan untuk pernikahan Devan dan Mesya. Ruangannya sudah dihias sebegitu megah. Bunga anggrek putih—kesukaan sang calon mempelai wanita tersebar di seluruh pejuru ruangan. Karangan bunga berjejer di luar ballroom sebagai ucapan selamat dari rekan dan para kerabat. Terlihat Devan duduk dengan gelisah di dalam mobil menuju tempat acara. Keyra yang duduk di sebelahnya menggenggam tangan Devan erat. “Kakak nervous ya?” tanya Keyra. Devan melirik adiknya sambil sesekali mengelap keringat yang membanjiri wajahnya, “Iya, ‘kok deg-degan gini ya.” jawabnya. “Itu wajar, Kak. Tapi jangan terlalu nervous ya. Sebentar lagi hari ini akan jadi hari paling bersejarah dalam hidup kakak. Semua pasti akan berjalan dengan lancar.” kata Keyra menenangkan. Devan mengulas senyum, “Makasih ya. Key. Lo adik paling best!” “Iya lah, adik kakak ‘kan cuma aku.” Devan terkekeh sambil mengacak rambut adiknya yang sudah tertata rapih. “Kakak…” pekik Keyra sambil m
Hari ini adalah hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh Devan. Setelah menunggu Mesya menyelesaikan koasnya, akhirnya hari ini Devan melamar kekasih hatinya yang telah ia pacari selama 3 tahun. Sejak pagi hari, Keyra sudah berada di kediaman orang tuanya untuk membantu mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam acara lamaran nanti siang. “Sayang, aku tinggal dulu ke kantor gak papa ya? Arga tadi telpon ada sedikit masalah di kantor.” kata Ardy pada istrinya yang tengah memasukkan kue-kue ke dalam box. Ia lingkarkan tangannya pada pinggang istrinya yang tengah membelakanginya. Wajahnya ia tempelkan pada ceruk leher Keyra sambil membaui wangi yang menguar pada tubuhnya. “Iya gak papa, Pa.” sahut Keyra, “kalo udah selesai cepet ke sini lagi, ya.” lanjutnya lagi. Tangannya sangat cekatan menyusun kue-kue itu dengan rapih. “Oh iya, si kembar mana Ma?” tanya Ardy saat tidak mendapati keberadaan anak kembarnya di sana. “Lagi tidur di kamar ata
10 tahun kemudian.Waktu berjalan dengan sangat cepat. Dengan dukungan dari suaminya, akhirnya Keyra kembali melanjutkan pendidikan kedokterannya yang sempat tertunda karena waktu itu dirinya lebih memilih membesarkan si kembar yang sekarang sudah beranjak besar, daripada meneruskan cita-citanya. Beruntunglah ia mempunyai suami yang sangat mendukung cita-citanya itu.Keyra merentangkan kedua tangannya ke atas sambil bersandar di kursinya. Hari itu jadwal operasinya sangat padat. Ada beberapa operasicaesaryang ia lakukan bersama tim. Setelah selesai pendidikan kedokterannya, ia memang langsung mengambil pendidikan jurusan spesialis kandungan. Entah kenapa ia ingin terjun langsung untuk melihat perjuangan para ibu dalam melahirkan buah hatinya. Ia ingin selalu menyaksikanmomentbahagia itu--saat kelahiran seorang bayi ke dunia.Keyra merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat pegal. Rasanya seperti habis kerja rodi seha
Ambulan yang membawa Keyra dari rumah baru saja sampai di rumah sakit. Ardy memilih rumah sakit tempat Satria bertugas. Tim medis juga sudah bersiaga di depan pintu saat Ardy menelpon beberapa menit yang lalu. Bahkan brankar pun sudah berada di sana.Keyra segera dipindahkan dengan hati-hati dari ambulan ke atas brankar. Para suster segera mendorong brankar itu menuju ruang bersalin dengan terburu-buru.Wajah Keyra memucat dan tidak sadarkan diri, sehingga membuat Ardy semakin cemas melihat kondisinya.“Silahkan anda tunggu di luar. Kami akan memeriksa pasien dulu,” kata salah seorang suster.“Tolong selamatkan istri dan bayi saya ya, Sus," mohon Ardy. Ia tidak menyangka kejadian seperti itu akan menimpa istrinya. Ia mencemaskan istri dan anaknya. Bagaimana jika mereka harus kehilangan anaknya? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana depresinya Keyra nanti.“Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik semampu kami. Jangan khawa
Hari-hari terus berlalu. Perut Keyra semakin membesar. Jadwal rutin periksa ke dokter kandungan telah dilakukan, bahkan Ardy sengaja mendatangkan seseorang yang professional untuk melakukan senam ibu hamil di rumahnya setiap akhir pekan. Masalah mual yang sering dirasakan istrinya setiap pagi hari sudah semakin berkurang. Makannya pun sudah mulai seperti biasa, hingga membuat berat badan Keyra naik 15 kg.Keyra tengah mematut dirinya di depan cermin di dalam kamarnya. Ia sedang memperhatikan tubuhnya yang membengkak akibat kehamilan pertamanya itu.“Kak, aku gemuk banget ya?” tanyanya pada Ardy yang tengah memangku laptop di atas ranjang. Ia sedang memeriksa beberapae-mailyang dikirimkan oleh Arga tadi pagi.Ardy menurunkan laptopnya ke atas ranjang, lalu berjalan menghampiri istrinya itu. Ia melingkarkan tangannya untuk memeluk pinggang Keyra dan mengusap lembut perut istrinya yang sudah semakin membesar.“Kamu gemu
Seminggu berlalu setelah kepulangan Keyra dari rumah sakit. Kini ia nampak termenung menatap langit malam itu yang dipenuhi bintang kerlap-kerlip dari balkon rumahnya.“Sayang, masuk yuk!” sebuah tangan memeluknya dari belakang, “angin malam gak bagus untuk kesehatan, nanti kamu bisa masuk angin. Kasian dede bayinya juga.” kata Ardy sambil mengecupi bahu istrinya yang sedikit terbuka.“Kak, aku udah putuskan…” Sejenak Keyra nampak menghela napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.“Apa sayang?” tanya Ardy. Ia membalik tubuh Keyra agar berhadapan dengannya, menatap mata coklat Keyra yang nampak menyiratkan kegalauan.Keyra nampak memejamkan matanya erat, kedua tangannya saling meremas disertai dengan tarikan napas yang dihembuskan dari mulutnya untuk mengurangi rasa gugup yang menyerangnya. ”Aku gak bakal lanjutin kuliah aku, Kak,” putusnya. Hal itu memang sudah ia pikirkan baik
Seperti biasa setelah mengantar Keyra ke rumah sakit di pagi hari, Ardy akan langsung pergi ke kantor walaupun jam masih menunjukan pukul enam pagi. Ia bisa berleha-leha sebelum jam kantor tiba.Saat memasuki unit kantornya yang berada di lantai 20, ia dikejutkan oleh kehadiran Kimi pagi itu. Tumben sekali sekertaris sekaligus sahabatnya sudah berada di kantor sepagi itu.“Pagi, Ar.” sapanya dengan senyum cerah bersinar.“Pagi, Kim. Tumben pagi gini udah ada di kantor.” ujar Ardy sambil melangkah masuk ke dalam ruangannya yang segera diikuti oleh Kimi.“Iya sengaja aku datang pagi buat nemenin kamu. Daripada kamu iseng sendirian di kantor, ‘kan.” sahutnya, senyum itu tidak luntur dari bibirnya.Ardy tidak merespon lagi, ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya itu. Kedua tangannya ia taruh di belakang kepalanya sebagai sandaran. Tiba-tiba rasa ngantuk mulai menyerangnya, ia mulai memejamkan mata sejena
Ardy membaringkan tubuh Keyra di atas tempat tidur dengan penuh kelembutan dan ia pun membaringkan tubuhnya di samping istrinya, kemudian mendaratkan sebuah ciuman cukup lama di keningnya.“Makasih sayang karena kamu mau menerima kehadirannya,” ujarnya sambil mengelus perut Keyra yang masih rata namun sudah tertanam benih di dalamnya.“Iya Kak, mungkin memang udah saatnya kita jadi orang tua,” sahut Keyra dengan senyuman manisnya. “Aku akan menjaganya Kak, menjaga anak kita,” lanjutnya lagi sambil membelai pipi suaminya dengan lembut.Binar kegembiran terpancar jelas di mata Ardy sejak kepulangan mereka dari rumah sakit. Ia lalu mendekatkan wajahnya lagi untuk memberikan ciuman memabukkan yang membuat Keyra melayang. Dan ciuman itu, Kembali berlanjut. Ardy menelusupkan lidahnya, membuai hasrat keduanya. Jemarinya mulai menjalar dengan sentuhan hangat di setiap inci kulit istrinya.“Kalo malam ini dede bayinya dite
Sudah satu bulan Keyra menjalankan masa koasnya dan sudah satu bulan juga dirinya tidak meminum pil kontrasepsi padahal hampir setiap hari Ardy selalu menggempur dirinya tanpa henti. Ardy selalu menyerang istrinya walaupun Keyra kelelahan karena kegiatan koasnya. Meski sempat beberapa kali Keyra merasakan penat dan lelah karena kesibukannya terutama saat ia harus jaga malam. Sebagai istri yang baik, Keyra tidak mungkin menolak untuk memuaskan hasrat suaminya yang masih menggebu-gebu, padahal usia pernikahannya sudah hampir dua tahun. Ardy memang tidak pernah merasa puas mengecap rasa manis tubuh istrinya.Sudah lelah di rumah sakit, harus lelah juga di ranjang!Kegiatannya yang sangat padat selama masa koas, membuatnya lalai meminum pil itu. Ia mengabaikannya selama satu bulan terakhir.Hari itu Keyra merasakan ada yang salah dengan tubuhnya. Rasa mual dan pusing di kepalanya mulai menyerang.“Key, are you OK?” tanya Mesya malam itu s