Keyra dan Mesya beserta dengan para mahasiswa yang lain sedang mendengarkan penjelasan Mr. Mahesa di Auditorium kampus. Mr. Mahesa menjelaskan bahwa di semester tiga ini para mahasiswa diharuskan mengikuti program lapangan. Mereka akan ditugaskan secara berkelompok ke suatu tempat untuk menjalankan program Pengabdian Masyarakat. Hal ini dilakukan agar mereka paham dan terjun langsung dengan apa yang sudah mereka pelajari.
Setelah itu Mr. Mahesa membagikan kertas berisi kelompok kepada masing-masing mahasiswa.
“Yeee… kita satu kelompok, Key.” Mesya bersorak girang hingga beberapa mahasiswa yang berada didekat mereka menoleh. Mesya mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sambil menutup mulutnya malu kearah mereka.
Seseorang masuk ruang Auditorium dengan pakaian rapih, kemeja berlengan panjang motif garis-garis berwarna biru dongker yang dipadukan dengan celana bahan hitam. Gayanya seperti bukan seorang mahasiswa. Laki-laki itu menghampiri Mr. M
Ardy menyandarkan tubuhnya di luar mobil. Ia sudah berada di depan kampus Keyra, namun orang yang ditunggu belum juga muncul. Ia sudah menghubunginya untuk memberitahu bahwa dirinya sudah sampai.Beberapa menit berlalu, Keyra muncul dengan tergesa-gesa menghampirinya.“Maaf Kak, udah lama nunggu ya?” tanya Keyra sambil mengusap peluh yang membanjiri dahinya.Ardy merentangkan kedua tangan ke arahnya, seketika Keyra berhambur memeluknya. Diciumnya puncak kepala Keyra dengan lembut.“Saya rela menunggu berjam-jam demi kamu.” jawabnya sambil menangkup pipi istrinya dengan kedua tangannya.“Jangan disini, Kak.” Tahan Keyra saat Ardy sudah mendekatkan wajahnya ke wajah Keyra.“Memangnya kamu pikir saya mau melakukan apa?” tanya Ardy jahil, “Saya hanya ingin melihat mata coklat kamu Keyra.” katanya lagi sambil menyentil kening Keyra yang membuatnya sedikit mengaduh kesakitan.&ldqu
Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Keyra lebih dulu bangun dan mandi. Ardy masih terlelap dan Keyra tidak berniat untuk membangunkan suaminya itu. Hari ini ia ada jadwal kuliah pagi.Keyra turun ke lantai dasar menuju dapur. Disana sudah ada Bi Yati yang sedang sibuk menyiapkan sarapan utnuk majikannya.“Pagi Non.” sapa Bi Yati ketika Keyra tiba di dapur.“Pagi, Bi. Masak apa hari ini, Bi?” tanya Keyra sambil melihat masakan yang sedang dimasak bi Yati.“Bibi lagi masak sayur sop dan perkedel kentang, Non. Permintaan Tuan Ardy semalam.” jawab Bi Yati sambil memotong beberapa wortel. Setelah wortel selesai dipotong, ia masukan potongan itu ke dalam air mendidih yang sebelumnya sudah ia masukan potongan ayam terlebih dahulu, “Non Keyra mau Bibi masakin apa?” tanyanya sambil melirik Keyra sekilas.“Gak, Bi. Apa yang dimasak Bibi, Key suka kok.” jawabnya sambil mencium aroma wangi yang dit
Pagi itu Keyra pergi ke kampus untuk membicarakan masalah program pengabdian masyarakat bersama teman-teman kelompoknya.Keyra mengeluarkan ponselnya yang berada di dalam tas nya untuk menghubungi Mesya.TuuutttTuuutttTuuuttt“Halo, Key.” Mesya menyahut diujung telepon setelah beberapa saat.“Halo Sya, kamu dimana?” Keyra celingukan ketika baru saja menjejakan kakinya di kampus. Pagi itu seperti biasa Ardy mengantar Keyra ke kampus setelah melewati drama pagi yang panjang.“Aku diperpustakaan, Key. Kamu kesini, ya.” jawabnya.“Ok.” Setelah mengatakan itu, Keyra mematikan sambungan teleponnya lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia bergegas melangkah menuju perpustakaan yang berada di belakang gedung utama kampus.Keyra mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan sahabatnya itu ketika sampai di depan pintu perpustakaan. Terlihat dideretan kursi sebelah k
“Tuan apa anda sudah membicarakan tentang rencana bulan madu dengan Nona Keyra?” tanya Arga saat dia berada di ruangan Ardy untuk memberikan beberapa proposal pekerjaan yang harus ditandatangani Ardy.“Belum. Aku belum sempat memberitahunya. Pagi tadi dia malah memberitahuku berita buruk sehingga aku lupa memberitahunya tentang rencana bulan madu itu. Mungkin bulan madunya terpaksa harus ditunda dulu.” jawab Ardy sambil tetap fokus ke layar laptop miliknya.“Berita apa itu, Tuan?” tanya Arga penasaran.“Dia akan melaksanakan program Pengabdian Masyarakat dari kampusnya selama satu bulan bersama teman-temannya. Dan kau tahu…” Ardy menghentikan bicaranya untuk melihat ke arah Arga yang tengah duduk di sofa sambil melihat-lihat beberapa berkas yang ada di atas meja sebelum ia serahkan pada atasannya.“Keyra akan berada di pedalaman kota Bandung selama kegiatannya itu. Ia akan membuka klinik pengoba
Keyra, Mesya, dan Kiya menjejakan kakinya di sebuah Mall di kawasan selatan kota Jakarta. Hal pertama yang mereka lakukan adalah mengisi perut mereka. Sudah hampir pukul satu siang dan mereka belum makan apa-apa tadi di kampus, hanya memesan minuman.Mereka bertiga membelokkan kakinya memasuki sebuah tempat makan yang menyediakan makanan tradisional yang berada di dalam Mall tersebut.Keyra memesan seporsi nasi ayam bakar dan jus sirsak, Mesya memesan seporsi nasi cumi lada hitam dan jus jeruk, sedangkan Kiya memesan seporsi nasi ikan bakar dan es teh manis. Mereka bertiga mempunya selera yang berbeda-beda.Mereka bertiga menghabiskan makan siangnya dengan tandas.Setelah makan siang, mereka terlebih dahulu melihat-lihat barang-barang yang ada di dalam Mall. Masuk dari satu toko ke toko lain. Hanya dengan mencuci mata saja sudah membuat mereka senang tanpa harus membelinya.Ketika mereka memasuki toko yang menjual pernak-pernik, mata Keyra tertuju
Pagi itu Keyra bangun pagi-pagi sekali karena pukul sembilan ia akan menaiki penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Nusa Tenggara Timur. Keyra melirik sebuah jam yang terpasang di dinding kamarnya, sudah pukul lima pagi. Keyra bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ia memakai pakaian casual, kaos putih lengan pendek yang dibalut cardigan berwarna hitam dan bawahan celana levis hitam yang hanya sebatas betis kakinya.Keyra membangunkan Ardy yang masih bergelung di bawah selimutnya.“Kak, sayang…” panggil Keyra membangunkan Ardy. “Ayo bangun, sebelum berangkat ‘kan kita mau ke rumah Mamah dulu. Kita harus berangkat pagi-pagi biar gak ketinggalan pesawat.”Ardy membuka kedua matanya lalu beranjak dari tidurnya. Ia mengucek matanya sekilas, mencium pipi istrinya sebelum berlalu ke kamar mandi.Tidak membutuhkan waktu lama, Ardy sudah rapih dengan pakaian casualnya, kaos putih lengan pendek dan c
Ardy dan Keyra tiba di Bandara Soekarno-Hatta lima belas menit sebelum keberangkatan. Setelahcheck in, mereka menaiki pesawat Garuda dengan menggunakan pesawat jenis Bombardier CRJ1000 NextGen berkapasitas 96 tempat duduk. Penerbangan Jakarta-Labuan Bajo (GA 452) dijadwalkan berangkat dari Jakarta pada pukul 09.05 WIB dan akan tiba di Labuan Bajo pada pukul 12.35 WITA. Mereka tidak harus transit terlebih dahulu ke Denpasar-Bali, karena sekarang sudah ada rute penerbangan dari Jakarta langsung ke Labuan Bajo.Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini telah menjadi destinasi favorit di kawasan Indonesia timur bagi para wisatawan domestik maupun asing. Terdapat banyak pilihan lokasi wisata menarik yang menyuguhkan wisata alam, wisata bahari, keragaman budaya yang mempesona dan dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi para wisatawan tersebut.Itulah sebabnya Keyra ingin sekali pergi ke Labuan Bajo, dan Ard
Laut biru, pasir berwarna pink, dan sinar matahari adalah perpaduan yang sangat tepat dari Sang Maha Pencipta. Indahnya pemandangan laut, angin sepoi-sepoi yang menyejukkan serta iringan lantunan ombak menjadi obat mujarab bagi siapa saja. Khususnya bagi orang-orang yang sudah penat dengan urusan kantor atau rutinitas harian yang membosankan.Pantai pink hadir dengan pesona yang unik. Keunikannya terdapat pada pasirnya yang berwarna merah muda atau pink. Warna pink tercipta dari campuran pasir putih lembut dengan serpihan halus karang merah yang sudah mati. Peristiwa biologis ini menghasilkan perpaduan warna pink yang benar-benar natural. Tatkala terkena air laut warnanya nampak kemerah-merahan. Sementara di kala terkena pantulan sinar matahari identitas warna pink uniknya nampak sangat jelas. Fenomena biologis inilah yang membuat para pelancong menyebut pantai ini sebagai Pink Beach Lombok.Pagi itu Keyra dan Ardy sedang menikmati deburan ombak, semilirnya angin dan e
Ballroom di sebuah hotel bintang lima sudah dipesan untuk pernikahan Devan dan Mesya. Ruangannya sudah dihias sebegitu megah. Bunga anggrek putih—kesukaan sang calon mempelai wanita tersebar di seluruh pejuru ruangan. Karangan bunga berjejer di luar ballroom sebagai ucapan selamat dari rekan dan para kerabat. Terlihat Devan duduk dengan gelisah di dalam mobil menuju tempat acara. Keyra yang duduk di sebelahnya menggenggam tangan Devan erat. “Kakak nervous ya?” tanya Keyra. Devan melirik adiknya sambil sesekali mengelap keringat yang membanjiri wajahnya, “Iya, ‘kok deg-degan gini ya.” jawabnya. “Itu wajar, Kak. Tapi jangan terlalu nervous ya. Sebentar lagi hari ini akan jadi hari paling bersejarah dalam hidup kakak. Semua pasti akan berjalan dengan lancar.” kata Keyra menenangkan. Devan mengulas senyum, “Makasih ya. Key. Lo adik paling best!” “Iya lah, adik kakak ‘kan cuma aku.” Devan terkekeh sambil mengacak rambut adiknya yang sudah tertata rapih. “Kakak…” pekik Keyra sambil m
Hari ini adalah hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh Devan. Setelah menunggu Mesya menyelesaikan koasnya, akhirnya hari ini Devan melamar kekasih hatinya yang telah ia pacari selama 3 tahun. Sejak pagi hari, Keyra sudah berada di kediaman orang tuanya untuk membantu mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam acara lamaran nanti siang. “Sayang, aku tinggal dulu ke kantor gak papa ya? Arga tadi telpon ada sedikit masalah di kantor.” kata Ardy pada istrinya yang tengah memasukkan kue-kue ke dalam box. Ia lingkarkan tangannya pada pinggang istrinya yang tengah membelakanginya. Wajahnya ia tempelkan pada ceruk leher Keyra sambil membaui wangi yang menguar pada tubuhnya. “Iya gak papa, Pa.” sahut Keyra, “kalo udah selesai cepet ke sini lagi, ya.” lanjutnya lagi. Tangannya sangat cekatan menyusun kue-kue itu dengan rapih. “Oh iya, si kembar mana Ma?” tanya Ardy saat tidak mendapati keberadaan anak kembarnya di sana. “Lagi tidur di kamar ata
10 tahun kemudian.Waktu berjalan dengan sangat cepat. Dengan dukungan dari suaminya, akhirnya Keyra kembali melanjutkan pendidikan kedokterannya yang sempat tertunda karena waktu itu dirinya lebih memilih membesarkan si kembar yang sekarang sudah beranjak besar, daripada meneruskan cita-citanya. Beruntunglah ia mempunyai suami yang sangat mendukung cita-citanya itu.Keyra merentangkan kedua tangannya ke atas sambil bersandar di kursinya. Hari itu jadwal operasinya sangat padat. Ada beberapa operasicaesaryang ia lakukan bersama tim. Setelah selesai pendidikan kedokterannya, ia memang langsung mengambil pendidikan jurusan spesialis kandungan. Entah kenapa ia ingin terjun langsung untuk melihat perjuangan para ibu dalam melahirkan buah hatinya. Ia ingin selalu menyaksikanmomentbahagia itu--saat kelahiran seorang bayi ke dunia.Keyra merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat pegal. Rasanya seperti habis kerja rodi seha
Ambulan yang membawa Keyra dari rumah baru saja sampai di rumah sakit. Ardy memilih rumah sakit tempat Satria bertugas. Tim medis juga sudah bersiaga di depan pintu saat Ardy menelpon beberapa menit yang lalu. Bahkan brankar pun sudah berada di sana.Keyra segera dipindahkan dengan hati-hati dari ambulan ke atas brankar. Para suster segera mendorong brankar itu menuju ruang bersalin dengan terburu-buru.Wajah Keyra memucat dan tidak sadarkan diri, sehingga membuat Ardy semakin cemas melihat kondisinya.“Silahkan anda tunggu di luar. Kami akan memeriksa pasien dulu,” kata salah seorang suster.“Tolong selamatkan istri dan bayi saya ya, Sus," mohon Ardy. Ia tidak menyangka kejadian seperti itu akan menimpa istrinya. Ia mencemaskan istri dan anaknya. Bagaimana jika mereka harus kehilangan anaknya? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana depresinya Keyra nanti.“Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik semampu kami. Jangan khawa
Hari-hari terus berlalu. Perut Keyra semakin membesar. Jadwal rutin periksa ke dokter kandungan telah dilakukan, bahkan Ardy sengaja mendatangkan seseorang yang professional untuk melakukan senam ibu hamil di rumahnya setiap akhir pekan. Masalah mual yang sering dirasakan istrinya setiap pagi hari sudah semakin berkurang. Makannya pun sudah mulai seperti biasa, hingga membuat berat badan Keyra naik 15 kg.Keyra tengah mematut dirinya di depan cermin di dalam kamarnya. Ia sedang memperhatikan tubuhnya yang membengkak akibat kehamilan pertamanya itu.“Kak, aku gemuk banget ya?” tanyanya pada Ardy yang tengah memangku laptop di atas ranjang. Ia sedang memeriksa beberapae-mailyang dikirimkan oleh Arga tadi pagi.Ardy menurunkan laptopnya ke atas ranjang, lalu berjalan menghampiri istrinya itu. Ia melingkarkan tangannya untuk memeluk pinggang Keyra dan mengusap lembut perut istrinya yang sudah semakin membesar.“Kamu gemu
Seminggu berlalu setelah kepulangan Keyra dari rumah sakit. Kini ia nampak termenung menatap langit malam itu yang dipenuhi bintang kerlap-kerlip dari balkon rumahnya.“Sayang, masuk yuk!” sebuah tangan memeluknya dari belakang, “angin malam gak bagus untuk kesehatan, nanti kamu bisa masuk angin. Kasian dede bayinya juga.” kata Ardy sambil mengecupi bahu istrinya yang sedikit terbuka.“Kak, aku udah putuskan…” Sejenak Keyra nampak menghela napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.“Apa sayang?” tanya Ardy. Ia membalik tubuh Keyra agar berhadapan dengannya, menatap mata coklat Keyra yang nampak menyiratkan kegalauan.Keyra nampak memejamkan matanya erat, kedua tangannya saling meremas disertai dengan tarikan napas yang dihembuskan dari mulutnya untuk mengurangi rasa gugup yang menyerangnya. ”Aku gak bakal lanjutin kuliah aku, Kak,” putusnya. Hal itu memang sudah ia pikirkan baik
Seperti biasa setelah mengantar Keyra ke rumah sakit di pagi hari, Ardy akan langsung pergi ke kantor walaupun jam masih menunjukan pukul enam pagi. Ia bisa berleha-leha sebelum jam kantor tiba.Saat memasuki unit kantornya yang berada di lantai 20, ia dikejutkan oleh kehadiran Kimi pagi itu. Tumben sekali sekertaris sekaligus sahabatnya sudah berada di kantor sepagi itu.“Pagi, Ar.” sapanya dengan senyum cerah bersinar.“Pagi, Kim. Tumben pagi gini udah ada di kantor.” ujar Ardy sambil melangkah masuk ke dalam ruangannya yang segera diikuti oleh Kimi.“Iya sengaja aku datang pagi buat nemenin kamu. Daripada kamu iseng sendirian di kantor, ‘kan.” sahutnya, senyum itu tidak luntur dari bibirnya.Ardy tidak merespon lagi, ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya itu. Kedua tangannya ia taruh di belakang kepalanya sebagai sandaran. Tiba-tiba rasa ngantuk mulai menyerangnya, ia mulai memejamkan mata sejena
Ardy membaringkan tubuh Keyra di atas tempat tidur dengan penuh kelembutan dan ia pun membaringkan tubuhnya di samping istrinya, kemudian mendaratkan sebuah ciuman cukup lama di keningnya.“Makasih sayang karena kamu mau menerima kehadirannya,” ujarnya sambil mengelus perut Keyra yang masih rata namun sudah tertanam benih di dalamnya.“Iya Kak, mungkin memang udah saatnya kita jadi orang tua,” sahut Keyra dengan senyuman manisnya. “Aku akan menjaganya Kak, menjaga anak kita,” lanjutnya lagi sambil membelai pipi suaminya dengan lembut.Binar kegembiran terpancar jelas di mata Ardy sejak kepulangan mereka dari rumah sakit. Ia lalu mendekatkan wajahnya lagi untuk memberikan ciuman memabukkan yang membuat Keyra melayang. Dan ciuman itu, Kembali berlanjut. Ardy menelusupkan lidahnya, membuai hasrat keduanya. Jemarinya mulai menjalar dengan sentuhan hangat di setiap inci kulit istrinya.“Kalo malam ini dede bayinya dite
Sudah satu bulan Keyra menjalankan masa koasnya dan sudah satu bulan juga dirinya tidak meminum pil kontrasepsi padahal hampir setiap hari Ardy selalu menggempur dirinya tanpa henti. Ardy selalu menyerang istrinya walaupun Keyra kelelahan karena kegiatan koasnya. Meski sempat beberapa kali Keyra merasakan penat dan lelah karena kesibukannya terutama saat ia harus jaga malam. Sebagai istri yang baik, Keyra tidak mungkin menolak untuk memuaskan hasrat suaminya yang masih menggebu-gebu, padahal usia pernikahannya sudah hampir dua tahun. Ardy memang tidak pernah merasa puas mengecap rasa manis tubuh istrinya.Sudah lelah di rumah sakit, harus lelah juga di ranjang!Kegiatannya yang sangat padat selama masa koas, membuatnya lalai meminum pil itu. Ia mengabaikannya selama satu bulan terakhir.Hari itu Keyra merasakan ada yang salah dengan tubuhnya. Rasa mual dan pusing di kepalanya mulai menyerang.“Key, are you OK?” tanya Mesya malam itu s