Share

Bab 74

Penulis: Dina Dwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-25 05:34:19

"Hei, Jeremy." Kevin merangkul pundak Jeremy dan menariknya menjauh dari kerumunan siswa di kelas.

"Ada apa?" tanya Jeremy sembari menaikkan alisnya.

"Apa benar kau yang memberi hadiah ini?" tanya Kevin di hadapan Diana dan Revan.

Jeremy memandang kotak pink di tangan Kevin lalu mengangguk dan menjawab, "Iya."

Kevin melepaskan rangkulannya dari pundak Jeremy. Diana dan Revan tertarik mendengar percakapan itu.

Jeremy menaikkan kacamatanya yang sedikit menurun. Ia melanjutkan, "Aku memberikan ini sebagai bentuk apresiasi untuk Diana dan Revan. Kalian sudah bekerja keras menampilkan pertunjukan yang luar biasa saat pembukaan mewakili kelas ini."

Diana dan Revan berpandangan melihat Jeremy yang tersenyum

Jeremy melanjutkan lagi, "Bahkan kepala sekolah memuji kalian dan mengatakan jika pertunjukan kalian adalah yang terbaik diantara yang lain.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • We Are   Bab 75

    Semua siswa tampak bersemangat saat mulai memasuki kebun binatang. Mereka dipandu oleh salah satu staf yang bekerja dan bertugas memandu para pengunjung.Mereka harus mengikuti pemandu dan tidak boleh berkeliaran seenaknya karena jumlah mereka yang lumayan banyak. Kalau tidak, Jeremy akan kesulitan mencari mereka saat kegiatan menjelajahi isi kebun binatang telah selesai.Setelah selesai menjelajahi kebun binatang itu, mereka menaiki bus dan lanjut pergi ke tujuan selanjutnya. Tujuan selanjutnya adalah taman reakreasi.Berbeda dengan di kebun binatang, saat di taman rekreasi mereka diizinkan pergi sendiri-sendiri ke mana saja oleh Jeremy.Mereka juga dibiarkan berlama-lama karena setelah ini mereka tidak perlu pulang dengan bus yang sama lagi.Mereka akan pulang dengan menggunakan transportasi yang mereka mau. Seperti Revan yang langsung dijemput oleh Valen, atau Diana dan Kevin yang memilih untuk berjalan kaki menuju halte bus

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • We Are   Bab 76

    Diana tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.Semuanya terjadi begitu cepat. Saat tubuhnya berputar dalam pelukan seseorang. Diana tidak sempat bereaksi.Yang ia rasakan adalah tubuhnya terangkat membentur kap mobil yang menabraknya.Tubuhnya berguling hingga memecahkan kaca mobil. Lalu ia jatuh menggelinding di jalan aspal.Semua itu terjadi saat dirinya dipeluk.Tepat ketika tubuhnya mendarat di aspal dengan menyakitkan, Diana merasa pelukan di tubuhnya terlepas.Ia berusaha mengabaikan rasa sakit di kepala dan tubuhnya. Matanya berusaha terbuka.Diana berusaha mengerakkan tangannya. Suaranya serak dan hampir tidak terdengar."K-ke..vin.."Hal terakhir yang ia ingat adalah wajah Kevin yang menutup kedua matanya.*****Albert melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Ia menghela napas. Kepalanya ke terangkat kembali memandang keluar jendela kantornya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • We Are   Bab 77

    "Diana dan Kevin.. mereka sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Kondisi keduanya..." Jeremy ragu untuk melanjutkan perkataannya. Di depannya, raut wajah Revan semakin pucat.Revan merasa napasnya tertahan. Sama seperti beberapa murid yang mendengarnya.Mereka tahu, dari ekspresi Jeremy, bahwa kondisi kedua sahabat Revan jelas tidak dalam kondisi yang baik.Revan segera melepaskan tangannya dari pundak Jeremy. Ia berbalik dan melangkah hendak keluar kelas."Revan! Kau mau ke mana?!" tanya Jeremy sedikit mengeraskan suaranya.Pertanyaan itu membuat langkah Revan tertunda sejenak. Ia menoleh pada Jeremy yang ada dibelakangnya tanpa menjawab.Jeremy bisa menduga tujuan Revan.Karena itu ia menyahut lagi, "Kita akan menjenguk mereka berdua setelah jam pelajaran berakhir. Kita pergi bersama-sama. Jadi tahan dulu langkahmu."Revan tidak langsung membalas dan memilih memandang kembali jalan koridor depan pintu kel

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • We Are   Bab 1

    Diana, berusaha untuk terlihat baik-baik saja setelah mengalami kesedihan yang belum lama ini menyesatkannya dalam rasa pahit di kehidupannya. Kini ia bertemu seseorang yang pernah menjadi alasannya tak pernah menyukai orang lain hingga sekarang. Mungkinkah ini bisa membuatnya keluar dari kesedihannya? Revan, sedang mencari jati diri dengan mengubah perilakunya dalam menjalani kehidupannya yang ternyata selalu terikat dengan masa lalunya. Kini ia bertemu seseorang yang mengubah pandangannya tentang dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia masih terikat masa lalu padahal dirinya sudah berubah? Kevin, sifatnya selalu ceria, jahil dan cerewet. Ia juga selalu bisa menerima siapapun menjadi keluarga baginya. Ialah yang lahir dari kesendirian. Kini ia bertemu dengan seseorang yang dibencinya tapi malah sering bersamanya. Apakah memang benar siapapun bisa menjadi keluarganya? Mereka bertiga awalnya

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-21
  • We Are   Bab 2

    Bel sekolah tanda istirahat berbunyi nyaring. Hal itu disambut dengan suka cita oleh para siswa setelah berkutat dengan pelajaran. Yang sebagian dari pelajaran membuat siswa di sekolah merasa pusing dan sakit kepala. Merasakan dua hal yang mirip tapi berbeda. Jangan lupakan rasa bosan dan enggan yang mereka rasakan. Seketika ruang-ruang kelas menjadi sepi. Salah satunya yang terjadi di kelas Diana. Diana membiarkan siswa siswi di kelasnya keluar lebih dulu, karena ia tidak mau ikut berdesakan di pintu kelas bersama murid lain untuk berebut keluar kelas. Diana merenung, mengingat kejadian tadi pagi ketika datang ke sekolah dan bertemu seorang pemuda. Ternyata yang dirasakan Diana adalah pertanda. Pemuda tadi pagi itu bukan hanya mengingatkan ia pada seseorang. Tapi memang sesuatu yang besar telah terjadi, setidaknya begitu menurut Diana. Saat

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-21
  • We Are   Bab 3

    Sepulang dari sekolah biasanya Diana pergi bekerja. Tapi untuk hari ini Diana libur, jadi ia langsung pulang ke rumah. Saat ia sampai, Diana membuka pintu pagar dan pintu rumah dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Sedangkan kunci utama dibawa oleh David. Pintu yang terkunci menandakan David belum pulang ke rumah. Setelah masuk ke rumah, Diana melepaskan sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu. Tiba-tiba ponsel Diana berdering tanda sebuah pesan masuk. Diana mengambil ponselnya dari dalam tasnya. Diana membaca pesan itu sambil berjalan di ruang tamu. Ternyata dari David, batin Diana. 'Diana, apa kau sudah pulang ke rumah? Malam ini aku akan menginap di rumah temanku. Jadi kau tidak usah menungguku, karena aku tidak akan pulang. Tidak apa-apa kan?' Diana segera mengetik balasan pesan untuk David. 'Ya, tidak apa-apa. Aku mengerti. Aku s

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-21
  • We Are   Bab 4

    Selama di kelas Revan tahu bahwa ia selalu diperhatikan semua murid sekelasnya. Tapi ada satu orang yang mengusik pikiran dan membuat perasaan Revan menjadi tidak nyaman. Ia merasa ditatap dengan pandangan berbeda dari yang lain, entah apa. Revan menolehkan kepalanya ke kanan untuk memastikan. Ia melihat seorang laki-laki yang sedari tadi menatapnya dengan pandangan berbeda dan tidak ramah. Mereka tanpa sadar saling melihat satu sama lain selama beberapa saat, sampai akhirnya laki-laki tadi memalingkan wajahnya dan memandang ke arah depan kelas. Laki-laki itu duduk di paling belakang sebelah kiri sehingga terpisah dua meja dengan tempat duduknya Revan. Revan masih melihat laki-laki itu. Sepertinya dia membenciku, batin Revan setelah menyadari arti tatapan menusuk dari laki-laki itu. Berbeda

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-21
  • We Are   Bab 5

    "Kevin! Kau tidak boleh berteriak. Ini perpustakaan tahu!" Diana mengomel karena kesal dikagetkan oleh teman satu sekolah menengah pertama dengannya dulu. Sekarang mereka berbeda kelas. Sebenarnya Diana tidak akrab dengan Kevin, hanya saja Kevin suka sekali mendekatinya, begitu yang dipikirkan Diana di otaknya. Bukannya tidak tahu kalau Kevin menyukainya, hanya saja Diana sudah menyukai orang lain dan masih tetap menyukainya hingga sekarang. "Apa yang kau baca?" kata Kevin tanpa merasa bersalah. Diana menghela napas, "Memangnya kau tidak lihat?! Aku membaca buku." Kevin cemberut, "Aku tahu kau membaca buku, maksudku buku apa yang kau baca?" tanya Kevin tak menyerah sekalipun Diana membalasnya dengan dingin. "Nih, baca sendiri!" Diana menunjukkan sampul bukunya pada Kevin. Sebenarnya Diana ta

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-21

Bab terbaru

  • We Are   Bab 77

    "Diana dan Kevin.. mereka sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Kondisi keduanya..." Jeremy ragu untuk melanjutkan perkataannya. Di depannya, raut wajah Revan semakin pucat.Revan merasa napasnya tertahan. Sama seperti beberapa murid yang mendengarnya.Mereka tahu, dari ekspresi Jeremy, bahwa kondisi kedua sahabat Revan jelas tidak dalam kondisi yang baik.Revan segera melepaskan tangannya dari pundak Jeremy. Ia berbalik dan melangkah hendak keluar kelas."Revan! Kau mau ke mana?!" tanya Jeremy sedikit mengeraskan suaranya.Pertanyaan itu membuat langkah Revan tertunda sejenak. Ia menoleh pada Jeremy yang ada dibelakangnya tanpa menjawab.Jeremy bisa menduga tujuan Revan.Karena itu ia menyahut lagi, "Kita akan menjenguk mereka berdua setelah jam pelajaran berakhir. Kita pergi bersama-sama. Jadi tahan dulu langkahmu."Revan tidak langsung membalas dan memilih memandang kembali jalan koridor depan pintu kel

  • We Are   Bab 76

    Diana tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.Semuanya terjadi begitu cepat. Saat tubuhnya berputar dalam pelukan seseorang. Diana tidak sempat bereaksi.Yang ia rasakan adalah tubuhnya terangkat membentur kap mobil yang menabraknya.Tubuhnya berguling hingga memecahkan kaca mobil. Lalu ia jatuh menggelinding di jalan aspal.Semua itu terjadi saat dirinya dipeluk.Tepat ketika tubuhnya mendarat di aspal dengan menyakitkan, Diana merasa pelukan di tubuhnya terlepas.Ia berusaha mengabaikan rasa sakit di kepala dan tubuhnya. Matanya berusaha terbuka.Diana berusaha mengerakkan tangannya. Suaranya serak dan hampir tidak terdengar."K-ke..vin.."Hal terakhir yang ia ingat adalah wajah Kevin yang menutup kedua matanya.*****Albert melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Ia menghela napas. Kepalanya ke terangkat kembali memandang keluar jendela kantornya.

  • We Are   Bab 75

    Semua siswa tampak bersemangat saat mulai memasuki kebun binatang. Mereka dipandu oleh salah satu staf yang bekerja dan bertugas memandu para pengunjung.Mereka harus mengikuti pemandu dan tidak boleh berkeliaran seenaknya karena jumlah mereka yang lumayan banyak. Kalau tidak, Jeremy akan kesulitan mencari mereka saat kegiatan menjelajahi isi kebun binatang telah selesai.Setelah selesai menjelajahi kebun binatang itu, mereka menaiki bus dan lanjut pergi ke tujuan selanjutnya. Tujuan selanjutnya adalah taman reakreasi.Berbeda dengan di kebun binatang, saat di taman rekreasi mereka diizinkan pergi sendiri-sendiri ke mana saja oleh Jeremy.Mereka juga dibiarkan berlama-lama karena setelah ini mereka tidak perlu pulang dengan bus yang sama lagi.Mereka akan pulang dengan menggunakan transportasi yang mereka mau. Seperti Revan yang langsung dijemput oleh Valen, atau Diana dan Kevin yang memilih untuk berjalan kaki menuju halte bus

  • We Are   Bab 74

    "Hei, Jeremy." Kevin merangkul pundak Jeremy dan menariknya menjauh dari kerumunan siswa di kelas."Ada apa?" tanya Jeremy sembari menaikkan alisnya."Apa benar kau yang memberi hadiah ini?" tanya Kevin di hadapan Diana dan Revan.Jeremy memandang kotak pink di tangan Kevin lalu mengangguk dan menjawab, "Iya."Kevin melepaskan rangkulannya dari pundak Jeremy. Diana dan Revan tertarik mendengar percakapan itu.Jeremy menaikkan kacamatanya yang sedikit menurun. Ia melanjutkan, "Aku memberikan ini sebagai bentuk apresiasi untuk Diana dan Revan. Kalian sudah bekerja keras menampilkan pertunjukan yang luar biasa saat pembukaan mewakili kelas ini."Diana dan Revan berpandangan melihat Jeremy yang tersenyumJeremy melanjutkan lagi, "Bahkan kepala sekolah memuji kalian dan mengatakan jika pertunjukan kalian adalah yang terbaik diantara yang lain.

  • We Are   Bab 73

    Saat Diana masuk ke dalam kelas, beberapa siswa langsung menatap ke arahnya. Diana mengabaikan hal itu dan sama sekali tidak merasa aneh.Tapi kemudian ia terpaku menatap ke arah meja dan kursinya di dalam kelas. Ia mengusap matanya dengan punggung tangan memastikan kalau itu memang adalah meja dan kursi miliknya.Bagaimana mungkin ada begitu banyak kotak warna warni yang memenuhi meja dan tempat duduknya.Kotak-kotak itu adalah hadiah pemberian untuk Diana dari para pengagumnya. Diana tidak tahu jika dirinya telah memiliki penggemar rahasia sebanyak itu.Bukan hanya itu, beberapa detik kemudian banyak murid perempuan di kelasnya datang beramai-ramai mengelilingi Diana.Revan dan Kevin yang baru masuk ke dalam kelas melihat Diana sedang kebingungan. Kebingungan membalas banyak pujian dari siswi di dalam kelas. Ternyata penggemar Diana bukan hanya laki-laki saja.Setelah beberapa menit y

  • We Are   Bab 72

    Kevin menghela napasnya. Jika ia berada di posisi Albert, maka ia juga akan mengira ayahnya memang meminta untuk pergi dan berada di sisi ibu Albert.Tapi Kevin ingat semua percakapan yang terjadi kemudian antara dirinya dan Oliver di rumah sakit setelah Albert keluar dari ruangan. Kevin belum memberitahu Albert tentang itu.Kevin akhirnya mulai menjelaskan, "Aku juga awalnya berpikir hal yang sama denganmu. Tapi setelah itu, ayah menjelaskan padaku bahwa jika kau menolak permintaannya dan bersikeras untuk berada di sisi ayah dari pada ibumu, maka ayah tidak akan memaksamu. Ayah bahkan akan mempertahankanmu di sisinya apa pun yang terjadi."Kerutan di wajah Albert semakin dalam setelah mendengar perkataan Kevin."Hanya saja, ayah tidak ingin kau membenci ibumu. Karena menurutnya, apa pun yang terjadi, dia adalah ibumu yang telah melahirkanmu," lanjut Kevin.Albert terdiam. Berusaha memproses semua perkataan Kevin padanya.

  • We Are   Bab 71

    Tepat jam dua belas malam, sesuai jadwal, sekolah meluncurkan kembang api ke langit malam di berulang kali. Kembang api terus meledak memberikan cahaya warna warni di langit malam yang gelap.Semua murid bisa melihat ledakan warna di langit itu dari berbagai tempat. Salah satunya di atap bangunan sekolah, seperti yang dilakukan ketiga remaja yang terdiri dari Diana, Revan dan Kevin.Mereka bertiga menikmati pemandangan itu dengan disertai sebuah obrolan."Aku penasaran dengan isi kotak hadiah dari memenangkan lomba yang telah didapatkan oleh kelas kita," sahut Kevin pertama kali."Aku juga," balas Diana mengingat hadiahnya yang disimpan oleh ketua kelas dan akan dibuka dan dilihat isinya pada esok hari di dalam kelas."Kita akan tahu itu besok," timpal Revan.Diana mengangguk. Besok hadiah mereka akan dibuka di hadapan semua siswa satu kelas."Menurutmu hadiahnya apa?" tanya Kevin pada Revan.Revan menjawab dengan mengang

  • We Are   Bab 70

    Penampilan Diana menarik perhatian apalagi bagi para laki-laki. Mereka yang tidak terlalu mengenal Diana akan bertanya siapa yang berada di sana sekarang. Sedangkan mereka yang mengenalnya terkesima karena Diana sangat berbeda saat memakai seragam, penampilan sehari-harinya yang tidak mencolok. Satu lagi yang mereka sadari adalah senyuman Diana yang menjadi senjatanya untuk mencuri perhatian. Benar-benar senyuman yang manis. Peserta selanjutnya tampil dan Diana sudah berganti oleh peserta selanjutnya. Tapi penampilan Diana yang sebelumnya masih saja diperbincangkan banyak murid. Diana ternyata bisa tampil sangat berbeda sekali dengan penampilannya yang biasanya. Diana berhasil membalas mereka yang membencinya dengan telak, karena selanjutnya tidak diduga atau sudah diduga orang-orang, Diana menjadi salah satu pemenang lomba ini. Ia menjadi p

  • We Are   Bab 69

    "Luar biasa, kalian luar biasa. Oh my.." Kevin dengan berlebihan menggerakkan tangannya hingga terentang beberapa kali.Diana terkekeh, ia juga tidak percaya dirinya bisa tampil dengan baik dan lancar tanpa ada masalah sedikitpun. Kecuali hanya pada saat dirinya gelisah ketika awal berdiri di hadapan banyak orang.Tepuk tangan penonton yang meriah yang ia ingat saat menyelesaikan pertunjukannya, membuat dada Diana penuh dengan perasan puas dan bangga.Revan yang berada di samping Diana, setelah mendengar ucapan Kevin, ia hanya tersenyum tipis sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana."Hm. Tapi ada satu yang aku kurang senang," kata Kevin tiba-tiba melipat tangan di depan tubuhnya.Bersikap seperti ia sedang kesal. Wajahnya terlihat cemberut."Setelah ini, pasti banyak laki-laki yang ingin mendekati Diana." Kevin memancarkan tatapan yang s

DMCA.com Protection Status