Share

Ribut Terus

Penulis: Yurriansan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-06 19:17:40

Nesta telah menyelesaikan semua tugasnya, mulai dari menyapu lantai, mengepel, hingga membersihkan kaca. Sekarang, saatnya istirahat sejenak sambil melihat gosip terbaru.

Nesta adalah anggota grup chat yang khusus membahas idola Korea. Dia sangat menyukai Kai dari EXO. Tidak hanya Kai, dia juga menyukai Suho, Sehun, dan bahkan aktor termahal, Kim Soo Hyun. Sebenarnya, dia menyukai semua pria Korea yang tampan, berkulit putih, dan berpenampilan menawan.

Baru saja dia membuka grup chatnya, dia mendengar gosip bahwa idola kesayangannya sedang berkencan dengan salah satu anggota girl band. Hatinya merasa panas, idola imajinasinya kini memiliki kekasih. Meski hanya dalam imajinasi, perasaan cintanya sudah sangat dalam. Namun, Nesta masih bisa mengendalikan dirinya untuk tidak menghujat sembarangan. Dia adalah penggemar, tapi bukan penggemar yang begitu bodoh hingga rela berkelahi demi idola.

"Suamiku!" Nesta mendekap ponselnya. "Kamu tega, selingkuh dariku." Monolog sendiri, wajar kalau Lusi sering sebut Nesta aneh.

Viano yang ke dapur untuk isi mengawasinya berjengit heran.

"Santai yah, kamu!" serunya dari belakang membuat Nesta terkejut.

Nesta menoleh ke sumber suara. Tahu siapa yang datang, dia mencebik kesal. Buyar sudah lamunannya.

"Bapak ada perlu sama saya?"

Viano berdecih. "Coba kamu menyingkir." Telunjuknya gerak-gerak, sudah mirip usir ayam.

Melipir, Nesta menjauh dari pandangan Viano.

"Kalau kamu sudah menyelesaikan satu tugas, kerjakan tugas lainnya. Jangan main ponsel, ini kantor!" dia marah ketika mengisi air panas.

"Pak, jangan marah-marah saat di dekat air panas, nanti bisa tersiram." Nesta berani membalas.

Viano tidak percaya mitos itu.

"Jangan menjawab ketika bos sedang berbicara!" Viano memandang Nesta dengan tajam. "Kamu bisa miskin seumur hidup, tahu!"

Nesta mengepalkan tangannya, menahan amarah.

"Iya, Pak!" dia menjawab dengan sedikit tidak ikhlas.

Viano menghela nafas. "Nesta, saya ingin memberitahu kamu sesuatu."

Nesta yang diajak bicara, hanya mendengarkan.

"Ketika bekerja, lakukan segala sesuatu dengan baik, tidak peduli seberapa kecil pekerjaannya. Jangan sembrono atau meremehkannya. Karena dari sana, karir Anda akan terbuka," ujar Viano.

Mereka berdua diam, saling menatap.

Viano mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan Nesta. "Kenapa kamu terus memandang saya!"

"Bapak sadar, 'kan?"

Menggeram, Viano menutup tumblr airnya dengan rapat . "Saya serius, Nesta!"

"Bapak sayang saya?" Nesta bertanya tiba-tiba.

"Iya. Eh-" Viano terkejut dengan jawabannya sendiri. "Maksud saya, sebagai pemimpin, saya harus memberikan arahan yang benar. Walaupun, tim SDM biasanya adakan pelatihan."

Nesta masih tersenyum, membuat Viano semakin kesal. Sebenarnya, dia  juga tahu bahwa bosnya tidak mungkin menyukai atau bahkan mencintainya.

Namun, dia senang melihat Viano yang marah hingga wajahnya merah.

"Iya, Pak, iya."

"Ya sudah, sana kamu!" Nesta disuruh minggir lagi

Geser-geser, Nesta kasih tempat buat Viano jalan.

Namun, Tuhan memiliki rencana lain. Entah bagaimana, Nesta tersandung kakinya sendiri.

Meskipun Viano tampak kasar, dia masih memiliki perasaan. Melihat Nesta hampir jatuh, dia refleks menangkapnya.

Saat ini sangat klasik, sering dilihat dalam drama romantis.

Setelah hampir jatuh, ditangkap, dan saling menatap.

Bedanya ....

Brak!

Nesta dilepas begitu saja, sebelum berdiri. Karena bokongnya kecil, jadi tidak bisa meredam benturan.

Nesta bangun dan mengusap-usap bokongnya. "Kenapa Bapak menjatuhkan saya!" keluh Nesta.

Viano berdehem sambil merapihkan kemejanya dan berkata, "Kenapa kamu terus menatap mata saya."

"Ada upil di mata Bapak!" jawab Nesta sembarangan, lalu pergi dari Viano. Bokongnya cukup sakit setelah jatuh.

Upil? Viano adalah seorang bos, bagaimana mungkin dia memiliki upil di matanya.

Sebelum orang lain melihat, dia mengambil ponselnya dan memeriksa mata dengan kamera depan.

Setelah memeriksa dengan teliti, Viano tidak menemukan apa-apa.

Tunggu! Viano menyadari sesuatu.

Yang ada di mata bukan upil, 'kan? Dia berpikir keras.

Sadar Nesta asal omong, geram rasanya. Sungguh, Viano bisa kena darah tinggi kalau begini.

Baru juga mau memasukkan ponsel, ada pesan masuk. Dari pop up-nya, kelihatan kalau Raja yang mengirim.

'Ayah, nanti makan siangnya dimakan, ya. Jangan lupa, ajak Kak Nesta. Pokoknya, Ayah tidak boleh bohong! Nanti Raja minta videonya.

Viano menggigit bibirnya dan mengepalkan ponselnya dengan kuat. Dia merasa malas jika harus makan siang bersama Nesta. Ah, betapa menyebalkannya. Semua ini terjadi karena minggu lalu Raja ditolong Nesta, dan kini anaknya jadi sayang  perempuan itu.

Malas, tapi anaknya yang meminta. Jadi, Viano harus bagaimana?

Urusan Nesta nanti dulu saja dipikirkan. Kembali ke ruang kerja sudah ada berkas yang menumpuk.Sungguh, tumpukan pekerjaan itu membuatnya pusing. Belum lagi pesan dari Raja yang terus mengusik pikirannya.

Terdengar suara ketukan di pintu. Sebelum dia memberikan izin, orang tersebut sudah masuk.

Viano masih sibuk memeriksa berkas-berkasnya.

"Ini adalah jadwal pertemuan di luar kantor besok, dan laporan yang Bapak minta," ujar Lusi, langsung duduk dan meletakkan berkasnya di meja, meski Viano masih sibuk.

"Cukup letakkan saja di sana," jawab Viano tanpa mengalihkan pandangannya.

Lusi bersandar di kursinya dan melipat tangan di dadanya. Sungguh, apakah Viano masih berusaha bersikap acuh tak acuh terhadapnya?

Tunggu sebentar! Lusi menyadari bahwa dasi yang dipakai Viano berantakan.

"Apa-apaan ini, kamu tidak bisa memakai dasi dengan rapi," ujar Lusi sambil memperbaiki dasi Viano.

"Lus!" Viano hendak menolak, tetapi Lusi mencegahnya.

"Diam sebentar, aku cuma mau merapikan ini.""

Viano merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Bagaimana jika ada orang yang melihat dan salah paham?

"Tidak perlu bersikap kaku jika hanya kita berdua," ujar Lusi yang baru saja selesai memasangkan dasi. "Kamu sama aku, satu kampus dulu. Kita sudah kenal lama, Vi."

"Kenal lama. Tapi, kalau di kantor, bersikaplah profesional!"

Lusi menggeleng seraya berdecak lidah. "Kaku, bukan profesional."

"Ah, iya!" Malas Viano berdebat.

Lusi menyilang kaki. "Vi, kamu butuh pendamping. Meskipun Raja bukan-"

"Lus!" Viano menyela. "Maaf, kalau kasar. Tapi, tolong keluar dulu. Aku banyak kerjaan."

Yah, begitulah Viano. Selalu bersikap dingin dan acuh kala diajak bicara soal hubungan cinta. Padahal, Lusi menyukainya. Sejak lama. Buktinya, dengan gelar sarjana lulusan kampus terbaik di dunia--Harvard University--dia rela cuma jadi sekretaris. Demi bisa dekat sama Viano.

Namun, Viano tampaknya tidak terlalu tertarik pada Lusi. Sikapnya yang terlalu agresif dan terang-terangan dalam menunjukkan pesonanya malah membuat Viano tidak lagi penasaran. Terlebih lagi, Raja juga tidak menyukai Lusi. Bahkan Raja menyebut Lusi sebagai 'Tante Jahat'.

Tidak bisa memaksa, Lusi memilih permisi keluar. Lain kali, dia harus berhasil, menaklukan hati Viano.

Baru juga satu menit berselang setelah Lusi pergi, ponsel Viano bergetar.

Cek!

'Ayah, makan siangnya jangan lupa!'

Viano langsung pijit pangkal hidung. Pening.

***

Nesta disuruh lembur, tidak boleh pulang sebelum Viano izinkan. Oh, Tuhan, musibah macam apakah ini?

Di dalam kepala Nesta langsung ada tulisan besar; No! Big No!

Namun, begitu tahu ada uang bonus lemburan yang plus-plus kata 'no' langsung berubah 'yes'.

Omong-omong, Nesta disuruh lembur apa?

Ternyata, Nesta tidak benar-benar ditugaskan untuk lembur. Viano hanya mencari alasan agar bisa makan bersama Nesta tanpa diketahui oleh karyawan lain. Dia sengaja menyuruh Nesta pulang terlambat, agar kantor sudah sepi dan baru setelah itu dia bisa makan bersama Nesta.

Dia akan malu jika orang lain mengetahuinya. Terlebih lagi Ivan. Ivan tahu betul bahwa bosnya sangat tidak menyukai Nesta.

Pukul 18.30,  Nesta disuruh ke ruangan Viano.

"Pak!" Nesta yang mengintip ke dalam ruangan Viano, membuat bosnya yang sedang melamun tersentak.

"Saya bos kamu, bisa lebih sopan sedikit tidak?" Hanya Nesta yang berani memanggil bosnya dengan cara itu.

"Hehe." Nesta malah tersenyum, membuat Viano semakin tidak nyaman. "Saya sengaja dari jauh dulu, Pak. Bapak, 'kan, refleksnya berlebihan kalau dekat saya."

"Masuk!" Nadanya ketus.

"Oke!" Santai saja Nesta menanggapi.

Masuk, Nesta tetap berdiri saja. Sementara Viano, sibuk dengan tumpukan kotak hitam di mejanya.

"Kamu duduk di situ!" Viano mengarahkan Nesta duduk di kursi di sofa yang ada di dalam ruangan.

Seketika Nesta bersedekap. "Bapak mau apa dengan saya?"

Jelas Viano memelotot. Otak Nesta terlalu kotor.

"Coba, kamu tanya sama diri kamu sendiri." Setengah mati Viano tahan emosi. "Kira-kira, saya bakal nafsu sama kamu?"

"Yeeh, siapa tahu. Bapak diam-diam menyimpan perasaan."

Viano menggeram.  "Nesta, bisa tidak, jangan over percaya diri?"

"Bisa, Pak, bisa." Nesta mengangguk cepat, agar Viano tidak semakin marah.

Viano memang memendam rasa. Rasa ingin menghempas karyawannya ke Mars biar tidak kembali ke Bumi.

Sudah duduk, Nesta menunggu Viano mau menyuruh apa.

Kotak bekal yang Raja siapkan bersama susternya, Viano bawa ke meja.

"Ini disiapkan anak saya dengan susternya."

Nesta cuma manggut-manggut. 

"Nah, kamu makan!" Viano menyodorkan satu kotak yang berisi sushi buatan Raja. "Makan dengan benar, nanti saya rekam. Anak saya minta bukti, soalnya."

Nesta melirik. Kelihatannya enak, kira-kira ada racun tidak di dalamnya?

"Kenapa muka kamu seperti itu?" Viano merasa tersinggung dengan ekspresi Nesta.

"Bapak, jangan terlalu sensitif. Saya hanya berpikir, apakah ada racun di dalam ini atau tidak."

"Coba saja satu!" perintah Viano dengan tegas.

Tanpa ragu, Nesta mengambil satu roll sushi dan memakannya. Rasanya enak. Sayangnya, sudah lembab dan dingin.

"Ada racun?" Viano mengangkat satu alisnya.

"Ak!" Nesta pura-pura tersedak, lalu pura-pura kejang. Dia pura-pura pingsan di tempat.

Oh, dia ingin bermain-main dengan Viano.

"Halo, Pak Ujang?" Viano menelepon Pak Ujang. "Kalau ke ruangan saya, tolong bawain kantung plastik hitam yang besar. Soalnya ada mayat di ruangan saya."

Nesta terkejut. "Bapak tega, menyebut saya mayat!" protesnya.

"Makanya jangan banyak tingkah!"

Nesta malah tersenyum. "Bercanda, Pak."

"Makan, sana!" Viano beranjak, untuk menaruh ponsel di tempat yang tepat, supaya mereka bisa direkam.

Viano makan, begitu juga Nesta. Tampaknya, dia menyukai makanan yang dibuat Raja.

Pertanyaannya, apakah dia memang suka atau hanya lapar?

Nesta makan dengan lahap, mulutnya tampak penuh. Dia terus menyuapkan makanan ke mulutnya. Menikmati, pokoknya.

"Bapak tidak makan?" Bibirnya penuh, Nesta berbicara tanpa malu. Sampai muncrat sedikit isi makanannya. Itu menjijikkan. Viano merasa geli melihatnya.

"Kamu ini perempuan, bisa jaga sikap sedikit?"

"Bisa, Pak. Bisa." Agar tidak berdebat, dia mengiyakan saja. Lanjut makan lagi. Santai tanpa beban. Ya iyalah! Dia hanya disuruh makan, dan mendapat uang lembur.

Viano, malah terpana melihatnya. Terpana dalam artian merasa jijik.

"Di mulut kamu, ada sisa makanan."

"Di mulut kamu, ada sisa makanan." Viano menunjuk sudut bibir Nesta yang belepotan.

"Mana, Pak?" Duh, cari-cari kaca tidak ketemu. Ah, repot amat. Biasanya juga kalau di cerita romantis si cowok bakal bersihkan. "Tolong bersihkan, Pak." Nesta menyodorkan wajahnya.

Viano melempar tisu. "Bersihkan sendiri!"

Bab terkait

  • Warning: Bos Galak!   9. Anak atau Ibu

    Dua hari setelah mereka berbagi hidangan bersama, Viano memberikan nomor telepon Raja kepada Nesta. Meskipun hatinya telah berjanji tidak akan berurusan lagi dengan gadis yang menurutnya aneh itu, apa boleh buat. Raja tampaknya senang memiliki teman baru.Lebih-lebih, teman barunya kali ini adalah sosok yang telah lama dicarinya. Sejak dulu, Raja penasaran bagaimana rasanya ditemani oleh seorang wanita dewasa yang bukan saudaranya.Viano memang tidak pernah mengungkapkan identitas ibu kandung Raja. Saat ditanya, dia selalu menjawab bahwa Raja akan diberitahu saat sudah dewasa. Menurut Raja, itu terlalu lama. Sejak teman-temannya di taman kanak-kanak sering diantar oleh ibunya, Raja mulai merenung tentang sosok ibu. Sayangnya, Raja tidak pernah melihat Viano bersama seorang wanita.Memang, Viano pernah terlihat bersama Lusi. Namun, Raja tidak menyukai wanita yang mengaku sebagai teman lama Viano itu. Lusi pernah memandang Raja dengan marah saat dia tanpa sengaja menumpahkan air ke gaun

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Warning: Bos Galak!   10. POOP

    Viano turun dari mobil dengan tergesa-gesa dan masuk ke rumah. Ketika sampai di ruang tamu, dia menemukan Garseta tengah duduk dengan kaki disilangkan dan menikmati secangkir teh hangat."Ma?" Sambil masih menarik napas, dia menyapa."Kamu tergesa-gesa, Vi?" Ucapan perempuan paruh baya di hadapannya terdengar sindiran.Viano mengatur napasnya, melonggarkan dasinya sebelum duduk di hadapan ibunya."Mama ada perlu apa ke sini?""Menunggu putra kesayangan pulang." Garseta yakin, Viano tahu kalau sekadar berkunjung bukan alasan sebenarnya."Kita tidak perlu basa-basi, Ma. Ada keperluan apa Mama datang ke sini?""Besok Mama ada acara makan siang dengan kolega bisnis. Lusi juga akan datang."Viano tahu, ujungnya bagaimana."Lusi akan datang juga!" Garseta menandaskan.Viano menggeram, tadinya dia pkir akan ada urusan mendesak. Ternyata perkara sepele."Mama bisa telepon-""Telepon?" Nada bicara Garseta meninggi. "Mama bukan cuma mau sampaikan itu aja, Vi!"Viano menegang."Mama mau besok ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Warning: Bos Galak!   11. Bos, Kamu Kejam

    Jika boleh, Nesta ingin menggerutu, mengomel, dan mengumpat pagi ini. Apa benar ada bos yang meminta karyawannya untuk lembur mendadak pada hari Minggu? Hari di mana orang-orang biasanya bersantai di rumah, menonton drama Korea."Oppa, aku tidak bisa bertemu denganmu hari ini," keluh Nesta pada ponselnya, seolah-olah ponsel itu dapat merasakan kesedihannya. Tiba-tiba, pesan masuk dari Viano: "Saya akan membayar lemburmu tunai hari ini." Nesta merengut. Palingan juga, hanya dua ratus ribu, tidak sebanding dengan wajah tampan Oppa. Namun, pesan berikutnya dari Viano membuat matanya hampir terbelalak: "Saya akan membayar tiga juta untuk lemburmu!" "Wah, gila parah!" Nesta hampir berteriak membaca kata tiga juta. Bagi orang miskin yang berobat dengan bantuan pemerintah, tiga juta itu sangat besar. Tanpa berpikir dua kali, ia langsung menjawab, 'ya'.•°•Lembur apa ini? Kenapa Nesta malah disuruh ke mall pagi-pagi begini -- jam delapan -- toko-tokonya saja belum buka. Apakah Nesta akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Warning: Bos Galak!   12. Tidak Bisa Akur

    High heels akhirnya diganti dengan wedges. Menurut Viano, ini lebih aman. Lagipula, melihat Nesta berjalan dengan cara yang tidak stabil, malah merusak penampilannya.Setelah selesai di butik, Viano ingin langsung pergi ke rumah orang tuanya. Nesta dipesan taksi untuk perjalanan ke rumah Viano, dan sekaligus menjemput Raja."Kenapa saya tidak diantar saja dulu, Pak?" Saat taksi Nesta hampir datang, dia sempat bertanya.Viano yang berdiri di sampingnya hanya melirik sejenak. Dia merasa beruntung karena mau menemani Nesta sampai taksi datang."'Kan, bisa hemat biaya, Pak." Meski tidak dianggap, dia terus berbicara."Apakah rumah keluarga Bapak dan rumah pribadi tidak searah, ya?" Dia terus berusaha mengajak ngobrol. "Apakah saya bau ketek, ya, Pak?" Nesta mulai curiga pada dirinya sendiri."Atau mungkin bau mulut?" Biasanya, orang dihindari karena bau mulut.Viano merogoh kantongnya. Dia mengambil permen karet yang ada di sana, membuka bungkusnya, mengambil isinya, lalu memasukkannya ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Warning: Bos Galak!   13. Sabar, Pak!

    Nesta masih sibuk. Sibuk yang menyenangkan, bermain, berkeliling naik wahana, dan mendapatkan es krim. Betapa nikmatnya bekerja lembur...Dia belum tahu, Viano akan marah sebentar lagi.Sambil menyetir, dia menelepon Nesta."Nesta, saya sudah menelepon kamu beberapa kali, tapi tidak diangkat-angkat!"Belum sempat menyapa, bahkan belum sempat bernafas, dia sudah dimarahi. Apa salah Nesta?"Kamu bawa anak saya ke mana!"Dengan nada bicara yang tegas dan panik seperti ini, membuat Nesta kesulitan untuk menjelaskan. Apa pun yang dijelaskan, pasti akan salah."Saya hanya mengajak Raja bermain. Bebas, Pak, seperti anak-anak.""Kamu tahu, kamu salah!"Dasar! Memiliki bos yang kaku dan tidak memiliki sisi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah hal yang paling menyebalkan."Iya, Pak, saya salah." Saya salah memiliki bos seperti Bapak! Sekali lagi, hamba harus mengalah."Bagikan lokasi, sekarang!"Mengusap dada, banyak-banyak bersabar agar uang lembur tidak dipotong lagi. Harus bersikap manis

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Warning: Bos Galak!   14. Dilarang Baper

    "Aku harus pulang!" Nesta berlaku demikian bukan karena berlebihan. Melainkan takut gaji dipotong. Lagi pula, aturan dari Viano adalah dia tidak boleh berdekatan."Iya, biarkan Kak Nesta pulang," timpal Viano.Mendengar Viano mendukung Nesta pergi, gadis itu merajuk."Lagi pula, Ayahmu sudah ada di sini. Dia bisa temani kamu main apa saja."Raja sedikit muram. Tadi, dia memang merasakan hal yang paling menyenangkan. Nesta bukan perempuan dewasa yang harus jaga image di depan semua orang. Apakah papanya bisa sebebas Nesta? Raja ragu soal itu."Sana pulang!" Viano memandang tajam pada Nesta, ketika Raja tengah diam.Otak nakal Nesta malah aktif kalau diperlakukan seperti ini."Ya, Pak. Saya maklum, kok, kalau Bapak mau jaga wibawa di depan anak."Viano mengangkat dagunya sedikit, bergaya angkuh."Karena bakal malu, kalau ayah yang kekar, wibawa, pimpinan perusahaan kalah main game." Tutup mulut, dengan gaya malu-malu ala gadis manja. Nesta jelas mengejek bosnya.Viano tidak suka melade

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Warning: Bos Galak!   15. Bos Marah

    Nesta menguap secara dramatis. Jika diukur dengan matematika tingkat lanjut seperti yang digunakan oleh Laplace, lingkaran mulutnya hampir mencapai 360 derajat. Alasannya jelas, Nesta menghabiskan semalam suntuk menonton drama Korea, tergoda oleh delapan episode terakhir yang menunggu untuk ditonton."Nesta, tutup mulutmu saat menguap! Itu tidak sopan!" tegur Beny."Tsk!" Nesta hanya tertawa kecil."Kamu akan menyesal jika lalat masuk!"Beny menunjuk mulut Nesta.Nesta menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Tidak apa-apa, bisa jadi camilan.""Jorok!" Beny berteriak."Hanya bercanda, Ben."Beny mengambil sapu dan debu di belakang pintu, tampaknya siap untuk bekerja lagi.Mendekati siang, biasanya seperti ini. Saat para bos dan staf keluar untuk makan siang, petugas kebersihan bersiap untuk membersihkan ruang kerja lagi.Apalagi ruangan Viano. Dia sangat tidak suka jika ada yang kotor atau berantakan sedikit pun. HanyaBeny yang boleh masuk ruangannya saat dia tidak ada.Beny adalah ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Warning: Bos Galak!   16. Gantian Marahnya

    Nesta dengan cepat berlari menuju ruangan Viano. Begitu dia tiba, ekspresi wajah atasannya mirip dengan karakter antagonis dalam drama. Mengerikan, tetapi menawan."Apakah Bapak memanggil saya?" tanya Nesta segera setelah dia berdiri di depan Viano. Jika diteliti, kali ini tampaknya Viano benar-benar marah."Mengapa kamu masuk ke ruangan saya?""Oh, tadi Beny-""Apakah Beny yang memberikan kunci?" potong Viano dengan cepat.Nesta mengangguk.Tanpa melepaskan pandangan tajamnya dari Nesta, Viano menelepon Beny."Datang ke ruangan saya sekarang!" perintahnya, dengan gagang telepon yang menempel di telinganya.Nesta berani bertaruh, berada di rumah hantu tidak akan lebih menyeramkan daripada melihat ekspresi datar Viano yang menimbulkan rasa takut. Untunglah hidungnya mancung.Ah! Nesta menggelengkan kepala. Dia memaksa dirinya untuk fokus pada pekerjaannya. Jangan fokus pada setiap detail wajah Viano.Viano mengetuk meja dengan jari telunjuknya. Suara itu semakin memperkuat suasana yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09

Bab terbaru

  • Warning: Bos Galak!   64. Malam Pertama

    Ada, ya, suami jadi panas dingin gara-gara diintip istrinya pas BAB?"Kamu melewati step secara mendadak, bikin aku syok. Tau, nggak?""Step apaan, sih? Nggak paham." Nesta yang duduk di samping tempat tidur membalas dengan lebih garang. Barusan dia memeriksa kening Viano masih lumayan hangat."Yah, itu. Pengenalan dalam ruamh tangga." Duh, mati ini Viano punya istri berkelakuan absurd."Yah, 'kan, aku memang sudah duluan di kamar mandi," kilah Nesta."Ya, harusnya ditutup pintunya. Biar aku nggak main selonong. Coba kalau Mang Ujang yang masuk. Gimana coba?" Biarpun sakit, urusan garang tetap nomor wahid."Ye! Justru aku sengaja nggak kunci biar kamu bisa masuk." Gigi Nesta dipamerin depan Viano. Tahulah maksudnya apa.Seandainya Viano tidak dalam kondisi yang paling bikin malu sepanjag sejarah hidupnya, mungkin mereka sudah ....Ish, merasa mau gantung diri kalau ingat kejadian tadi siang."Badan kamu anget." Nesta memegang keningnya lagi, "ini gara-gara keasyikan berenang sama Yato

  • Warning: Bos Galak!   63. Ketahuan

    Ada, ya, suami jadi panas dingin gara-gara diintip istrinya pas BAB?"Kamu melewati step secara mendadak, bikin aku syok. Tau, nggak?""Step apaan, sih? Nggak paham." Nesta yang duduk di samping tempat tidur membalas dengan lebih garang. Barusan dia memeriksa kening Viano masih lumayan hangat."Yah, itu. Pengenalan dalam ruamh tangga." Duh, mati ini Viano punya istri berkelakuan absurd."Yah, 'kan, aku memang sudah duluan di kamar mandi," kilah Nesta."Ya, harusnya ditutup pintunya. Biar aku nggak main selonong. Coba kalau Mang Ujang yang masuk. Gimana coba?" Biarpun sakit, urusan garang tetap nomor wahid."Ye! Justru aku sengaja nggak kunci biar kamu bisa masuk." Gigi Nesta dipamerin depan Viano. Tahulah maksudnya apa.Seandainya Viano tidak dalam kondisi yang paling bikin malu sepanjag sejarah hidupnya, mungkin mereka sudah ....Ish, merasa mau gantung diri kalau ingat kejadian tadi siang."Badan kamu anget." Nesta memegang keningnya lagi, "ini gara-gara keasyikan berenang sama Yato

  • Warning: Bos Galak!   62. Malam Pertama

    "Kamu banyak cewek yang naksir, dong!" Nesta misuh-misuh"Yah, kalau banyak cowok yang naksir kamu malah lebih berat saingannya, Nes!"Seratus persen akurat."Jangan-jangan salh satu buket bunga malah ada dari cowok juga.""Ih, amit-amit!" Nesta mengetuk-ketuk kepala."Kamu marah-marah aja, nngak tau apa, suaminya pegel-pegel?"Viano tidur tengkurap. Terus dia tepuk punggungnya sendiri.Ini, mau main kuda-kudaan versi belakang?Any way bapaknya Nesta kalau lagi pegal begitu biasanya Nesta injak-injak. Mungkin Viano juga mau begitu."Mau diinjek-injek, nggak?""Apa!" Saking kagetnya Viano sampai balik badan. Jangan bilang gara-gara cemburu soal hadiah dan buket bunga Nesta mau bunuh dia."Masa suami diinjek!""Injek-injek, Sayang, You know, itu kayak massage alias pijit. Cuma ini pakai kaki biar mantap.""Patah tulang suami kamu ini!""Coba aja dulu, enak tau!" Nesta memancungkan bibirnya.Sebentar. Ini yang bilang Nesta. Nesta, loh!Cewek aneh yang tidak ada anggun-anngunnya. Ibarat k

  • Warning: Bos Galak!   61. Sah

    "Sah?""SAH!"Diiringi doa yang panjang dan khidmat di situ Nesta tahu dia sudah halal buat Viano. Dan, pada akhirnya dapat juga jatah unboxing isi di balik baju Viano yang sudah dari kapan hari bikin Nesta mupeng.Pertama dapat jatah salim tangan dulu, terus dikecup di kening sama Viano. Fotographer bilang tahan dulu, Nesta pikir itu sebuah anugrah.Gileee! Bibir seksi Pak Bos yang biasa dipakai buat marahin dia sekarang menempel di kening dengan diawali Bismillah. Mana nolak disuruh lama-lama.Oh iya, semalam --sebelum ijab qabul--Viano iseng upate foto di media sosial-nya. Masih ingat, dong, dia pernah ambil foto Nesta diam-diam. Nah, iti dia pakai buat di-up.Keterangan fotonya itu, bikin sejagad raya huru-hara.She's my queen.Singkat begitu, tapi banjir komentar.Komentarnya bagus, pujian semua. Tapi bikin nyesek batin Nesta pas baca. Berasa dia jadi gadis yang dipojokkan.[Ya Allah, cari di mana cowok yang bisa terima cewek apa adanya gini?][Beruntung banget ya dicintai cowok

  • Warning: Bos Galak!   60. Fix Serombonga

    "Papa, nanti Kak Nesta jadi mamanya Raja, ya?"Viano berhenti dari kesibukannya--memeriksa laporan kerja. Mengalihkan pandangan dari laptop pada anaknya"Seneng, 'kan?" Dia mengusap kepala anaknya yang kebetulan berdiri di samping."Berarti, nanti Raja bisa kayak Davin?" tanyanya dengan mata berbinar."Emang, Davin kenapa?""Davin kalau sekolah, mamanya yang masakin bekal. Nanti Kak Nesta kalau udah jadi mamanya Raja, pasti mau masakkin juga.""Mmh." Viano melengkungkan bibir.Oh, iya. Ada satu lagi yang perlu Viano ajarkan pada Raja. Kayaknya, mulai sekarang dia harus latihan panggil mama ke Nesta. Tinggal menghitung hari, mereka akan sah. Masa, masih panggil 'kak'."Kak Nesta, 'kan, udah mau jadi mamanya Raja, mulai sekarang coba latihan panggilnya mama.""Mama Nesta?" Raja menaikkan alis.Harusnya mama saja. Tapi, lumayanlah untuk percobaan biar terbiasa panggil mama."Iya, panggilnya Mama.""Mama ...." Sedikit takjub Raja bisa mengucapkan kata itu."Papa nanti mau liburan ke Bali

  • Warning: Bos Galak!   59. Gagal Bulan Madu

    Viano belum muncul, Nesta membuka instagram. Penasaran sama orang-orang yang sejak kemarin menghinanya.Cukup menyakitkan hati. Terutama komentar terakhir yang mengatakan Nesta harus lebih baik dari peliharaannya.Eh, akun Kevin Adi Prana membalas komentar?Nesta baca.Masalah, memangnya? Mungkin dia memang nggak secantik kamu. Tapi, kalau Pak Bos yang kalian agungkan karena mukannya yang ganteng itu suka sama dia, bisa apa kalian?Nesta memeluk ponselnya. Kevin membela dia, itu cukup mengharukan. Sejak beberapa hari Nesta tidak berani buka media sosial.Klik love untuk komentar Kevin.Masih ada satu lagi. LusiEsterga29 juga membalas komentar.Bokongku bahkan lebih cantik dari wajahmu. Tapi, selera cowok emang susah ditebak. Nggak usah iri, bikin jatuh harga diri.Lusi memang paling jago kalau untuk urusan nyinyir.Meski begitu, tetap saja Nesta merasa Viano kayak ketiban sial sampai berjodoh dengannya. Bapaknya sendiri saja sampai ragu Nesta dilamar Viano."Nesta?"Pas menoleh langsu

  • Warning: Bos Galak!   58. Damai

    Ibu sama bapaknya Nesta bikin malu saja, deh. Setelah sebelumnya mereka bersikap menolak--terutama Ningsih. Giliran didatangi Viano gayanya langsung salah tingka. Lebih-lebih Sarwani yang malah tanya ke Viano memang tidak salah mau sama anaknya.Dia itu bapak kandung atau bukan, sih!Viano kemarin datang tidak bawa apa-apa, martabak saja lupa. Baru kenalan dulu sama orang tua, minimal mereka sudah bisa menilai pantas atau tidak jadi menantunya. Kalau itu sih tidak usah ditanya, 100% pantas!Rencananya, setelah pertemuan ini, Viano akan mengatur pertemuan antara kedua orang tua. Secepatnya lamaran resmi akan dilaksanakan, baru menentukan tanggal pernikahan.Senang?Belum. Cobaan menjelang kawin eh maksudnya nikah, masih ada saja.Richard mendapat teror dari wartawan media online terkait berita kedekatan Viano dengan Nesta--Big Bos dan kacung. Hfth! warga negara tercinta pada heboh soal jenjang kasta mereka yang beda jauh.Sejauh ini, Richard tidak memberikan penjelasan apa-apa. Dia mem

  • Warning: Bos Galak!   57. Calon Suami

    Nesta pulang ke rumah. Sebetulnya, dia bukan gadis desa yang kampung-kampung banget begitu. Rumahnya masih masuk dalam daerah Jabodetabek. Dia memang memilih untuk tinggal sendiri sebab tidak tahan dengan ibu tirinyaHari ini Viano mau datang ke rumahnya. Kemungkinan, sore sampai. Maka dari itum pagi-pagi Nesta sudah pulang ke rumah supaya nanti bapak dan ibunya tidak kaget kalau tahu mereka bakalan dapat door prize calon menantu idaman,."Apa-apaan kamu, Nes!" Tanggapan Ningsih yang kelihatan sangat tidak suka mendengar kabar putri sambungnya akan dilamar oleh seseorang.Sebetulnya Nesta merasa tidak perlu restunya. Hanya saja, sebagai anak yang diasuh sejak umur dua tahun--meskipun tanpa kasih sayang--tetap saja dia harus menghormati ibunya.Sarwani ayahnya Nesta hanya bisa menghela napas berat,Ningsih sambil membereskan baju-baju, yang baru saja disetrika lanjut mengomel."Kamu itu belum bisa belum bisa nyenengin keluarga. Ibu sama bapak masih susah, makan aja kembang kempis. Adik

  • Warning: Bos Galak!   56. Panggilan Sayang

    Malam-malam Viano Kirim pesan ke Nesta. Menyuruh gadis itu keluar keluar dari kamar kosnya.Nesta sampai berjengit, tumben-tumbenan Viano datang menemuinya. Penasaran. Yang paling penting dari itu semua adalah Nesta bisa melihat wajahnya Viano lagi setelah beberapa jam terpisah.Buru-buru pakai sandal, dia keluar untuk menemui Viano.Aduhai, makin tampan saja dia. Makin kesengsem Nesta. Kemeja hitamnya digulung sedikit, tangannya dilipat di dada, bersandar di mobilnya."Lama amat!" protes Viano ketika dia melihat Nesta.Lama dari Hongkong!Jelas-jelas begitu baca pesannya, Nesta langsung buru-buru datang."Bilang aja, Bapak enggak sabar mau ketemu saya.:"Idih, kepedean!" Viano bergidik.Nesta tingak-tinguk. Tadinya dia kira Viano menyuruh keluar sebab ada pekerjaan yang mau dikasih atau mau titip Raja karena ada kesibukan lainnya.Tidak ada Raja dan dia kelihatannya santai-santai saja.Detik selanjutnya, Viano membuka pintu mobil. Sebentar dia mengambil sesuatu yang ada di dalam."Am

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status