Lusi melihat mobil Viano keluar dari area parkir. Hari ini, tidak ada jadwal makan siang atau rapat di luar. Mau ke mana jadinya?Kebetulan, saat mau menggandakan berkas, Ivan baru mau masuk ke ruangannya."Ivan!" Matikan mesin fotocopy, Lusi menghampirinya."Pak Viano keluar ke mana dia?"Ivan mengangkat pundak. "Saya nggak tau.""Dia nggak bilang sama kamu?""Lah, yang sekretaris Pak Viano, 'kan, kamu?" Tunjuk Ivan pada Lusi."Hiih, nggak penting!"Ivan berjengit. Dikasih tahu malah marah-marah.Lusi kayaknya kena karma dari marah-marahnya. Kaki dia keserimpet sendiri, sampai nyaris jatuh.Untung ada Ivan super hero KW yang sigap menolong.Lusi pikir dia bakal terjungkal, nyatanya Ivan malah menangkap tubuhnya.Berkas-berkas yang dipegang Lusi bertaburan di lantai, sementara tubuhnya masih dipegang Ivan."Hati-hati," ujar Ivan yang membuat Lusi buru-buru mengakkan tubuhnya.Sibuk rapikan penampilan dulu, lupa sama berkas yang berantakan."Aduh, jangan sampai kamu ulangi perbuatan gi
Agaknya gara-gara dibilang tua, Viano marah. Beres bantu memasukkan barang, dia pergi begitu saja tanpa permisi, kemudian masuk ke dalam mobil.Setelah memperhatikan Viano sampai hilang dari pandangannya, kini Nesta beralih menatap Kevin. Dia meminta izin pada bosnya tersebut untuk menemui Viano.Sebetulnya Kevin kurang suka. Yah, daripada dibilang sombong, terpaksa izinkan."Bentar, ya, Vin!""Mmh." Kevin memilih untuk menunggu di dalam toko.Hampir saja Viano pergi tanpa bawa hasil, tiba-tiba Nesta datang mengetuk kaca mobilnya.Tekan tombol, secara otomatis kaca jendela turun ke bawah. Begitu saling beradu pandang, dengan penuh percaya diri Nesta tersenyum lebar sambil melambaikan tangan."Ngapain kamu senyum-senyum gitu. Dikira cantik?" Bukan dapat pujian malah hinaan.Tidak apa, Nesta kuat. Dia sudah biasa kalau dihina Viano, jantungnya sudah cukup kuat, kok."Bapak ngapain ke sini?" Masih menunggu jawaban, Viano malah buang muka.Nesta masih membungkuk. Dia memiliki keyakinan kal
"Seneng amat." Kevin berkomentar soal Nesta yang kelihatan kegirangan setelah bertemu Viano."Gimana nggak seneng," katanya sambil berjalan menuju meja kasir. Menyimpan lebih dulu di laci bawah meja map coklat yang tadi dia terima."Aku baru bebas dari bencana kelaparan, Vin.""Emang, itu apa?" Mata Kevin menyorot pada laci bawah meja, tempat di mana Nesta menyimpan yang dia pegang tadi."Ijazah yang ditahan di perusahaan Pak Viano." Nesta berjoget kegirangan."Berarti udah aman, dong, dari utang perusahaan?"Nesta mengangguk dengan senyum semringah."Selamat, ya, kalau gitu. Aku ikut senang.""Makasih, Vin."Nesta benar-benar harus bersyukur atas apa yang dia dapat hari ini. Hampir saja dia mau minta jatah mie menjelang kadaluarsa ke Kevin. Harganya bisa diskon 30%. Lumayan, 'kan, buat stock satu bulan ke depan."Berarti, habis ini kamu bisa cari kerja di tempat lain yang gajinya lebih besar, Nes.""Kayaknya aku nggak bakal cari kerja di tempat lain, deh. Soalnya udah nyaman banget k
Dua wanita sibuk mempersiapkan diri untuk datang ke pesta.Lusi hari ini pergi ke salon. Merawat diri sebaik mungkin--massage, lulur, totok wajah dan berbagai perawatan lain.Nanti malam, 'kan, acara ulang tahun mamanya Viano. Dia harus jadi yang paling memukau.Belum lagi, soal rencana yang sudah disusun. Hmh, harus totalitas dalam penampilan. Maunya, dia tampil paling cantik tidak ada yang bisa menyaingi. Terlebih si Nesta. Biar terbuka mata Viano dan sadar siapa yang lebih layak untuk berdampingan dengannya.Sebuah gaun baru keluaran brand ternama juga sudah disiapkan. Ditambah kiriman parfum dari Paris, Lusi pikir dia yang akan paling sempurna nanti malam.Lain ceritanya dengan Nesta. Dia bukan pusing soal penampilan, melainkan masih bingung soal orang kaya, kalau ulang tahun biasanya dikasih hadiah apa.Pertanyaanya, membuat Kevin geleng-geleng.Sebetulnya, wajar kalau Nesta tanya begitu. Dia memikirkan mau kasih hadiah apa yang pantas buat mamanya Viano. Secara mereka orang kaya
Aduh, bagaimana ya, Lusi rasanya mau tertawa. Cuma, tidak enak juga kalau dia menunjukkan ekspresi kemenangan secepat ini.Garseta sengaja mengadakan pesta di rumah, berkonsep makan malam formal. Tentunya dengan aturan table manner. Anak kampung seperti Nesta, pastilah mana tahu cara table manner yang sempurna.Sudah terbayang akan seperti apa tampilannya nanti."Mari, Nona, silakan!" Pelayan membantu Lusi untuk menuju meja makan malam.Garseta dan yang lainnya juga sudah siap. Terrmasuk sepupu-sepupu Viano.Viano ada di samping mamanya. Wajahnya terlihat gusar meski dia tidak mengatakan apa pun.Nesta masih berdiri bersama Kevin di sebelahnya.Oh, waw! Apa itu? Viano menangkap sesuatu. Siapa yang mendandaninya seperti itu?Kenapa malam ini, dia terlihat sangat manis?Kursi untuk mama dan papanya Viano disiapkan lebih dulu, tidak ada yang berani duduk sebelum mereka selesai menempelkan bokong di kursi."Masuklah dari bagian sebelah kanan,, pelan-pelan bergeser ke kiri. Tegakkan punggu
"Kenapa kamu buru-buru membawa gadis itu pergi?"Ingin sekali rasanya Viano menertawakan mamanya keras-keras. Intonasinya saat bicara berlawanan dengan makna yang sebenarnya tersembunyi dalam hati.Richard menyentuh tangan Garseta. Mengingatkan agar istrinya tidak merusak pestanya sendiri. Sementara Kevin tidak tinggal diam. Dia tahu malam ini memang akan kacau. Dari awal sudah merasa tidak mungkin mereka mengundang Nesta datang, tanpa maksud tertentu."Ayo, Nes, kita pulang."Hampir saja Kevin bisa meraih tangan Nesta dan menutunnya keluar dari tempat terburuk itu, Viano menjauhkannya."Biar saya yang antar dia."Kevin mengeluarkan tawa yang sama sekali tidak terdengar lucu. "Bukankah harusnya saat ini kamu bersikap manis dengan ibumu yang sedang ulang tahun? Kalau begitu, jangan sibuk mengurus orang lain.""Apa-apaan kamu!" Viano mencengkram kerah baju Kevin."Pak!" Nesta membela temannya. Saat itu juga Kevin menepis tanpa rasa takut."Viano!" Garseta menyalak. Dia tidak habis pikir
Pejamkan mata, Nesta memajukan bibir. Berjinjit supaya bisa sampai pada Viano yang lebih tinggi darinya. Bibirnya manyun-manyun.Jangankan nafsu. Melihat kelakuan Nesta, Viano malah jadi jijik.Toyor kepalanya."Tuh, 'kan!" rutuk Nesta, "Bapak memang nggak pernah suka sama saya.""Sama cowok lain, kamu kayak gini?" Malah dimarahi dia."Bapak kira, saya apaan! Sama cowok lain nggak berani. Cuma sama Bapak. Karena Bapak tukang PHP! Berapa kali saya dibohongin?"Viano memijit pelipisnya. Tadi dia kesurupan atau bagaimana ya? Bisa-bisanya bilang mau menikahi Nesta.Habis, tadi suasananya memang dramatis dan beraura romantis. Gara-gara kesablengan Nesta, Viano sekarang mau tarik lagi omongannya. Masalahnya, kalau dia batalkan itu anak bisa sakit jiwa sungguhan."Otak kamu harusnya berkembang seiring dengan pertumbuhan tubuh kamu!" Lagi-lagi Viano memijit kepala. "Kayaknya, kamu makin eror gara-gara dimarahin mama saya."Tidak terima dikatakan error, Nesta punya jawaban lain."Bapak ini umu
Raja menginap di rumah Garsetta. Terpaksa karena Viano masih harus beradu debat lagi dengan GarsetaBeruntung, ada Mia yang mau menemani.Raja pikir keributan tadi malam sudah cukup. Ternyata, pagi ini-- dari balik pintu kamar--dia lihat sendiri papanya tidak bergerak di ruang tengah. Menunggu Oma agar mau memaafkan."Suster, kenapa papa enggak bangun dari situ?""Papanya Den Raja lagi ngobrol sama oma," jelas Mia."Den Raja di dalam aja, nggak boleh keluar ya.""Tapi, kakinya papa pasti sakit. Udah lama papa diam di situ."Mia juga sebetulnya tidak tega melihat Viano berlutut cukup lama, tetapi tidak dianggap oleh ibunya. Namun, dia bisa apa? Posisinya di sini hanyalah sebagai pengasuh Raja. Tidak berhak ikut campur."Papa dimarahin oma lagi, pasti gara-gara Raja.""Nggak, bukan gitu."Mia mengusap air mata Raja yang menetes di pipinya. "Anak cowok, kok nangis? Nggak boleh nangis, ya," bujuknya."Kakinya papa pasti sakit. Kasihan papa, Sus."Mia juga tahu. Hanya saja, dia tidak tahu
Ada, ya, suami jadi panas dingin gara-gara diintip istrinya pas BAB?"Kamu melewati step secara mendadak, bikin aku syok. Tau, nggak?""Step apaan, sih? Nggak paham." Nesta yang duduk di samping tempat tidur membalas dengan lebih garang. Barusan dia memeriksa kening Viano masih lumayan hangat."Yah, itu. Pengenalan dalam ruamh tangga." Duh, mati ini Viano punya istri berkelakuan absurd."Yah, 'kan, aku memang sudah duluan di kamar mandi," kilah Nesta."Ya, harusnya ditutup pintunya. Biar aku nggak main selonong. Coba kalau Mang Ujang yang masuk. Gimana coba?" Biarpun sakit, urusan garang tetap nomor wahid."Ye! Justru aku sengaja nggak kunci biar kamu bisa masuk." Gigi Nesta dipamerin depan Viano. Tahulah maksudnya apa.Seandainya Viano tidak dalam kondisi yang paling bikin malu sepanjag sejarah hidupnya, mungkin mereka sudah ....Ish, merasa mau gantung diri kalau ingat kejadian tadi siang."Badan kamu anget." Nesta memegang keningnya lagi, "ini gara-gara keasyikan berenang sama Yato
Ada, ya, suami jadi panas dingin gara-gara diintip istrinya pas BAB?"Kamu melewati step secara mendadak, bikin aku syok. Tau, nggak?""Step apaan, sih? Nggak paham." Nesta yang duduk di samping tempat tidur membalas dengan lebih garang. Barusan dia memeriksa kening Viano masih lumayan hangat."Yah, itu. Pengenalan dalam ruamh tangga." Duh, mati ini Viano punya istri berkelakuan absurd."Yah, 'kan, aku memang sudah duluan di kamar mandi," kilah Nesta."Ya, harusnya ditutup pintunya. Biar aku nggak main selonong. Coba kalau Mang Ujang yang masuk. Gimana coba?" Biarpun sakit, urusan garang tetap nomor wahid."Ye! Justru aku sengaja nggak kunci biar kamu bisa masuk." Gigi Nesta dipamerin depan Viano. Tahulah maksudnya apa.Seandainya Viano tidak dalam kondisi yang paling bikin malu sepanjag sejarah hidupnya, mungkin mereka sudah ....Ish, merasa mau gantung diri kalau ingat kejadian tadi siang."Badan kamu anget." Nesta memegang keningnya lagi, "ini gara-gara keasyikan berenang sama Yato
"Kamu banyak cewek yang naksir, dong!" Nesta misuh-misuh"Yah, kalau banyak cowok yang naksir kamu malah lebih berat saingannya, Nes!"Seratus persen akurat."Jangan-jangan salh satu buket bunga malah ada dari cowok juga.""Ih, amit-amit!" Nesta mengetuk-ketuk kepala."Kamu marah-marah aja, nngak tau apa, suaminya pegel-pegel?"Viano tidur tengkurap. Terus dia tepuk punggungnya sendiri.Ini, mau main kuda-kudaan versi belakang?Any way bapaknya Nesta kalau lagi pegal begitu biasanya Nesta injak-injak. Mungkin Viano juga mau begitu."Mau diinjek-injek, nggak?""Apa!" Saking kagetnya Viano sampai balik badan. Jangan bilang gara-gara cemburu soal hadiah dan buket bunga Nesta mau bunuh dia."Masa suami diinjek!""Injek-injek, Sayang, You know, itu kayak massage alias pijit. Cuma ini pakai kaki biar mantap.""Patah tulang suami kamu ini!""Coba aja dulu, enak tau!" Nesta memancungkan bibirnya.Sebentar. Ini yang bilang Nesta. Nesta, loh!Cewek aneh yang tidak ada anggun-anngunnya. Ibarat k
"Sah?""SAH!"Diiringi doa yang panjang dan khidmat di situ Nesta tahu dia sudah halal buat Viano. Dan, pada akhirnya dapat juga jatah unboxing isi di balik baju Viano yang sudah dari kapan hari bikin Nesta mupeng.Pertama dapat jatah salim tangan dulu, terus dikecup di kening sama Viano. Fotographer bilang tahan dulu, Nesta pikir itu sebuah anugrah.Gileee! Bibir seksi Pak Bos yang biasa dipakai buat marahin dia sekarang menempel di kening dengan diawali Bismillah. Mana nolak disuruh lama-lama.Oh iya, semalam --sebelum ijab qabul--Viano iseng upate foto di media sosial-nya. Masih ingat, dong, dia pernah ambil foto Nesta diam-diam. Nah, iti dia pakai buat di-up.Keterangan fotonya itu, bikin sejagad raya huru-hara.She's my queen.Singkat begitu, tapi banjir komentar.Komentarnya bagus, pujian semua. Tapi bikin nyesek batin Nesta pas baca. Berasa dia jadi gadis yang dipojokkan.[Ya Allah, cari di mana cowok yang bisa terima cewek apa adanya gini?][Beruntung banget ya dicintai cowok
"Papa, nanti Kak Nesta jadi mamanya Raja, ya?"Viano berhenti dari kesibukannya--memeriksa laporan kerja. Mengalihkan pandangan dari laptop pada anaknya"Seneng, 'kan?" Dia mengusap kepala anaknya yang kebetulan berdiri di samping."Berarti, nanti Raja bisa kayak Davin?" tanyanya dengan mata berbinar."Emang, Davin kenapa?""Davin kalau sekolah, mamanya yang masakin bekal. Nanti Kak Nesta kalau udah jadi mamanya Raja, pasti mau masakkin juga.""Mmh." Viano melengkungkan bibir.Oh, iya. Ada satu lagi yang perlu Viano ajarkan pada Raja. Kayaknya, mulai sekarang dia harus latihan panggil mama ke Nesta. Tinggal menghitung hari, mereka akan sah. Masa, masih panggil 'kak'."Kak Nesta, 'kan, udah mau jadi mamanya Raja, mulai sekarang coba latihan panggilnya mama.""Mama Nesta?" Raja menaikkan alis.Harusnya mama saja. Tapi, lumayanlah untuk percobaan biar terbiasa panggil mama."Iya, panggilnya Mama.""Mama ...." Sedikit takjub Raja bisa mengucapkan kata itu."Papa nanti mau liburan ke Bali
Viano belum muncul, Nesta membuka instagram. Penasaran sama orang-orang yang sejak kemarin menghinanya.Cukup menyakitkan hati. Terutama komentar terakhir yang mengatakan Nesta harus lebih baik dari peliharaannya.Eh, akun Kevin Adi Prana membalas komentar?Nesta baca.Masalah, memangnya? Mungkin dia memang nggak secantik kamu. Tapi, kalau Pak Bos yang kalian agungkan karena mukannya yang ganteng itu suka sama dia, bisa apa kalian?Nesta memeluk ponselnya. Kevin membela dia, itu cukup mengharukan. Sejak beberapa hari Nesta tidak berani buka media sosial.Klik love untuk komentar Kevin.Masih ada satu lagi. LusiEsterga29 juga membalas komentar.Bokongku bahkan lebih cantik dari wajahmu. Tapi, selera cowok emang susah ditebak. Nggak usah iri, bikin jatuh harga diri.Lusi memang paling jago kalau untuk urusan nyinyir.Meski begitu, tetap saja Nesta merasa Viano kayak ketiban sial sampai berjodoh dengannya. Bapaknya sendiri saja sampai ragu Nesta dilamar Viano."Nesta?"Pas menoleh langsu
Ibu sama bapaknya Nesta bikin malu saja, deh. Setelah sebelumnya mereka bersikap menolak--terutama Ningsih. Giliran didatangi Viano gayanya langsung salah tingka. Lebih-lebih Sarwani yang malah tanya ke Viano memang tidak salah mau sama anaknya.Dia itu bapak kandung atau bukan, sih!Viano kemarin datang tidak bawa apa-apa, martabak saja lupa. Baru kenalan dulu sama orang tua, minimal mereka sudah bisa menilai pantas atau tidak jadi menantunya. Kalau itu sih tidak usah ditanya, 100% pantas!Rencananya, setelah pertemuan ini, Viano akan mengatur pertemuan antara kedua orang tua. Secepatnya lamaran resmi akan dilaksanakan, baru menentukan tanggal pernikahan.Senang?Belum. Cobaan menjelang kawin eh maksudnya nikah, masih ada saja.Richard mendapat teror dari wartawan media online terkait berita kedekatan Viano dengan Nesta--Big Bos dan kacung. Hfth! warga negara tercinta pada heboh soal jenjang kasta mereka yang beda jauh.Sejauh ini, Richard tidak memberikan penjelasan apa-apa. Dia mem
Nesta pulang ke rumah. Sebetulnya, dia bukan gadis desa yang kampung-kampung banget begitu. Rumahnya masih masuk dalam daerah Jabodetabek. Dia memang memilih untuk tinggal sendiri sebab tidak tahan dengan ibu tirinyaHari ini Viano mau datang ke rumahnya. Kemungkinan, sore sampai. Maka dari itum pagi-pagi Nesta sudah pulang ke rumah supaya nanti bapak dan ibunya tidak kaget kalau tahu mereka bakalan dapat door prize calon menantu idaman,."Apa-apaan kamu, Nes!" Tanggapan Ningsih yang kelihatan sangat tidak suka mendengar kabar putri sambungnya akan dilamar oleh seseorang.Sebetulnya Nesta merasa tidak perlu restunya. Hanya saja, sebagai anak yang diasuh sejak umur dua tahun--meskipun tanpa kasih sayang--tetap saja dia harus menghormati ibunya.Sarwani ayahnya Nesta hanya bisa menghela napas berat,Ningsih sambil membereskan baju-baju, yang baru saja disetrika lanjut mengomel."Kamu itu belum bisa belum bisa nyenengin keluarga. Ibu sama bapak masih susah, makan aja kembang kempis. Adik
Malam-malam Viano Kirim pesan ke Nesta. Menyuruh gadis itu keluar keluar dari kamar kosnya.Nesta sampai berjengit, tumben-tumbenan Viano datang menemuinya. Penasaran. Yang paling penting dari itu semua adalah Nesta bisa melihat wajahnya Viano lagi setelah beberapa jam terpisah.Buru-buru pakai sandal, dia keluar untuk menemui Viano.Aduhai, makin tampan saja dia. Makin kesengsem Nesta. Kemeja hitamnya digulung sedikit, tangannya dilipat di dada, bersandar di mobilnya."Lama amat!" protes Viano ketika dia melihat Nesta.Lama dari Hongkong!Jelas-jelas begitu baca pesannya, Nesta langsung buru-buru datang."Bilang aja, Bapak enggak sabar mau ketemu saya.:"Idih, kepedean!" Viano bergidik.Nesta tingak-tinguk. Tadinya dia kira Viano menyuruh keluar sebab ada pekerjaan yang mau dikasih atau mau titip Raja karena ada kesibukan lainnya.Tidak ada Raja dan dia kelihatannya santai-santai saja.Detik selanjutnya, Viano membuka pintu mobil. Sebentar dia mengambil sesuatu yang ada di dalam."Am