Wanita yang Menolak Lamaranku 39"Citra? Enggak, kamu bukan Citra anakku. Anakku itu cantik, tangannya juga halus beda banget sama kamu yang wajahnya kusam tidak terawat. Enggak, kamu bukan. Citra." Ibu melotot dan menggeleng usai aku mengatakan kalau siapa aku dan seperti yang kuduga, wanita yang sudah melahirkanku itu tidak percaya. Tangan yang sudah mulai berkeriput itu meraba pipiku. Aku memejamkan mata, betapa aku merindukan sentuhan hangat seorang ibu. Lalu ia beralih meraba tanganku lalu telapak tangan. Bahkan Ibu juga melihat tanganku yang melepuh terkena percikan minyak saat menggoreng dua hari yang lalu. "Ini apa? Terkena minyak, kan? Tidak mungkin anakku turun tangan masak sendiri di rumah suaminya. Ia punya suami kaya yang punya asisten rumah tangga sehingga tidak mungkin anakku yang bernama Citra masak sampai tangannya terluka seperti ini." Ia mengamati dengan seksama bekas luka terkena cipratan minyak lalu menghempaskan dengan kasar. "Ibu ini benar-benar aku. Citra."
Wanita yang Menolak Lamaran ku 40Saat hendak memasuki toko, aku dikejutkan dengan mobil warna silver yang berhenti di depan toko. Pintu mobil itu terbuka dan keluarlah seorang wanita yang terlihat elegan dengan dress berwarna biru muda. 'Enak sekali jadi orang kaya, bisa nyetir sendiri.' Aku terus bergumam sendiri. Tetapi kemudian aku kaget karena ternyata wanita yang kukagumi itu adalah Vira. Jadi Vira sudah bisa nyetir mobil sendiri? Berarti hadiah mobil di pernikahannya itu bukan hanya bohongan. Kuhela napas kasar, seharusnya aku yang berada di posisinya bukan dia. Aku menelan ludah, dulu aku mengoloknya sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa naik motor dan sekarang ia malah bisa nyetir mobil sedangkan aku belum bisa. Aku memalingkan wajah saat Vira mulai memasuki toko, takut Vira melihat kedatanganku ini.Vira menenteng sebuah rantang susun lalu memasuki toko setelah menganggukkan kepala pada Pak satpam. Dia sama sekali tidak menegurku karena aku membelakanginya. Aku mal
Wanita yang menolak lamaran ku 41Aku tersenyum lalu mengusap airmata yang meleleh semakin deras, bahkan tadi sempat jatuh di piring dan mengenai nasi, tetapi tetap saja aku makan karena air mata ini benar-benar tidak bisa ditahan. Dia meluncur begitu saja. Ini adalah pertama kalinya aku menangis di depan wanita yang dari dulu selalu ku anggap rendah derajatnya ini. Saat ia menangis, aku selalu menertawakannya. "Kamu salah, Vir. Siapa bilang aku hidup menderita? Aku bahagia kok hidup bersama Mas Malik. Dia tidak semiskin yang kamu kira. Rumahnya bagus dan mewah, setiap hari aku diberinya makan enak. Kamu pasti salah informasi jika bilang suamiku bukan orang kaya," ucapku lancar dan meluncur begitu saja seperti mesin tanpa rem pengendali. Bagaimanapun juga, aku tidak mau mengaku hidup menderita bersama suami pilihanku sendiri. Aku tidak mau Vira menertawakan hidupku yang semuanya serba terbalik dengan dirinya. Aku ingin terlihat lebih bahagia di matanya. "Yakin kamu hidup bahagia
Wanita yang Menolak Lamaranku 42PoV Bu Tantri( ibunya Citra) "Bagaimana Pak? Udah bisa dihubungi belum?" tanyaku saat melihat suamiku yang sedari tadi mencoba menghubungi Citra hingga berulang kali. Sudah beberapa hari ini, anakku satu-satunya itu sulit dihubungi. Awalnya tersambung tetapi tidak diangkat, sekarang nomornya malah sudah tidak aktif, baik nomornya maupun milik suaminya sehingga membuat kami khawatir. Media sosial milik Citra juga tidak ada pembaruan sama sekali padahal ia sudah bilang, begitu sampai ia akan memposting kegiatan di rumah barunya itu. Namun sampai saat ini baik Facebook maupun instagram tidak ada status baru. Suamiku berjalan mondar-mandir ke kanan dan ke kiri seperti setrikaan. Ia mengacak rambutnya frustasi. "Bagaimana ini, Bu? Kenapa motorku belum dibawa ke sini juga? Aku susah kalau nggak ada motor seperti ini. Kemana-mana harus jalan kaki. Aku malu karena selalu diolok-olok tetangga," kata Mas Arman dengan muka merah padam. Aku mendengkus. "Buk
Wanita yang Menolak Lamaran ku 43PoV Citra"Ibu?" Mataku melotot seolah mau harus lepas dari tempatnya dan refleks menutup mulut dengan kedua tangan melihat wanita di hadapanku yang baru saja bertanya ternyata adalah ibuku sendiri. Bagaimana mungkin wanita yang sudah melahirkanku ini tiba-tiba ada di sini? Aku ingin pergi dari hadapan ibu agar ia tidak menginterogasiku, tetapi tiba-tiba ibu terhuyung dan ambruk. Ia pingsan sehingga membuatku panik. Aku membungkuk dan meminta bantuan pada orang-orang yang ada di toko. Belum hilang rasa kagetku dengan kedatangan Ibu di sini, tiba-tiba aku melihat Bapak memasuki toko dengan tergesa setelah ada keributan akibat pingsannya ibu. "Bu?" Bapak menggoyangkan lengan ibu. Aku memalingkan wajah dari hadapan Bapak, tetapi lelaki yang merupakan cinta pertamaku itu sudah terlanjur melihatku. "Citra? Jadi kamu beneran Citra? Apa yang kamu lakukan sehingga membuat ibumu pingsan?" tanya bapak dengan tatapan yang sulit ku artikan. "Sebaiknya k
Wanita yang menolak lamaran ku 44Usai makan, aku meminta ibu dan bapak agar segera pulang karena aku harus melanjutkan bekerja. "Ibu tidak mau sebelum memastikan kamu berpisah dengan Malik," kata ibu dengan tangan bersedekap. Berulang kali ia bersendawa karena perutnya penuh. Aku menggeleng. "Itu tidak akan terjadi, Bu, sampai kapan pun aku akan mempertahankan pernikahanku dengan Mas Malik ini," ujarku tegas. Ibu melotot. "Apa gunanya kamu sekolah bertahun-tahun menghabiskan biaya yang tidak sedikit, tetapi masih tetap saja bodoh? Buat apa mempertahankan lelaki seperti dia? Sudah, sebaiknya kita pulang saja ke rumahmu untuk mengambil pakaian dan siap-siap untuk menggugat cerai suamimu ke pengadilan." Ibu menarik tanganku tapi kuhempaskan dengan kasar lalu aku masuk ke dalam toko untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda, tidak peduli ibu yang terus menahanku. Jam kerjaku mulai pukul tujuh dan berakhir hingga pukul tiga karena hari ini aku di shift satu. Aku pikir Bapak da
Wanita yang Menolak LAMARANKU 45Elang dan Vira tidak menyadari kedatanganku karena aku masih terdiam dan begitu menikmati keindahan tubuh Elang sambil membayangkan seandainya aku berada di sampingnya dan yang sedang memakai kan jubah handuknya itu aku, lalu mengalungkan tangan di lehernya.Dia mencium keningku dengan lembut, lalu aku merebahkan kepala di dadanya yang bidang hingga aku dapat mendengar detak jantungnya yang bertalu-talu serta napasnya yang memburu. Saat ini aku benar-benar dibuat mabuk kepayang oleh lelaki yang pernah kutolak mentah-mentah itu. Kenapa harus ada longsor waktu itu sehingga ia harus datang dengan naik ojek? Haruskah aku menyalahkan Tuhan dengan semua ini?Penyesalanku semakin bertambah melihat kemesraan Elang pada Vira. Sempurna. Itu adalah kata-kata yang pas disematkan untuk Elang. Sudah kaya, tampan tubuhnya juga bagus, dan pengertian sedangkan suamiku hanya modal tampang saja. Uang? Zonk.Kalau dipikir-pikir, benar juga kata ibu. Percuma saja aku sek
Wanita yang menolak lamaran ku 46"Sepertinya enak, pagi-pagi kita berenang berdua dan setelah itu makan snack bar gandum dan minum yoghurt. Besok buatin, ya, Mas, kolam renangnya. Nggak usah besar-besar juga nggak apa-apa," ucapku sambil menggelayut manja di lengannya. Mas Malik mengerutkan dahi, tetapi setelah itu ia tersenyum dan mengangguk. "Aku mau halaman rumah kita ada taman dan ada sebuah pohon yang sangat rindang sehingga kita dapat duduk di bawah pohon sambil melihat bunga-bunga yang bermekaran. Menyenangkan sekali," ucapku dengan wajah berbinar. Lagi, Mas Malik menanggapinya dengan tersenyum. "Aku juga mau mobil mewah, Mas, sehingga kalau mau kemana-mana enggak takut kehujanan atau kepanasan saat cuaca terik," kataku bersemangat. "Hem.""Aku mau punya asisten rumah tangga yang mau disuruh-suruh untuk melakukan pekerjaan rumah," "Yup, apalagi?" Mas Malik menatapku tajamAku meraba dagu. "Em, aku mau kuliah lagi, Mas, agar bisa punya pekerjaan yang lebih baik bukan ha
Wanita yang menolak lamaran ku 56Buru-buru aku mengambil ponsel untuk menghubungi Citra, sementara Mas Elang keluar menyusul ibunya Malik untuk memberitahukan berita gembira ini.Aku lega, jika Malik sadar, itu artinya Citra bisa keluar dari rumahku. Iya, selama Citra ada di rumah, aku memang sedikit was-was akan terjadi sesuatu yang buruk, apalagi Mas Elang begitu perhatian pada Citra dan anaknya itu. Saat aku menghubungi Citra, terdengar bayinya sedang menangis. "Halo, Cit. Kamu harus ke rumah sakit sekarang juga. Malik__Telepon terputus sebelum aku selesai berbicara dan saat aku hendak menghubunginya lagi, sudah tidak diangkat. Ya sudahlah, yang penting dia akan segera ke sini untuk menjemput MalikBu Retno bersama Mas Elang berjalan tergesa menuju ruangan, namun dokter segera datang memeriksa keadaan Malik dan memberi isyarat agar kami tidak mendekat dulu karena dia sedang diperiksa. Setelah beberapa lama akhirnya dokter mempersilahkan kami untuk mendekat usai memastikan bahwa
Wanita yang menolak lamaran ku 55PoV Vira"Kamu pasti akan meminta Citra untuk pulang ke rumahnya setelah Malik sembuh, kan, Mas?" tanyaku saat kami berdua berada di dalam kamar.Entah kenapa perasaanku tidak enak semenjak Citra serta kedua orang tuanya ikut tinggal di sini meski mereka bilang hanya sementara, sampai Malik sadar. Ketakutanku ini bukan tanpa alasan. Tadi aku ingin memanggil Citra untuk ikut makan bersama, tetapi sudah keduluan Mas Elang. Akhirnya aku hanya berhenti di depan pintu. "Sini bayinya biar sama aku dulu kalau kamu mau makan," kata Mas Elang. Bayi mungil itu sedang dalam pangkuan Citra sementara paman dan bibi juga tidak ada di kamar. Mereka berdua sedang berjalan-jalan berkeliling rumah ini. "Enggak usah, Lang. Dia bisa di tidurkan saat aku makan." Citra tersenyum lalu meletakkan bayi itu di kasur lalu memberinya selimut kecil berwarna biru bergambar kartun. Bayi yang awalnya diam dan tertidur nyenyak itu menangis saat diletakkan dan tangisannya cukup k
Wanita yang menolak lamaran ku 54"Ada rencana apa, ya, kok sepertinya serius?" tanya Vira sambil menurunkan minuman yang dibawanya. Aku dan ibu saling berpandangan, lalu ibu nyengir dan menggaruk tengkuk. "Itu rencana Citra untuk punya anak laki-laki. Jadi gini, Vir, saat hamil, Citra itu selalu makan makanan yang mengandung protein agar anaknya laki-laki dan sekarang anaknya beneran laki-laki, kan? Itu artinya apa yang terjadi sesuai dengan yang ia rencanakan. Iya, kan, Cit?"Vira manggut-manggut. "Oh, iya, tetapi setiap aku datang ke rumah Citra, ia pasti sedang makan sayur-sayuran hijau," Tepuk jidat. Entah kenapa setiap kali Vira datang ke rumahku pasti sedang makan dan seperti biasa aku sedang makan dengan sayuran karena hanya itu yang ada. Makan telur rebus hanya dua kali sehari dan bukan pada saat Vira datang. "Ya udah. Sekarang minum dulu, ya. Kalau ada apa-apa nanti bilang saja sama Bik Nur." Vira tersenyum manis. Kubalas senyumannya dan mengangguk. Dia memang beruntung
Wanita yang Menolak Lamaranku 53"Aku nggak mau pulang, Bu. Aku ingin tetap di sini. Belahan jiwaku ada disini, tidak mungkin aku pergi meninggalkannya begitu saja." Aku menunduk. "Aku merasa seperti pengecut jika pulang meninggalkan suamiku di sini dalam keadaan koma. Aku ingin dia melihat aku yang pertama kali saat ia sadar nanti." "Citra, kamu harus pulang. Kasihan anak kamu. Kamu juga perlu istirahat. Percayalah, Malik pasti akan baik-baik saja. Kalau dia sadar, Ibu pasti akan segera hubungi kamu," kata ibu mertua mengusap pundakku dengan lembut. Wanita yang beberapa saat yang lalu sempat pingsan setelah mendengar berita mengenai musibah yang menimpa anaknya tersenyum dan mengangguk padaku untuk memberi isyarat agar aku mau menerima tawaran Vira. "Semua ini salahku, Bu. Seandainya aku tidak memaksa Mas Malik untuk mengantarku beli es buah, pasti tidak akan seperti ini keadaannya." Ibu mertua mengulurkan tangan lalu mendekatkan telunjuk di bibirku. "Ssst, jangan bilang sepert
Wanita yang Menolak Lamaranku 52Es buah di tanganku terlepas melihat Mas Malik tertabrak mobil karena menyelamatkan Vira dan Elang yang akan ditabrak mobil dengan cara mendorong mereka ke tepi jalan. Ia terpental hingga membentur aspal. Sedangkan mobil yang menabraknya langsung tancap gas, tidak peduli dengan orang yang sudah ditabraknya. Aku tidak peduli, yang ada di pikiranku saat ini hanya satu yaitu keselamatan Mas Malik. Mengenai si penabrak bisa diurus nanti. Semua terjadi begitu cepat. Aku berlari dan menjerit histeris memanggil namanya yang sudah tergeletak di jalan. Entah apa yang ada di pikirannya sehingga ia memutuskan membahayakan diri sendiri seperti ini demi orang lain. Apakah ia tidak tahu kalau aku begitu membutuhkannya. Suasana jalan yang tadinya rame lancar mendadak macet karena adanya kecelakaan ini.Aku berlari tanpa mempedulikan perutku yang besar ini. Kakiku terasa ringan seolah tidak membawa ada apa-apa di perutku ini. Vira dan Elang masih terjerembab di pin
Wanita yang Menolak Lamaranku 51Ibu terlihat lebih segar daripada dulu saat aku berkunjung ke rumah. Tubuhnya juga sedikit lebih berisi, wajahnya cerah, tidak pucat lagi. Pun dengan bapak, lelaki yang merupakan cinta pertamaku itu terlihat gagah di usianya yang sudah tidak lagi muda. Saat bapak dan ibu datang, aku sedang makan dan kali ini aku makan dengan lauk telur rebus plus oseng labu. Lidah ini memang sudah terbiasa mengecap makanan sederhana tapi jangan ditanya nikmatnya luar biasa.Awalnya mau berangkat ke rumah ibu, tetapi ibu mertua meminta kami untuk makan dulu. Iya, sejak aku hamil, wanita yang sudah melahirkan suamiku itu paling cerewet mengenai urusan makan dan nggak boleh makan sembarangan. "Kamu makan menggunakan alas cobek seperti ini, sedangkan yang lain menggunakan piring?" tanya ibu.Tepuk jidat. Kalau diperhatikan sekilas, aku memang seperti dibedakan di rumah ini. Yang lain makan memakai piring dan aku cukup dengan cobek saja. Kesannya aku adalah menantu yang t
Wanita yang Menolak Lamaranku 50Aku tertegun melihat wanita yang dulu selalu tampil cantik meski usianya sudah tidak muda lagi itu kini terlihat pucat. Tubuh yang dulu segar dan seksi ini kurus bahkan bisa dibilang sangat kurus, matanya juga cekung. Nyesek rasanya aku melihat ini.Wanita yang saat terakhir kali melihatnya ia memintaku untuk berpisah dengan suamiku ini terlihat sangat memprihatinkan.Tatapannya menerawang dan kosong. Ia sedang merobek-robek kertas dan membuangnya secara asal. "Bu?" Lidahku terasa kelu. Ia hanya menoleh sebentar lalu membuang muka, seolah tidak ingin melihat anaknya ini. "Apa yang terjadi dengan Ibu, Pak?" tanyaku beralih menatap bapak yang sepertinya juga tidak senang melihat kedatanganku. Aku pikir kedatanganku ini akan disambut dengan riang gembira dan mendapat pelukan hangat, tetapi ternyata aku salah. Mereka berdua bahkan cuek dan sinar matanya tidak memancarkan kerinduan. "Kamu senang melihat ibumu seperti ini, hah?" tanya bapak dengan nada t
Wanita yang menolak lamaran ku 49"Sini biar Ibu saja yang nyapu." Ibu mengambil alih sapu ijuk dari tanganku. Aku tersenyum dan dengan senang hati memberikan sapu itu. Tetapi bukan berarti aku bisa duduk ongkang-ongkang kaki karena masih ada pekerjaan yang menunggu selain menyapu. "Eh nggak jadi, Cit. Wanita hamil kalau nyapu nggak boleh berhenti di tengah jalan kalau nggak mau susah saat melahirkan. Nih, Ibu balikin!" kata Ibu. "Apa bisa begitu, Bu?" "Jelas, wanita hamil itu kalau melakukan suatu nggak boleh setengah-setengah alias harus sampai tuntas. Lagian kalau hanya menyapu juga nggak akan kecapekan, yang penting pelan-pelan aja. Nggak usah ngoyo. Ibu mau masak aja biar nanti saat kamu sudah selesai nyapu sudah ada makanan yang siap untuk disantap," kata ibu mertua. Aku tersenyum karena merasa diperhatikan olehnya. Meskipun ia tidak membelai-belai atau memberikan apa yang kumau, tetapi aku tahu kalau dia sayang padaku. "Kenapa senyum-senyum? Nggak usah GR. Aku tuh sayang
Wanita yang Menolak Lamaranku 48 PoV Citra"Kenapa Ibu tidak membiarkan Mas Malik untuk menikahi Tania yang orang kaya, Bu?" tanyaku setelah Tania pergi. Ia pasti sangat kecewa karena usahanya untuk merayu Mas Malik tidak berhasil. Sedari tadi aku sudah mempersiapkan mental jika ada kemungkinan buruk yang terjadi. Aku pikir ibu akan membujuk Mas Malik agar mau menerima Tania sebagai istri dan menceraikan aku begitu saja. Iya, ibu mana yang tidak mau anaknya punya istri kaya dan langsung diangkat menjadi manager? Apalagi Tania juga menjanjikan sesuatu yang sangat manis dan tidak akan didapatkan jika Mas Malik masih punya istri aku. Ibu mertua yang selama ini seolah tidak pernah menunjukkan wajah yang bersahabat denganku ternyata tidak seburuk yang kukira. Ia sayang padaku sebagai menantu dan hari ini ia sudah menunjukkan buktinya. "Memangnya kamu mau Malik nikah sama Tania dan menceraikan kamu?" Ibu balik tanya. Aku menggeleng dan meringis. Pertanyaan yang aneh, mana ada wanita y