Beranda / Romansa / Wanita Yang Melamar Suamiku / Bab 17. Mas Sigit Merebut Anak-anak

Share

Bab 17. Mas Sigit Merebut Anak-anak

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-29 21:54:53

Bab 17. Mas Sigit Merebut Anak-anak

Tidak, Bapak tidak boleh tau yang sebenarnya.

“Nduk, coba kowe jujur karo Bapak. Sebetulnya Ibumu itu pingsan itu karena apa, apa kowe paham, Nduk?”

Aku terkesiap. Benar kata Bapak. Kenapa aku tidak menyelidiki, apa penyebab Ibu tiba-tiba drop saat di depan restorang tadi. Kucoba mengingat ulangan kejadian di sana tadi. Mas Sigit memaksaku pulang, Bapak tiba-tiba masuk ke dalam, Nada dan Rara langsung memeluknya, lalu Bapak bilang Ibu ada di depan.

Astaga! Jangan-jangan si bawel Rara sudah menceritakan perangai ayahnya kepada Ibu. Ibu kaget, lalu hendak menanyakan langsung padaku, dia turun dari mobil lalu jatuh dan pingsan. Itu artinya ….

“Bapak?” lirihku menoleh ke arah bapak. Pria sepuh itu menatapku dengan tatapan yang sulit kupahami. Yang jelas kulihat adalah banyak kristal bening di mata tuanya. Ayahku sedang berusaha menahan air mata.

“Kita pulang ke kampung kalau ibumu sudah selesai operasinya, ya, Nduk!” ungkapnya dengan suara serak.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 18. Utang Uang Buat Ongkos Bapak Pulang Kampung

    Bab 18. Utang Uang Buat Ongkos Bapak Pulang Kampung========“Kamu yakin membawa ibumu pulang kampung, Ning?”Bu Ajeng menatapku lembut. Aku menunduk, sungguh perasaanku tak enak. Bagaimana aku akan mengungkapkan niat hatiku ini. Aku ingin meminjam uang darinya. Buat ongkos pulang kampung, buat beli susu formula bayi untuk Bima, juga untuk beli vitamin buat Bapak.Aku memutuskan akan menyapih Bima. Bayiku memang belum genap setahun, tapi aku harus tega demi kebaikan kami semua. Atas usul Ibu, Bima akan ikut Ibu di kampung, sementara aku akan tetap bekerja di rumah makan Bu Ajeng. Selain untuk membayar utang kepada Bu Ajeng dengan gajiku, juga untuk memantau kedua putriku yang sudah lima hari ini tinggal bersama Mas Sigit. Aku akan merebut mereka kembali entah bagaimanapun caranya nanti.Aku harus menyediakan susu formula untuk Bima sebagai pengganti ASI-ku. Tapi, aku tidak punya uang untuk itu. Aku harus nekat meminjam lagi kepada Bu Ajeng. Setelah aku hitung-hitung, beli susu pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 19. Bisikan Bening Kepada Elang Putra Bu Ajeng

    Bab 19. Bisikan Bening Kepada Elang Putra Bu Ajeng“Sebenarnya biar kamu enggak repot, aku bisa menjemputmu besok ke kampung. Aku akan minta izin kepada Bu Ajeng, kamu mau?” usulnya menoleh ke arahku sesaat. Kulihat binar di matanya. Hatiku berdegup gundah.“Tidak usah, Mas! Tolong enggak usah repot karena saya. Eeeh, maaf, bisa agak dipercepat sedikit laju mobilnya! Saya khawatir, Bapak sudha celas menunggu saya,” pintaku sedikit tegas.“Oh, iya. Kita balap, ya, Ning!”“Terima kasih, Mas!”Kulihat rona kecewa di wajahnya. Semoga dengan ketegasanku, mampu memupuskan harapan di hatinya.**Air mataku tak henti luruh. Kupeluk bayiku dengan erat. Bahkan wajahnya sudah basah karena ketetesan air mataku. Bayi montokku malah tertawa-tawaa karena ulahku. Mungkin dikiranya aku sedang mengajaknya bermain dengan pelukan dan ciumanku. Dia tak tahu kalau sesat lagi, dia tak akan lagi melihatku. Mungkin seminggu, dua minggu, bahkan mungkin juga sebulan.Di awal kerja, aku tak akan bisa beb

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 20.  Mas Elang Tak Lagi Mengenalku

    Bab 20. Mas Elang Tak Lagi Mengenalku“Mas Elang, apa kabar? Saya Bening, ingat, kan, Mas? Pegawai restoran yang dulu sering masakin Mas Elang bubur ayam. Mas Elang bilang bubur ayam buatan saya lebih enak daripada bubur ayam buatan Bu Ajeng,” bisikku di dekat telinga Mas Elang.Hening, tak ada jawaban dari bibirnya. Bibir pucat seolah tak berdarah itu tertutup rapat. Wajah seputih kapas seolah beku. Kutatap lekat, entah hilang ke mana wajah tampannya dulu. Mas Elang sekarang terlihat persis seperti tengkorak. Pipi kurus dengan tulang menonjol, bibir tegasnya terkelupas dan pecah-pecah. Mata yang dulu selalu bersinar setajam mata Elang kini terkatup rapat. Kalau bukan karena garis-garis yang bergerak naik turun di layar monitor yang terpasang di dekat kepalanya, semua orang pasti mengira dia sudah tiada.“Yo, wess, kamu pulang saja, Ning! Tolong urus restoran saja, ya, Nduk! Ibu akan menjagai Elang di sini. Restoran ibu serahkan sama kamu saja.“ Bu Ajeng terlihat sangat pasr

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 21. Nirmala Istri Mas Elang

    Bab 21. Nirmala Istri Mas ElangBenar saja, pria itu tak lagi mengenalku. Dia menggeleng pelan lalu menatap mata ibunya.“Kalau tidak ingat siapa dia, endak usah diingat, Le! Dia ini orang yang kerja di restoran ibu.” Bu Ajeng menyela. “Iya, saya tukang masak di restoran, ini saya mau mengembalikan hape Mas Elang. Oh … iya, Mas. Tadi Mbak Nirmala nelpon, katanya dia mau datang,” ucapku seraya mengulurkan ponsel milik pria itu.“A-apa? Nirmala nelpon? Dia mau datang?” Bu Ajeng tergagap tak percaya. Terlihat jelas wajahnya berubah semringah. Begitupun pak Gondo. Dan yang paling terlihat bahagia adalah mas Elang.“Mala, mau … datang?” tanyanya menatapku sendu.“Iyaa, Mas! Semangat, ya! Saya ijin ke restoran ya, Bu, Pak, Mas!” Aku langsung pamit. Aku adalah orang luar di sini. Tugasku adalah mengurus restoran mereka. Jadi aku harus tau diri. Apalagi kulihat sikap Bu Ajeng sepertinya agak berubah padaku setelah anaknya siuman. Atau ini hanya perasaanku saja?“Iya, Ning! Titip restora

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 22. Jebakan Mas Sigit

    Bab 22. Jebakan Mas Sigit“Benar ini rumah mertua kamu, Ning?” tanya Mas Dayat saat aku memintanya menepikan mobil di seberang rumah mantan mertuaku. Ya, mantan. Meski Mas Sigit belum menjatuhkan talak padaku, bagiku dia sudah mantan suami.“Iya, Mas. Tunggu di sini saja, ya!” Buru-buru aku turun dari mobil lalu setengah berlari masuk ke dalam rumah. Sepi, tak terdengar suara apa-apa. Tak seorangpun yang kutemukan. Entah ke mana semua penghuni rumah ini. Kalau mereka semua pergi, kenapa pintu rumah tak dikunci? Bukankah anakku sedang demam katanya?Astaga! Jangan-jangan anakku tiba-tiba gawat lalu buru-buru dilarikan ke rumah sakit. Karena panik mereka tak sempat mengunci pintu. Iya, benar, tadi kulihat mobil Mas Wisnu tak ada di garasi. Hanya ada sebuah sepeda motor di sana. Entah punya siapa.Berarti benar mereka ke rumah sakit. Rara! Rara anakku! Aku segera membalikkan badan, aku harus ke rumah sakit terdekat.“Itu kamukah, Ning!” Langkahku terhenti, seseorang memanggil namaku. S

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 23.  Kuhajar Istri Baru Suamiku

    Bab 23. Kuhajar Istri Baru SuamikuNanar kutatap pria yang di samping mereka. Mas Sigit dengan balutan jas, di samping kanannya duduk dengan anggun seorang wanita berkebaya modern. Riasan make up mewah menghiasi wajah. Cantik sekali.Keempatnya duduk menghadap seorang pria berpakaian koko. Aku yakin dia adaalah seorang penghulu. Mulut pria itu sedang komat-kamit mengucapkan doa, semua hadirin mengucapakn kata ‘aamiin’ di setiap akhir kalimatnya.Nyes ….Perih. Hatiku sangat perih. Raraku ternyata baik-baik saja. Dia tidak sakit seperti yng mereka katakan. Bahkan kedua putriku terlihat begitu sehat, bersih dan terawat. Apalagi dengan gaun kembang yang begitu indah yang menempel di tubuh mereka. Wajah keduanya terlihat begitu berseri-seri.Sakit hatiku. Aku harus menyaksikan pernikahan suamiku. Aku juga harus menyaksikan bagaimana bahagianya kedua anakku mendapat mama baru. Ya, Tuhan …. bagaimana mungkin anak-anakku bahagia dengan pernikahan ayahnya? Apa yang telah terjadi? Kenapa Na

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 24. Hampir Diperkosa Para Preman Suruhan

    Bab 24. Hampir Diperkosa Para Preman Suruhan *****Restoran sudah ditutup, semua pegawai sudah pulang kecuali Kak Runi. Aku sengaja menahannya untuk menemaniku tidur di restoran malam ini. Hatiku masih belum tenang setelah peristiwa tadi siang di rumah istri baru Mas Sigit. Masih terbayang tubuh perempun itu tergeletak di lantai, tepat di bawah pelaminannya. Entah apa yang terjadi dengannya sekarang.Semua pintu sudah terkunci rapat, aku, Kak Runi dan Nada sudah bersiap-siap untuk tidur di kamar satu-satunya yang tersedia di restoran itu. Kembali kak Runi menasehatiku agar tetap kuat dan tabah.“Jika Rara memilih ikut Mas Sigit, ihklaskan saja. Kelak, jika di sudah mulai bisa berpikir, pasti dia akan kembali padamu juga,” ujarnya membesarkan hatiku.Aku coba ihklas, tapi tetap saja hatiku sesak. Rara anakku, aku tidak akan bisa bila harus kehilangannya. Aku tidak bisa tidur sama sekali. Tiba-tiba terdengar gedoran kasar dan berulang-ulang di pintu restoran. Aku dan Kak Runi saling

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29
  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 25.  Kemarahan Mas Elang

    Bab 25. Kemarahan Mas Elang“Ning! Bu Ajeng nelpon!” Kak Runi yang sedang mengaduk rendang memanggilku. Gegas aku menghampirinya.“Halo, Bu?” sapaku sedikit deg-deg-an. Mungkin Bu Ajeng ingin menegurku karena peristiwa tadi malam. Gara-gara ulahku, restorannya diserang segerombolan preman tadi malam. Meski kerusakan tidak terlalu parah, tak ayal restoran mengalami kerugian juga. Beberapa kursi dan meja patah. Untung kaca steling tidak pecah.“Ning, kamu, ke rumah sakit, ya! Elang mencarimu!” perintah Bu Ajeng begitu mendengar sapaanku.“Sekarang, Bu?” tanyaku sedikit lega. Kalau Mas Elang yang mencariku, tentu tak ada hubungannya dengna kerusaan tadi malam. Tapi, buat apa pria itu mencariku, ya? Apakah aku ada berbuat salah?“Sekarang, Ning! Tolong cepat, ya! Dayat sudah menjemputmu itu! Tungu di luar, pokoknya kalian harus tancap! Jangan sampai Elang drop lagi karena kecewanya makin parah! Kua sudah mengecewakan dia, Ning! Kau bilang Nirmala mau datang, kau bohong!” senggaknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-29

Bab terbaru

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)

    Bab 117. Tamat (Malam Pertama Elang Dan bening)“Kamu terima aku, kan, Ning? Tapi, maaf, mungkin aku tak bisa memuaskanmu di ranjang. Kamu bisa terima aku apa adanya, kan?” Mas Elang menggenggam tanganku, tatapannya tepat di bola mataku, begitu sayu dan menghiba. “Aku sangat mencintai kamu, Ning. Maya bukan siapa siapa bagiku. Tolong terima lamaranku, aku mohon!” lirihnya lagi.“Mas Elang …?” gumamku tercekat.“Aku janji akan berusaha menjadi ayah yang baik buat anak-anak kamu. Aku juga sudah baca-baca tutorial memuaskan istri bila senjata suami gak mampu bertahan lama. Aku akan praktekkan cara itu. Aku akan buat kamu sampai benar-benar puas, baru aku tuntaskan diriku sendiri. Asal kamu sudah puas, meski aku hanya bisa tahan sebentar, gak masalah, kan?”“Mas?”“Mau praktekin sekarang?”“Tidak.”“Ya, kita halalin dulu, ya!”Mas Elang memelukku, kembali melumat bibirku. Kali ini aku membalasnya. Kurasakan ada yang menegang di areal sensitifnya. Hatiku membuncah, aku bersumpah, ta

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang

    Bab 116. Lamaran Mengejutkan Mas Elang“Mbak Nuri di sini? Kenapa? Kapan Mbak datang dari Tawang Sari? Kenapa enggak langsung ke rumah Ibu, kok, malah ke sini?” cecar Mas Elang begitu turun dari mobilnya dan menghampiri kami. Pria itu hanya menatap Mbak Nuri, sedikitpun tak melihat ke arahku. Padahal posisiku tepat di samping kakaknya itu.“I-ya, aku sengaja langsung ke warung Bening. Bening nelpon kakak. Dia ngadu tentang hubungan kalian.” Mbak Nuri mulai bersandiwara.Kulihat wajah Mas Elang memerah. Dia sempat melirikku sekilas, tatapan kami beradu, pria itu lalu berpaling.“Kita pulang sekarang, aku tunggu di mobil!” titahnya langsung meninggalkan kami.Kuhela nafas panjang, mengembuskannya dengan sangat berat. Mbak Nuri menepuk bahuku dengan halus, seperti hendak mentransfer kekuatan agar stok sabarku tak habis. Buru-buru kami mengunci pintu warung, lalu menyusul ke mobil Mas Elang. Mbak Nuri membukakan pintu untuk kami. Memintaku masuk duluan di jok tengah.“Kenapa dia ikut?”

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu

    Bab 115. Hampir Diperkos* Mas Wisnu“Menikah? Kalian mau menikah?” seruku masih saja kaget. Padahal aku tahu hubungan Kak Runi dengan Mas Dayat akhir-akhir ini makin dekat saja. Kukira mereka masih dalm tahap saling menjajaki, ternyata sudah sampai pada tahap yang paling tinggi. Menikah.“Iya, Ning, kami minta ijin cuti, ya. Buat Persiapan lamaran.” Kak Runi menunduk. Sepertinya, dia masih saja malu-malu. Mungkin karena Mas Dayat pernah menyukaiku dulu. Dia bahkan sempat ikut berjuang untuk menyatukan antara aku dan Mas Dayat dulu.“Ya, sudah. Selamat, ya! Semoga acaranya berjalan lancar. Kapan rencana kalian pulang kampung?” tanyaku menatap mereka bergantian.“Sore ini, kalau kamu ijinin.” Kak Runi mendongak.“Tentu aku ijinin. Tapi, maaf, acara lamarannya aku enggak bisa hadir, nanti di acara pernikahannya saja, ya, aku datang?”“Ya, datang bareng Mas Elang, ya, Ning!” Mas Dayat langsung nyeletuk. Aku hanya tersenyum tipis. Kualihkan suasana dengan bergerak ke laci kasir. Meraih p

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 114. Janji Nek Ayang

    Bab 114. Janji Nek AyangAku menoleh ke belakang, Nek Ayang berdiri kaku di sana. Tatapannya lekat kepadaku. Tatapan dengan sorot mata sayu.“Nenek?” gumamku terkejut. “Sejak kapan Nenek di sini?” tanyaku gelisah.“Sejak tadi,” sahutnya pelan.“Nenek tidak mendengar apa apa, bukan?” tanyaku mendekatinya, kuraih lengannya, lalu kubimbing berjalan menuju bangku panjang yang tersedia di halaman belakang warung itu. Tetapi dia bertahan tak bergerak. Tetap kokoh di posisi berdirinya.“Nenek sudah mendengar semuanya. Sekarang nenek paham apa yang membuat Elang berubah.”“Nek, tolong jangan salah paham! Apa yang Nenek dengar tadi tak seperti yang sebenarnya.”“Mungkin Elang memang benar, Ning! Cucuku itu …, wess lah, Ning! Kowe ora usah ikut stress, Nduk! Keputusan Elang, pasti sudah dia pikirkan baik baik.”“Nenek! Kenapa sekarang Nenek malah ikut-ikutan seperti ini? Bening mau, Nenek itu membantu Bening meyakinkan Mas Elang. Bantu Bening, Nek!”“Elang sudah dewasa, Nduk! Dia tau apa ya

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 113. Rahasia Terbongkar

    Bab 113. Rahasia TerbongkarWajah Nek Ayang tampak sangat semringah sekarang. Setelah dia mendengar penuturanku barusan. Sepertinya dia begitu lega, dan mengira cucunya hanya cemburu buta. Dia pasti berfikir hubunganku dengan cucunya baik-baik saja.“Elang enggak tahu hati perempuan, apa dikiranya kita mau saja diajak ehem ehem padahal hati kita sudah sangat benci? Hehehe … biarkan dia dibakar cemburu, kowe tenang saja! Itu artinya Elang cinta banget karo kowe, iyo, toh, Ning?” ungkapnya seraya mengusap punggung tanganku.Aku mengangguk saja. Biarlah Nek Ayang berfikir seperti itu. Padahal masalahnya tak sesederhana itu. Ada masalah yang begitu pelik tengah melanda antara aku dan cucunya. Bukan sekedar cemburu buta, tetapi lebih kepada rasa minder Mas Elang akan kelemahannya.Mas Elang merasa dia kalah jauh dibandingkan dengan Mas Sigit dalam urusan ranjang. Perasaan minder itu semakin membakar hatinya saat tahu kalau Mas Sigit memaksaku melakukan hubungan badan kemarin. Mas Elang

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 112. Perintah Nek Ayang

    Bab 112. Perintah Nek AyangMereka semua terperangh kaget. Pernyataanku barusan jelas tak bisa mereka percaya. Tapi aku tak peduli. Sudah terlanjur. Aku tak peduli entah apa tanggapan Mas Sigit juga keluarganya. Yang aku pikirkan justru perasaan Mas Elang. Aku begitu mengkhawatirkan dia sekarang.Entah bagaimana tanggapannya terhadapku. Setelah jelas-jelas dia mulai menghindariku, aku justru ungkapkan perasaan cintaku. Padahal dia mulai mencipta jarak denganku. Tak pernah lagi menelpon, apa lagi mendatangi aku. Biasanya dia menjemputku ke warung di malam hari, mengantarku pulang ke rumah karena dia mengkhawtirkn aku pulang sendiri di tengah malam. Lalu, dia akan menjemputku lagi di pagi hari.Sekarang itu tak lagi dia lakukan. Bukankah itu artinya dia sudah mundur. Dan saat itu pula aku menyatakan perasaanku. Ah, betapa rendah aku di matanya sekarang. Mungkin dia menganggap aku wanita murahan. Tapi, sudahlah. Aku pasrah saja. Yang penting aku lolos dulu dari Mas Sigit.“Apa? Kau bil

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang

    Bab 111. Pengakuan Cinta Kepada Mas Elang Kulepaskan rangkulan tangan Mas Sigit di bahuku, kukibaskan dengan kasar. Itu tak luput dari perhatian Mas Elang dan juga Nek Ayang. Mereka hanya melongo. Sementara tiga perempuan yang sejak tadi menonton dari jarak yang agak jauh, kini datang mendekat. Mbak Ambar, Mbak Sekar dan ibunya. “Ning, kamu?” sergah Mas Sigit menatapku tak percaya. “Kenapa kamu ikut bar-bar seperti ini, Ning?” tanyanya dengan nada lirih. “Kamu sepertinya lupa kalau kemarin aku bahkan bersikap lebih bar-bar. Luka di kening kamu saja belum kering, Mas! Kau mau mendapt luka baru lagi, hem? Kuingatkan padamu, antara aku dan kau tidak ada ikatan apa-apa lagi, jadi jangan pernh berani menyentuhku, paham!” tegasku diiringi hujaman tatapan tajam. “Aku belum talak kamu, Ning! Pengadilan juga belum mengeluarkan surat cerai. Jadi, kau masih istriku. Aku berhak atas dirimu, kau masih istriku, Ning!” “Jangan mimpi! Meski kau tak talak aku, bagiku kau bukan siapa-siapaku lagi

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami

    Bab 110. Mantan Suami dan Calon Suami Mantan ibu mertua berhasil menjambak rambutku. Kutahan sakit itu demi melindugi Nek Ayang.“lepaskan nenek, Ning! Biar nenek lawan perempuan itu!” perintah Nek Ayang mencoba melepaskan diri dari pelukanku.“Tidak, Nek! Nenek enggak akan tahan. Tulang Nenek bisa remuk dihantamnya, Bening enggak mau Nenek kenapa napa,” tolakku mengeratkan pelukan.“Tapi de e jambakin rambut kowe, Ning!”“Biar, Nek, Bening tahan, kok. Asal jangan Nenek yang disakiti.”“Ya, Allah, Ning, kowe iku, Nduk!” ucap Nek Ayang terharu.“Lepaskan rambut Bening!” Sebuah suara yang sudah sangat kukenal tiba-tiba terdengar. Sontak jambakan di kepalaku lepas. “Sini, lepaskan, Nenek, biar aku yang melindungi,” ucapnya padaku seraya merengkuh tubuh renta Nek Ayang dari pelukanku.“Kowe, datang, Lang!” lirih Nek Ayang dengan mata berkaca-kaca. Aku merasa sangat lega sekarang. Nek Ayang sudah berada di tangan yang aman. Entah bagaimana dan kapan datangnya, Mas Elang tiba-tiba s

  • Wanita Yang Melamar Suamiku   Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku

    Bab 109. Perkelahian Nek Ayang Dengan Mantan Ibu Mertuaku“Ini barang-barang kalian, jangan pernah injak rumahku lagi!” tegas Yosa seraya melemparkan tiga koper ke hadapan para benalu itu.“Yosa, maksudnya apa ini, Nak?” Sang mertua menatap nanar menantu kesayangan. Mbak Ambar dan Mbak Sekar pun terlihat kebingungan.“Saya sudah menjatuhkan talak kepada Mas Sigit, putra Tante! Meskipun saya tahu itu terbalik, tapi mau gimana lagi. Habisnya, saya minta talak, Mas Sigit enggak mau nalak saya. Ya, udah, saya aja yang talak dia, hehehehe ….” Yosa terkekeh.“Yosa,” gumam mereka bersamaan.“Jadi, antara saya dan putra Anda, sudah tak ada ikatan apa-apa. Dan antara saya dengan Anda, juga kedua betina ini, juga sudah tak ada hubungan apapun. Paham, Tante?” sinis Yosa dengan iringan senyum ketus.“Yosa, kamu … kamu maksudnya, maksudnya?” Mbak Ambar dan Mbak Sekar memegangi kedua lengan Yosa. Mengguncang-guncangnya dengan kalimat terbata-bata.“Iya, maksud saya, kalian harus keluar dari rumah s

DMCA.com Protection Status