Beranda / Romansa / Wanita Sang Presdir / Percayalah Padaku

Share

Percayalah Padaku

Penulis: Giovanna Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-04 12:07:26

Seharian Nathan berada di penthouse menemani Angeline, padahal wanita itu sudah bersikeras bahwa dia baik-baik saja. Bengkak di wajahnya sudah lenyap, yang tinggal hanyalah otot-otot tubuh yang nyeri. Namun, bukan Nathan namanya kalau mudah mengalah. Dia bekerja dengan laptop di counter agar dapat melihat ke segala arah tanpa penghalang. Alhasil Angeline lebih banyak bersembunyi dalam kamar Nathan.

Tunggu, sekarang kamar ini diserahkan padanya, berarti bukan kamar Nathan lagi, tapi kamar Angeline.

Tadi pagi-pagi sekali Nathan telah menyuruh orang mengangkut semua pakaian Angeline dari apartemen. Semua dimuat dalam tiga koper besar. Nathan membantu memilah dan menyingkirkan pakaian yang tidak berkenan. Sekarang sambil mengomel panjang lebar Angeline menggantung pakaian yang tersisa di lemari.

"Brengsek!" Terdengar suara Nathan memaki.

Angeline menajamkan telinga. Apa yang terjadi? Apakah ada transaksi yang tidak berhasil? Atau jangan-jangan ada vendor yang mendadak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Sang Presdir   Percakapan Keluarga?

    Semua orang terpaku, saling menatap tanpa tahu apa yang harus diperbuat. Nathan sudah mendorong Rico masuk ke ruangan sebelum adik tirinya melarikan diri. Tangannya juga tidak melepas tangan Angeline agar pacarnya tidak melarikan diri. "Wah, tidak biasanya kalian bertiga berkumpul bersama. Boleh kami bergabung?" Nathan tersenyum jahat. Lily melirik Jeremy, matanya menyorotkan keberatan yang teramat sangat. "Oh, tentu saja, silakan. Kita semua satu keluarga, bukan?" Jeremy turut tersenyum. Dalam hati dia memaki-maki putra sulungnya sebagai anak yang kurang ajar dan tidak bisa melihat orang lain senang. "Silakan duduk, Nathan dan ... siapa nama pacarmu? Andini?" Lily ikut bicara. Jelas sekali dia tidak suka pasangan muda yang seenaknya menerobos masuk ke ruangan mereka. Nathan melontarkan tatapan setajam belati. Nada bicaranya begitu dingin hingga membuat pendengarnya menggigil, "Orang luar tidak perlu ikut bicara." Lily tersentak. Tangannya meraih lengan Jer

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • Wanita Sang Presdir   Akhir Minggu yang Santai

    Pagi-pagi sekali Angeline sudah bangun dan menyibukkan diri di ruang olahraga. Suara pukulan dan tendangan bertubi-tubi mendera samsak, membuat Nathan yang tidur di sofa terbangun. Tubuh yang pegal membuatnya berpikir tidur di sofa adalah gagasan buruk. Mungkin dia bisa membujuk Angeline agar dibiarkan tidur di tempat tidur? Tanpa suara Nathan melangkah ke ruang olahraga. Dilihatnya Angeline bergerak lincah memukul dan menghindari ayunan samsak. Dia mengagumi lekuk tubuhnya yang terbentuk bagus karena latihan fisik. Pemandangan indah ditambah membanjirnya jumlah hormon di pagi hari membuat Nathan bergegas ke kamar mandi sebelum naluri mengambil alih. Angeline menoleh heran karena merasa mendengar suara langkah kaki, "Siapa tuh? Ah, pakai nanya lagi ... Memangnya ada berapa orang yang tinggal di sini ...?" Setelah tendangan terakhir yang dilakukan sekuat tenaga Angeline menyudahi aktivitasnya. Dia ke dapur mengambil segelas air dan meneguknya sampai habis. Tepat saat it

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06
  • Wanita Sang Presdir   Mantan Pacar

    "Sorry Cin, aku nggak bisa belikan roti manis itu lagi. Aku pindah tempat tinggal." Angeline meringis. "Oh, nggak apa-apa. Pindah ke mana? Kontrakan yang lebih terjangkau atau lebih dekat?" tanya Cindy. "Emm ... Iya, dekat sih." Angeline menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Dekat, dekat banget? Jangan-jangan kamu pindah ke atas?" goda Cindy. "Enngg ... nggak, kok?" Mata Cindy membulat, "Benaran??" "Nggak." Cindy tertawa kecil, "Dari mukamu terlihat jelas. Oke, aku nggak akan bocorin ke siapa-siapa. Hati-hati, jangan MBA, married by accident." "Nggak seperti itu." Angeline mendekap wajah. "Terus gimana?" goda Cindy. "Kami nggak tidur bersama," lirihnya. Mata Cindy membulat, "Oh ya?? Kok bisa? Pak Nathan kan ... emm ... kamu mengerti lah ya." "Aku sudah menolak sejak awal dan dia menyanggupi untuk nggak melakukannya sebelum menikah." "Wow, aku nggak nyangka. Kupikir kalian sudah ... Wah, bos benar-benar sayang sama kamu. Hebat An

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06
  • Wanita Sang Presdir   Perang Terbuka

    Angeline melalui acara puncak launching seperti robot. Hatinya terasa kebas karena melihat Cassie tidak juga pergi. Wanita itu bahkan senantiasa melempar senyum menggoda ke arah Nathan. Kalau bukan jengkel entah apa namanya? "Nath, aku ke toilet sebentar ...," bisik Angeline. "Oke. Jangan lama-lama, nanti aku menyusul." "Tidak boleh ...!" Nathan sempat-sempatnya mengecup pipi Angeline sebelum wanita itu beranjak pergi. Akibatnya semua mata memandang kagum, ini benar-benar pacar Bos Besar! Lelah dan kesal. Itulah dua perasaan dominan dalam diri Angeline. Dengan kedua tangan bertumpu di wastafel Angeline menatap wajahnya di cermin. Sebagai wanita dia saja mengakui kalau Cassie sangat cantik. Oh ya, juga seksi. Angeline menatap bagian depan tubuhnya. Tidak kecil sih, tapi yang pasti tidak sebesar milik wanita berambut merah itu. "Dasar brengsek ... Perusak suasana," gerutu Angeline. Seperti mimpi buruk jadi kenyataan pintu toilet terbuka dan Cassie masuk k

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-07
  • Wanita Sang Presdir   Undangan Pernikahan

    "Aaaaaaahhhh! Aku butuh cuti!!" seru Angeline sambil menepuk meja. Nathan menoleh heran, "Cuti?" "Ini sudah berapa hari lembur melulu. Aku penat! Otakku jenuh! Butuh cuti!" Angeline merosot di kursinya. Lelaki itu geleng-geleng kepala dan kembali mengetik sesuatu di laptop. Melihat pacarnya mengabaikan, Angeline merengut. Dia semakin merosot di kursi sampai akhirnya lenyap dari pandangan. Nathan melirik sekilas. "Angel, behave," goda Nathan. Sepasang mata Angeline muncul di tepi meja. Persis buaya yang sedang mengintai mangsa dari dalam air. Tingkah ajaib Angeline membuat Nathan tidak tahan untuk tidak melihat, "What are you doing, Baby Girl?" "Berikan aku cuti," tukas wanita itu. "Memangnya kamu mau ke mana? Cuti pun kita akan tetap bertemu, kan?" Nathan tersenyum tipis. Angeline kembali duduk manis di kursi, "Entahlah. Jalan-jalan, mungkin? Yang pasti tidak di kantor untuk lembur." "Hmm ... Belum satu minggu sejak launching brand baru dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-08
  • Wanita Sang Presdir   Sendiri

    Benar. Hari ini adalah hari Sabtu, akhir minggu di mana para pekerja kantoran mendapat secercah kebebasan di tengah rutinitas yang mencekik. Angeline pun merasa demikian. Dia menginginkan hak untuk mereguk kebebasan ini dengan memaksa Nathan agar tidak membuntutinya. Sayang sekali lelaki keras kepala seperti Nathan tidak mudah didebat. Setelah bicara panjang lebar disertai bujukan dan ancaman akhirnya Angeline mendapatkan kelonggaran. Dia boleh bepergian sendiri asal ditemani pengawal pribadi. Nathan belum melupakan saat di mana pacarnya nyaris diculik. "Aku pergi dulu." Angeline pamit dengan suka cita. Nathan mengamati penampilan wanita itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Angeline terlihat manis dengan kaos oblong berwarna kuning cerah dan hotpants. Rambut panjangnya diikat ekor kuda sehingga membuatnya terlihat seperti gadis remaja atau anak kuliahan. "Kamu memakai itu?" Nathan menunjuk hotpants yang memperlihatkan sebagian besar kaki si wanita. "Iya. Ok

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Wanita Sang Presdir   Emosi yang Berbeda

    Setelah membujuk dan menenangkan akhirnya Angeline mau ikut pulang bersama Nathan. Dia duduk di boncengan motor tanpa bersentuhan dengan lelaki itu. Rasa kecewa masih bercokol di hatinya. Nathan pun tidak memaksa Angeline untuk berpegangan padanya. Baginya yang terpenting wanita itu tidak menolak diajak pulang. Segera setelah memarkir motor, Nathan menggandeng Angeline. Sudah diduga wanita itu akan menepis tangannya. Nathan membiarkan Angeline berjalan di depan sementara dirinya mengikuti di belakang sambil berjaga siapa tahu wanita itu berubah pikiran dan melarikan diri lagi. Untungnya tidak. Hening mencekam di dalam lift. Angeline masih menolak untuk bertatapan dengan Nathan. Sebenarnya dia masih butuh waktu sendiri, tapi bujukan Nathan mampu menyentuh titik lembut dalam hatinya. Itulah sebabnya Angeline mau diajak pulang. "Angel—" "Aku mau istirahat," potong Angeline. Nathan melangkah cepat menghadang di depan pintu kamar. Sebagai lelaki dia tidak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Wanita Sang Presdir   Makan Malam Spesial

    Hari ini Nathan mengajak Angeline makan malam di luar untuk menebus ketidaknyamanan yang terjadi hari sebelumnya. Sepanjang hari Angeline bersantai di penthouse karena tidak ada yang ingin dia lakukan sampai waktu yang dijanjikan tiba. Nathan pun tidak banyak mengganggu. Menjelang siang Angeline memutuskan untuk memasak sesuatu. Dia meminta Nathan menemani ke supermarket untuk membeli bahan makanan. Nathan langsung menyetujui. Tidak lama berselang keduanya sudah berjalan santai menyusuri lorong-lorong supermarket. Sebagai wanita, Angeline betah berlama-lama di tempat seperti ini, tapi Nathan tidak. Terlihat sekali lelaki itu bosan dan lelah. "Nathan, kamu tunggu di depan saja. Aku masih mau melihat-lihat." Angeline tersenyum geli. "Oke. Jangan terlalu lama, Baby Girl. Nanti kamu diculik." Nathan mengecup kening Angeline. "Pergi sana." Angeline tertawa. Jalan-jalan di supermarket selalu membuat Angeline mengambil lebih banyak dari yang dia butuhkan. Begitu s

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10

Bab terbaru

  • Wanita Sang Presdir   Sang Pewaris (End)

    "Bagaimana keadaan sekarang? Semuanya beres?" Angeline rebah di tempat tidur sambil bertelepon dengan Nathan. Sekarang waktunya santai karena anak-anak sudah tidur. "Tentu saja beres, Baby Girl. Tidak ada yang bisa lolos dalam pengawasanku. Kamu sedang apa sekarang? Dua hari di sini aku sangat merindukanmu." Ada nada menggoda dalam suara Nathan. Angeline tertawa kecil, "Dasar kamu. Besok 'kan ketemu? Aku baru selesai mandi nih. Siap-siap mau tidur." "Apa yang kamu pakai sekarang?" lirih Nathan. "Kaosmu, Sayang," kata Angeline dengan nada menggoda. Nathan mengerang, "Aku akan terbang pulang sekarang juga." "Serius kamu? Tidak bisa tunggu besok pagi?" "Aku selalu serius kalau menyangkut istriku." "Memang sudah tidak ada urusan yang tertinggal? Bagaimana dengan Mike? Dia yang menemani kamu loh, bukan sebaliknya." "Akan kubawa dia pulang." "Astaga, Nathan. Kamu benaran sudah tidak tahan ya?" "You know me, Baby Girl. See you in two hours."

  • Wanita Sang Presdir   Tatapan Raja Neraka

    Suasana hening nan syahdu menggantung di udara, khususnya di depan sebuah makam batu besar dengan patung malaikat di atasnya. Pada nisan yang terbuat dari marmer hitam terukir nama Cornelia Wayne. Sebuah foto berbentuk oval yang sudah memudar tertempel di bagian atas nama tersebut. Tidak ada seorang pun bersuara. Bahkan Rafael dan Olivia pun sangat tenang seolah memahami kekhidmatan yang sedang terjadi di antara orang dewasa. "Baiklah. Kita kembali." Suara Jeremy memecah keheningan. Ruby menatap heran, "Sudah?" Jeremy membalas tatapan itu, "Iya. Sudah. Aku tidak pernah berlama-lama di sini. Lagipula dia juga tidak menuntutku untuk tetap tinggal." "Heiiiii, apa yang kamu katakan? Memangnya boleh bicara seperti itu? Memangnya kamu bisa dengar bisikan darinya?" Ruby mengibaskan tangan di udara seperti mengusir lalat. Lelaki yang rambutnya telah memutih itu tertawa, "Tentu saja tidak. Maksudku, aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini. Cornelia telah damai

  • Wanita Sang Presdir   Liburan Hampir Usai

    "Hei, hati-hati Rafa. Adikmu masih terlalu kecil." Jeremy mengingatkan karena cemas melihat kedua cucunya berlarian dengan kecepatan tinggi. "Okay, Opa!" Rafael berhenti berlari. "Aaaahhh! Ayo, Kakak, run!" rajuk Olivia. "Oliv, duduk dulu sini. Kamu sudah lari-larian dari tadi!" Angeline buka suara. Sambil merengut anak perempuan kecil itu berjalan ke sofa. Wajah mungilnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembung, membuat Ruby—yang duduk di sebelah Angeline—tidak tahan untuk menariknya duduk di pangkuan. "Gemas sekali sih? Anak siapa sih ini?" Angeline meringis melihat Ruby mencubit gemas pipi putrinya. "Omaaa, tidak mau! Sakit!" protes Olivia. "Oh, sakit ya? Sorry, habisnya kamu lucu sih. Sorry ya anak manis. Oliv mau apa? Oma punya home made ice cream. Coba tanya Mama, Oliv boleh makan ice cream, tidak?" Ruby melirik Angeline. Mendengar itu Olivia langsung menoleh dan memberikan tatapan penuh harap pada sang ibu, "Mama, can I eat ice crea

  • Wanita Sang Presdir   Kejutan

    Tercipta keheningan yang membuat semua orang tidak nyaman, khususnya Cedrick. Kali ini dia terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Maksud hati mau menggertak, tapi orang-orang ini ternyata tidak mempan gertakan. Bagaimana mungkin seorang General Manager bisa begitu saja menelepon pemilik hotel secara pribadi? Bertemu saja tidak pernah! "Bagaimana? Tidak bisa? Bukankah hubungan kalian sangat baik?" sinis Angeline. "Ah, Nyonya. Mungkin Anda kurang paham, tapi secara struktur organisasi jalur komunikasi tidak semudah itu. Kami memang dapat berbicara langsung dengan beliau, setelah melalui perjanjian di sela jadwal beliau yang sangat padat." Cedrick tersenyum. Nathan menahan tawa. Seandainya lelaki paruh baya ini tahu siapa yang sedang dia hadapi. "Baiklah. Kalau Anda tidak mau biar saya saja." Angeline menoleh, "Nath, tolong." "My pleasure." Nathan mengambil handphone. Ketegangan menggantung di udara. Cedrick menyembunyikan kegelisahannya dengan sangat baik di

  • Wanita Sang Presdir   General Manager

    Kekhawatiran Nathan tidak beralasan. Ternyata Angeline bisa menerima kenyataan bahwa hotel di bawah naungan Golden Yue Group ini adalah miliknya. Namun, Nathan merasa ada tujuan lain di balik ketenangan sang istri. "Apa sih?" cetus Angeline yang merasa gerah karena selama satu jam terakhir Nathan menempel padanya seperti lintah. "Aku hanya penasaran kenapa kamu tidak bereaksi negatif lagi. Bukankah kamu tidak ingin memiliki bagian apa pun dari Golden Yue?" Nathan mengungkung Angeline yang sedang berdiri di counter. "Cuma satu hotel, 'kan? Lagipula bukan aku yang menanganinya, melainkan kamu." Jemari lentik wanita itu menyusuri garis rahang suaminya. Nathan tersenyum, "Memang benar. Aku telah bekerja di balik layar sejak beberapa bulan terakhir. Kuakui dunia perhotelan ternyata rumit." "Oh ya? Apakah Anda kesulitan menghadapinya, Tuan Wayne?" Jemari Angeline bergerak turun ke dada bidang Nathan. "Tidak sesulit menebak pikiranmu, Baby Girl." Angeline ters

  • Wanita Sang Presdir   Pemilik Hotel

    Aroma percintaan yang masih tersisa di ruang tamu suite tersingkir oleh aroma penyegar ruangan yang disemprotkan Angeline. Dia menatap puas ke sekeliling ruangan. Jangan sampai Rafael atau Olivia curiga ada sesuatu yang terjadi di sini. "Hei, Baby Girl," sapa Nathan yang baru selesai mandi dan berpakaian santai. Rambut berpotongan rapi itu masih terlihat basah dan seksi. "Hei juga." Angeline bergidik saat sepasang lengan lelaki itu memeluknya dari belakang. "Kamu tidak lelah? Tidurlah sebentar." Nathan menciumi leher sang istri. "Iya, mau tidur. Ini tanganmu ya, tolong dikendalikan. Tidak cukup semalam suntuk bercinta?" Angeline pura-pura mengomel. Nathan terkekeh tanpa terburu-buru memindahkan tangan yang sedang menikmati kelembutan tubuh wanitanya, "Ini namanya gerak refleks, Baby Girl. Lagipula sesuatu yang indah tidak boleh disia-siakan." "Ya sudah, tidur deh sebelum kamu terinspirasi untuk berbuat lagi. Semalam habis berapa bungkus pengaman tuh? Dasar

  • Wanita Sang Presdir   Memperoleh Informasi

    "Serius? Satu minggu? Dua minggu?" Angeline melongo. "Tidak masalah, 'kan? Selama ada bos yang menanggung biaya menginap?" Nathan tersenyum miring. "Iya sih, tapi memangnya kita mau menyelidiki sedalam apa? Oke lah, mungkin ada masalah sedikit dengan stok bahan makanan di restoran dan sumber daya manusia. Tapi kurasa ...." Angeline terlihat ragu. "Baby Girl, kamu meragukan argumenmu sendiri." "Iya yah? Kamu sih." "Hmm? Sampai sekarang tetap salahku?" Nathan menahan senyum. "Iya dong. Masa aku mau menyalahkan waitress tadi?" Wanita itu mengerucutkan bibir. Nathan tertawa, "Masih keki? Sudah kubilang, mereka akan terkena serangan jantung kalau tahu siapa kamu sebenarnya." "Aku tidak mau, Nath. Hidupku cukup damai sebagai istrimu. Jangan ditambah lagi." "Baiklah. Lupakan dulu hal itu. Bagaimana kalau sekarang kita makan siang di luar sebelum anak-anak unjuk rasa? Rafa sudah diam tanda kelaparan," ujar Nathan. "Oke. Setuju." Maka sepanjan

  • Wanita Sang Presdir   Investigator

    Malam berlalu menuju subuh. Langit menjadi saksi akan sebuah pergumulan panas yang baru saja berakhir di kamar lantai dua. Sepasang pelaku pergumulan rebah tumpang tindih dengan nafas terengah. "Sial ... itu terakhir kalinya aku membiarkanmu berbuat sesuka hati," desis Angeline yang kehabisan tenaga. Nathan terkekeh, "You're welcome, Baby Girl." "Sana sedikit, aku tidak bisa bernafas." "Ya, sebentar." "Nathan ...." "What? Aku sedang menikmati kehangatan istriku tersayang." Detik berikutnya Nathan mengaduh kesakitan karena Angeline mencubitnya keras-keras. Mau tidak mau dia berguling ke samping. "Rasain." Angeline tertawa kecil. "Why? Kamu seperti ada dendam denganku." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang memerah. "Oh, sakit ya? Poor Nathan." Terdorong oleh sedikit rasa bersalah Angeline melihat keadaan suaminya. "Iya, sakit. Cubitanmu keras sekali," rajuk Nathan. "Sorry." "Aku butuh ciuman." Cubitan berikutnya membuat Nath

  • Wanita Sang Presdir   Permintaan Mike

    Makan siang tersaji di meja makan. Nathan sekeluarga duduk manis menyantap hasil masakan Johan yang sudah tidak diragukan rasanya. Rafael bahkan sampai menambah dua kali! Sementara Olivia yang sudah kenyang masih asyik menyeruput kaki kepiting. "By the way, Jonathan menghubungimu tidak? Aku penasaran bagaimana perkembangan mereka setelah enam bulan tidak bertemu," ujar Angeline. Sambil mengobrol tangannya sibuk membersihkan ceceran kulit kepiting di meja. "Baby Girl, kenapa kamu harus membicarakan orang itu sekarang? Dia hanya melenyapkan nafsu makanku." "Oh, sorry ... lupakan saja kalau begitu." Angeline meringis. Nathan tersenyum simpul, "Kudengar mereka berdua nyaman tinggal di Labuan Bajo." "Jadi dia menghubungimu?" "Kamu lupa aku punya mata dimana-mana?" Angeline menepuk jidat, "Astaga. Benar juga. Terlalu lama hidup berdua membuatmu terlihat normal." Nathan tertegun, "Apa? Selama ini aku tidak normal?" "Uhm ... Rafa, tolong sendoknya satu

DMCA.com Protection Status