Walaupun Eddy sudah memintanya untuk liburan selama sebulan penuh, Vanya tetap saja merasa tidak enak kepada rekan kerjanya yang lain.Dua minggu setelah kejadian yang menggemparkan showroom milik Eddy. Vanya pun memutuskan untuk kembali bekerja. Dia juga meyakinkan Eddy jika Barry tidak akan lagi membuat pesanan tiba-tiba seperti waktu itu.Hari ini, Vanya mengajak Adelia untuk menginap di tempat kostnya. Menghabiskan malam dengan menonton serial film drama kesukaan mereka.“Adelia, kamu jadi kan menginap di tempatku?” tanya Vanya yang sedang bersiap untuk pulang.“Iya Kak, aku juga sudah membeli beberapa amunisi untuk menonton film drama,” jawab Adelia sambil menunjuk bungkusan yang berisi bermacam-macam makanan ringan.“Good job!” Seru Vanya sambil tertawa kecil.Ting!!Bunyi notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel milik Vanya.Dia langsung tersenyum ketika melihat nama Vicky sebagai pengirim pesan, namun senyumannya menghilang setelah membuka pesan yang dikirim Vicky.[Vicky]
Vicky sudah tiba di kediaman orang tua Vanya, rumah tingkat berukuran 8 kali 12 meter, dengan 2 kamar tidur di lantai bawah dan satu kamar tidur lagi di lantai atas. Sangat kecil jika di bandingkan dengan rumah pemberian Kakek Efendi kepadanya, namun entah mengapa ada perasaan nyaman ketika pertama kali Vicky menginjakkan kakinya di rumah itu.Ruang tamu dan ruang keluarga bagaikan museum galery Vanya, semua foto yang menempel di tembok kedua ruangan itu adalah foto Vanya.Vicky tidak berhenti tersenyum ketika melihat foto-foto yang ada di situ, foto dari Vanya masih TK, sampai Vanya wisuda semua berada di tembok itu.Melihat foto Vanya dari masa ke masa membuat Vicky kembali mengagumi kecantikan dari wanita pilihannya itu.Bima ikut bergabung dengan Vicky, berbincang-bincang santai bersama Vicky sambil membahas putri semata wayangnya yang sangat dia banggakan.Setelah puas melihat foto wanita pujaannya, Vicky menghampiri Utari yang terlihat sibuk memasak di dapur. Bunyi peralatan ma
Vicky benar-benar dibuat kewalahan dengan sikap Vanya, dia takut jika dia tidak bisa mengontrol dirinya. Vanya yang tiba-tiba menjadi agresif terus berusaha melumat bibirnya."Astaga... Vanya! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau saat ini Kita berada di rumahku..!!" batin Vicky, beruntungnya karena sedang berada di rumah orang tua Vanya sehingga dia masih bisa menjaga pikirannya agar tetap waras.Dia tidak ingin mengecewakan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua Vanya, akan sangat bodoh jadinya jika kedua orang tua Vanya tiba-tiba melihat mereka beradegan seperti itu.Berkali-kali dia berusaha menghentikan Vanya, namun begitu dia berhasil menjauhkan Vanya darinya, wanita cantik itu akan kembali memeluknya dan mencoba mencium bibirnya. Vicky berpikir sejenak, tiba-tiba sebuah ide muncul dikepalanya.Sambil tetap berada di pelukan Vanya, Vicky balik memeluk dan mengangkat Vanya ke tempat tidur, dia lalu merebahkan tubuh Vanya yang masih terlihat sangat-sangat bersemangat.Vick
Sudah seminggu berlalu sejak Hendro dan Efendi kembali bertemu, Vicky dan Vanya pun sudah kembali ke Jakarta. Setelah kejadian itu, hubungan Raka dan Vicky menjadi sangat dekat layaknya saudara, di mana Raka selalu memberikan update kepada Vicky terkait perkembangan kondisi kesehatan Efendi.Dari informasi yang diberikan oleh Raka, kondisi Efendi sudah sedikit membaik, Raka dan ayahnya setiap hari selalu mengunjungi dan merawat Efendi.Di salah satu mall yang berada di Jakarta, Vanya yang sedang jalan bersama Vicky terus tersenyum sambil memandangi foto yang baru saja mereka ambil di photoboth.“Wow, bukankah kita berdua terlihat seperti pasangan sungguhan!” Vanya berseru sembari menunjukkan foto itu kepada Vicky.Vicky tertawa mendengar ucapan Vanya, “Hahaha, sayang, bukankah kita memang adalah pasangan,” goda Vicky sembari mencubit mesra pipi Vanya.“Oh Iya... lupa,” balas Vanya tertawa pelan.Hari ini mereka berdua terlihat sangat serasi, mereka berdua kompak menggunakan Jaket den
Beberapa karyawan di tempat Vicky mulai merasa aneh dengan sikap Vicky, akhir-akhir ini Vicky terlihat terburu-buru dalam memberikan materi kepada mereka. Devita yang sudah sangat mengenal Vicky pun juga merasakan hal yang sama.Devita merasa jika Vicky mempercepat beberapa langkah dalam memberikan materi dan arahan kepada bawahannya, bagi Devita itu terasa seperti Vicky akan meninggalkan mereka.Apa yang dikhawatirkan Devita memang benar, dua minggu lagi Vicky akan mengundurkan diri dan meninggalkan Prakarsa Wira Kanigara , oleh karena itu Vicky mempercepat progres pembelajaran karyawannya sebagai hadiah kenang-kenangan darinya.Sesaat setelah Vicky mengakhiri meeting, ponsel Vicky berdering, dia melihat nama Raka di layar ponselnya.“Hal-”“Vicky Kakek Efendi...,” sela Raka yang langsung memotong ucapan Vicky di selingi suara isak tangis.Vicky menunduk, matanya berkaca-kaca, dia langsung dapat mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh Raka.“Saudaraku... aku mengerti, aku akan lan
Vicky tampak kaget ketika bertemu dengan anak Tono yang ternyata adalah Nina, pegawai kasir yang selalu dia temui ketika mengunjungi Cafe Cool. Selama beberapa bulan ini hubungan Vicky dan Nina sudah sangat dekat, Vicky bahkan sudah menganggap Nina seperti adiknya sendiri, begitu pun sebaliknya, Nina juga sudah menganggap Vicky seperti Kakaknya sendiri.Beberapa bulan ini Nina sering bercerita kepada ayahnya jika dia memiliki teman pria yang sudah dia anggap seperti kakak sendiri.Tono selalu merasa was-was ketika mendengar itu, dia takut jika putrinya diperdaya oleh pria berengsek. Namun, hari ini akhirnya dia mengetahui jika pria yang dimaksud putrinya adalah Vicky.Keceriaan Nina ketika bertemu Vicky langsung sirna dan berubah menjadi tangisan, ketika diberitahu oleh ayahnya jika Efendi, orang yang dulu sering dia panggil kakek ternyata baru saja meninggal.Dalam perjalanan menuju kediaman Efendi, Nina terus menangis ketika mengingat kebaikan dan keramahan Kakek Efendi kepadanya.B
Di kediaman keluarga Dharma yang terletak di Bogor, Dimas menjelaskan status Vicky yang merupakan tunangan dari putri Aditya kepada Bima dan Utari. Kedua orang tua Vanya tercengang dan merasa kecewa ketika mengetahui jika Vicky adalah tunangan dari putri Aditya, namun setelah Dimas mengatakan jika pertunangan Vicky sudah dibatalkan, Bima dan Utari langsung bernafas lega. Mereka berdua tahu jika anak mereka sangat mencintai Vicky, mereka tidak bisa membayangkan bagaimana sedihnya putri kesayangan mereka, jika Vicky masih berstatus calon menantu keluarga Mahardika. Di rumah itu mereka saling bercerita, ketiga paman dan bibi Vicky juga ikut bergabung bersama mereka. Dari cerita yang mereka sampaikan, Vicky akhirnya bisa mengerti mengapa mereka semua terlihat saling mengenal satu sama lain. Dimas Dharma Kakek Vicky, Efendi Mahardika Kakek Manda, dan Radhika Harsa Kakek Vanya, merupakan tiga sahabat dekat, mereka bertiga juga yang menjadi cikal bakal berdirinya Dharma Prakarsa Grup. Ka
Vicky memacu mobilnya menuju tempat Vanya berada, dia ingin menjelaskan kesalahpahaman ini kepada Vanya, berkali-kali dia terlihat mengumpat dirinya sendiri. Dia menyesali kebodohannya yang tidak memberi tahu Vanya tentang pertunangannya sewaktu menginap di rumah Vanya.Bzzt... Bzzt...Ponsel Vicky bergetar, nama Barry muncul dilayar ponsel Vicky.“Tuan Muda, aku baru saja menerima telepon dari Tuan Vladimir di Rusia,” kata Barry.“Kakek Vladimir?” batin Vicky yang perlahan menepikan mobilnya.“Apa pesan dari Kakek?” Tanya Vicky.“Sudah waktunya Anda menjalani pelatihan bersama keluarga anda.”Deg!Vicky mengusap wajahnya, dia tahu suatu saat dia harus menjalani pelatihan keluarganya. Namun dia tidak menyangka jika waktu datangnya di saat yang kurang tepat seperti ini.“Apakah tidak bisa ditunda lagi?” Tanya Vicky berharap.“Iya Tuan Muda,” jawab Barry singkat.Vicky menghela nafas panjang, raut wajahnya terlihat sangat sedih.“Baiklah... Aku akan berangkat Jam 10 besok pagi,” balas