Keesokan harinya, Nathan bangun pagi-pagi. Dia secara khusus berganti pakaian ke pakaian yang bersih. Setelah sarapan, dia berangkat ke kelurahan. Di pagi musim panas, masih ada kabut tipis di Desa Donov.Sinar matahari menembus lapisan kabut yang tipis dan menyinari bumi, membuat semuanya tampak le
"Oh, ini, ya!" Nathan seketika baru menyadari bahwa dia masih berutang penjelasan pada Joanna. Joanna pasti mengira bahwa dia pergi ke kelurahan dan tidak ingin mengurus kebun buah itu lagi. Setelah memahami hal ini, Nathan tersenyum sambil berjalan mendekati Joanna dan bertanya, "Kita bahkan sudah
"Ada apa dengan Shawn?" Paulo memiliki kemampuan berpikir yang lebih buruk, jadi tentu saja dia tidak mengetahui apa yang terjadi antara Shawn dengan Nathan dan beberapa masalah yang aneh itu."Mungkin dia salah minum obat," kata Nathan. Dia tidak ingin memikirkan masalah ini. Hari-harinya masih pan
Paulo sudah kenal dengan jalan di desa ini, jadi dia membawa Nathan ke komite desa dengan halaman yang luas. Gerbang halaman terbuat dari besi yang sudah berkarat, dengan papan nama berwarna putih dan cat berwarna merah yang sudah luntur. Tulisannya adalah SD Desa Kosar. Sekarang, sudah tidak ada la
"Mandi pun mereka pasti tetap pakai baju," kata Nathan dengan tidak tertarik. Memangnya para wanita paruh baya itu secantik Joanna? Tangan Joanna sudah pernah menyentuhnya secara langsung. Lagi pula, dia juga bisa melakukannya dengan Marissa, jadi apa serunya wanita-wanita ini?Joanna sudah berjalan
Meskipun Nathan hanya pernah bertemu sekali dengan sosok anggun ini, kesan wanita ini sangat mendalam dalam benaknya, terutama kemeja putih yang dimasukkan ke dalam rok pendek berwarna hitam itu, serta stoking berwarna kulit dan sepatu kulit hak tinggi. Wanita itu tetap berias dengan tipis, alisnya
"Bu Rachel, saya akan meletakkan barang-barang Anda di sini. Saya tinggal di kamar 103 di lantai bawah. Kalau ada keperluan, Anda bisa memanggil saya." Nathan meletakkan kopernya Rachel di lantai sambil berpamitan dengan Rachel yang sedang mengamati sekeliling. Dia tidak ingin berlamaan di tempat in
Nathan bergegas melangkah mundur sambil berkata, "Aku lihat jalan, kenapa kamu nggak jalan?" Dalam hatinya, dia juga merasa kesal karena Rachel tiba-tiba menghentikan langkahnya, sehingga suasananya menjadi secanggung ini."Kamu jalan di depan!" seru Rachel sambil menatap Nathan dengan tatapan dingi