"Kamu kenapa mas? Sejak tadi aku perhatikan, kamu hanya diam saja. Sebenarnya, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Inara yang kini berjalan menghampiri suaminya. Kemudian, dia duduk di sebelah sang suami. "Sebenarnya, ada hal yang ingin aku katakan sama kamu. Tapi, aku takut kamu marah kepadaku," jawab Rizky. "Tentang apa memangnya? Memangnya, mengapa aku harus marah?" Inara bertanya, dia terlihat begitu penasaran.Inara memandang wajah suaminya, dengan wajah yang serius. Rizky meminta sang istri berjanji untuk tidak marah kepadanya, jika dia mengatakannya. "Iya, aku janji! Ya sudah, katakan saja sekarang! Agar kamu merasa tenang," sahut Inara meyakinkan suaminya. Akhirnya, Rizky mengungkap keinginannya untuk pindah ke rumah orang tuanya. Sejak tadi dia menjadi kepikiran mamanya. Terlebih, dia mendapatkan informasi dari ARTnya. Kalau sang mama sedang tidak sehat. "Gimana menurut kamu? Tapi, aku gak mau memaksa kamu. Kalau memang kamu gak bersedia. Aku akan mengurungkan niatku,
"Aku berangkat kerja dulu ya Sayang," pamit Rizky. Inara mencium tangan suaminya. "I love you," ucap Rizky sambil melabuhkan kecupan di pucuk kepala dan kening istrinya. Kemudian beralih ke perut istrinya. Rizky mencium perut Inara sambil mengusapnya lembut. Rizky sudah pergi meninggalkan rumah. Setelah suaminya pergi, dia langsung memasuki kamar ibu mertuanya. Untuk melihat kondisi ibu mertuanya"Ma, gimana keadaannya? Apa sudah lebih baik?" Inara bertanya. "Seperti yang kamu lihat sendiri! Ra, apa mama boleh minta sesuatu sama kamu?" tanya sang ibu mertua, yang kini menatap ke arah sang menantu. Dengan perasaan ragu, dia mengiyakan ucapan ibu mertuanya. Meskipun, dia takut kalau dirinya tak bisa mewujudkan keinginan ibu mertuanya. Ibu mertuanya langsung mengungkap apa yang dia inginkan. Dia meminta kepada Inara, untuk terus bersama Rizky. Kekhawatiran dia, jika usianya gak panjang. "Mama jangan bicara seperti itu! InsyaAllah, mama panjang umur. Mama harus semangat. Kasihan
Sikap ibu mertuanya kepada Inara menjadi baik. Dia bahkan menjadi begitu perhatian kepada Inara. Rizky senang melihat perubahan mamanya kepada sang istri. Sabtu ini Rizky berniat mengajak sang mama berlibur ke Puncak. Agar mereka bisa menghirup udara pagi yang masih terasa segar. Dia juga ingin menghibur sang mama, agar tidak kepikiran sang papa terus menerus. "Menurut kamu gimana, Sayang? Kamu setuju gak?" Rizky bertanya kepada sang istri, dan Inara menyetujuinya. "Ya udah, aku berangkat dulu ya Sayang! Nanti aku kabari ya. I love you," pamit Rizky. Tak lupa, melabuhkan kecupan di pucuk kepala sang istri. Ada dua wanita yang harus dia sayangi, yaitu Istrinya dan satu lagi ibunya. Sesuai janjinya, pada sang istri. Sesampainya di perusahaan. Rizky langsung menghubungi sang istri. Kini dia menjadi bertambah semangat, dalam bekerja. Setelah mengakhiri panggilan telepon dengan suaminya, Inara langsung menghampiri ibu mertuanya kembali. Untuk memberitahu rencana liburan mereka. "Su
Usia kandungan Inara kini sudah memasuki usia empat bulan. Rizky dan Inara berencana akan mengadakan acara empat bulanan kehamilanKeduanya tampak serasi memakai baju kokok dan gamis yang berwarna senada. "Ayo kita keluar! Pasti mereka sudah menunggu kita," ucap Rizky dan Inara mengiyakan. Rizky dan Inara langsung keluar menemui para tamu undangan yang datang. Mereka turut mendoakan untuk kelancaran proses persalinan Inara. Acara empat bulanan di mulai. Rizky duduk di sebelah Inara. Terlihat sekali, kalau dia begitu mencintai istrinya. Hal itu tak terlepas dari para tamu undangan yang datang ke acara itu. Bunda Annisa pun hadir di acara itu bersama adiknya Inara. Serangkaian acara empat bulanan dilaksanakan, mereka menggunakan adat Jawa. Rizky menjadi suami siaga, dia begitu telaten terhadap istrinya.
Acara empat bulanan Inara berjalan lancar. Meskipun, kisah cinta mereka dulu penuh drama. Pada akhirnya, mereka hidup bahagia. Tapi sayangnya, kebahagiaan itu tak sepenuhnya. Ada kesedihan di hati Inara dan Rizky, karena ayahnya Inara dan papanya Rizky sudah tak bisa melihat kedua cucu mereka yang akan lahir ke dunia. "Andai papa masih hidup, pasti dia senang mendapatkan dua orang cucu sekaligus," ucap Rizky. "Iya Mas. Ternyata, bukan aku saja yang merasa kehilangan. Tapi, kamu juga mas. Aku pun kepikiran demikian. Jika ayah masih ada, dia pasti sangat bahagia," sahut Inara. "Iya, sabar ya Sayang! Semua ini sudah menjadi kehendak Allah," ujar Rizky. Inara berusaha untuk mengikhlaskan kepergian sang ayah. Semua itu gara-gara Bram mantan suaminya. Inara senang, karena akhirnya Bram mendapatkan balasan yang begitu menyedihkan disisa-sisa hidupnya. "Ra, bunda sama ade pulang ya. Tak apa 'kan, gak menginap di rumah kamu?" tanya Bunda Annisa kepada sang anak. "Iya bun, tak apa-apa. Ak
Seorang wanita cantik, baru saja menginjakkan kakinya di Indonesia. Sudah dua tahun lamanya, dia mengejar kariernya sebagai seorang model Internasional.Orang tua Rizky sempat menjodohkan Rizky dengan Siera. Namun, Rizky menolaknya. Siera pun saat itu lebih memilih kariernya. Namun kali ini, dia tak akan menolaknya. Dia sudah siap ingin mengejar cinta Rizky. "Aku sudah tak sabar ingin bertemunya. Aku harap, Rizky berubah pikiran. Dia tak lagi menolakku," ucap Siera. Rencananya, besok dia ingin mendatangi perusahaan Rizky. Siera adalah anak dari relasi papanya Rizky. Hubungan papanya Rizky dengan papinya Siera, bisa dikatakan sangat dekat. Melebihi hubungannya sebagai seorang relasi. Kedekatan mereka seperti keluarga. "Siera, akhirnya kamu pulang Nak," ucap sang mami. Siera melebarkan senyumannya. Dia terlihat lebih dewasa, tak seperti sebelum dia berangkat ke Paris. Kini Siera tumbuh menjadi wanita dewasa, yang berpenampilan begitu seksi. "Mami kangen sama kamu," timpal sang mami
Siera sudah berdandan cantik. Dia ingin menemui Rizky di perusahaannya. "Mi, Siera berangkat dulu ya," pamit Siera kepada sang mami. "Kamu yakin ingin menemui Rizky?" tanya sang mami memastikan. "Tentu saja. Aku akan merebut Rizky darinya," sahut Siera dengan sombongnya. Dia mengabaikan nasehat maminya, yang meminta Siera melupakan rencana pernikahannya dengan Rizky. Karena kini, Rizky sudah hidup bahagia. Siera tetap melangkah kakinya keluar dari rumah dengan penuh percaya diri. Penampilannya saat itu begitu seksi. Setelah dirinya menjadi model, penampilan Siera menjadi lebih berani. Kini Siera sudah sampai di perusahaan Rizky. Dia langsung memasuki perusahaan Rizky. "Apa Pak Rizky ada di ruangannya? Katakan padanya, Siera ingin bertemu dengannya," ujar Siera, terdengar angkuh. "Sebentar ya mbak, saya coba hubungi beliau dulu," ujar sang resepsionis, dan Siera menganggukkan kepalanya. Dia langsung menghubungi bosnya, dan memberitahu Rizky. Rizky begitu terkejut, saat mendenga
Siera menaruh dendam kepada Rizky, karena penolakan Rizky kepadanya.Dia berniat menghancurkan rumah tangga Rizky dengan istrinya. "Aku pasti bisa mendapatkan kamu!" Siera memilih mencari pekerjaan di Indonesia. Berbagai tawaran datang untuknya. Dia diminta menjadi bintang iklan sebuah produk kosmetik. Dia juga mendapatkan tawaran bermain film. Kariernya melejit. Namun, Rizky tak mempedulikannya. Dia tetap pada pendiriannya. Dia tetap mempertahankan Inara wanita yang dia cintai. Perasaan dia kepada Inara tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Perjuangan dia mendapatkan Inara pun tak mudah, dan apalagi saat ini Inara sedang mengandung anaknya. "Aku tak peduli istri kamu saat ini sedang hamil. Aku bisa saja, membuat kamu kehilangan dia untuk selama-lamanya," ucap Siera tersenyum licik.
"Mengapa kamu ada di kamar saya? Dasar pembantu tak tahu diri. Kamu sengaja ya mengambil kesempatan, di saat istri saya sedang tak ada?" Gio berkata sinis. "Saya ini korban Bapak. Bapak yang memaksa saya untuk melakukan. Bapak sudah melecehkan saya," sahut Monika terisak tangis. Dia berakting, seolah dia pihak yang dirugikan. "Bapak mabuk saat pulang ke rumah, dan bapak memaksa saya karena mengira saya adalah Bu Sita," jelas Monika membuat Gio merasa tersudut. "Baiklah, saya akan bayar uang tutup mulut untuk kamu. Anggap saja, semalam saya habis menyewa kamu. Jangan pernah katakan pada siapapun, apa yang terjadi pada kita! Anggap semua gak pernah terjadi diantara kita," ucap Gio sombong. Dia mengusir Monika dari kamarnya. Gio mengerutuki kebodohannya. Bisa-bisanya dia melakukan dengan seorang pembantu. "Kalau saya nanti hamil gimana Pak? Semalam, Bapak melakukannya tidak hanya satu kali. Bapak juga membuangnya di dalam," Monika berkata. "Tak perlu khawatir! Istri saya dan selin
"Jawab Mas! Aku ingin dengar kejujuran kamu," Sita memaksa suaminya menjawab. Gio terlihat hanya diam. Namun, merasa gusar. Namanya bangkai yang ditutupi, pada akhirnya akan terbongkar. Sita terlihat kecewa di benar-benar syok, tak percaya suaminya akan selingkuh darinya. Sita menangis. Dia sudah tak sanggup menahan air matanya lagi. Wanita mana yang tak merasa sakit, saat mengetahui suami tercintanya ternyata bermain api di belakangnya. "Kalau Mas tak menjawab, berarti benar. Mas selingkuh. Aku ingin kita cerai," ucap Sita tegas. Meskipun selama ini suaminya selalu memberikan kemewahan. Dia tetap manusia biasa yang memiliki hati dan perasaan. Dia merasa tak terima. Melihat sang istri memasukkan barang-barangnya, Gio terlihat panik. Dia langsung beranjak turun menghampiri istrinya. Kemudian memeluknya dari belakang. "Aku mohon, maafkan aku! Aku khilaf. Aku janji tak akan mengulanginya lagi. Aku cinta sama kamu," Gio memohon agar Sita mau memaafkan dirinya. Sita membalikkan tubu
Gio sudah terbangun, dan tak melihat sang istri di kamarnya. "Kemana dia?" Gio berkata. Dia memilih untuk mandi dahulu, sebelum mencari keberadaan sang istri. Kemarin-kemarin, dia kurang tidur. Hingga baru sekarang dia merasa lemas. Dia kerap berolahraga ranjang, selama bersama Liana kemarin. Kini dia sudah merasa lebih segar. Gio langsung keluar dari kamar dan mencari keberadaan sang istri. Namun, di luar pun sang istri tak ada. "Kemana Ibu?" Tanya Gio kepada Monika. Dia masih saja bersikap dingin kepada Monika. "Ibu pergi lagi, Pak. Tak lama Bapak pulang," jawab Monika. Tanpa berbasa-basi lagi, Gio langsung kembali ke kamar lagi. "Sepertinya, Sita sangat marah. Tak biasanya dia seperti itu."Gio mencoba menghubungi sang istri melalui ponsel pintarnya. Namun, berkali-kali dia menghubungi sang istri. Sang istri tak mengangkatnya. "Si*al! Berani-beraninya dia mengabaikan telepon dariku," umpat Gio. Wajah Gio terlihat sangat kesal. Selama ini, sang istri tak pernah berani bersik
Setelah di rawat selama tiga hari, hari ini Inara dan kedua anaknya sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Kondisi Inara sudah membaik, hanya tinggal pemulihan saja. Rizky sudah mengurus administrasi kepulangan sang istri. "Sekarang, kita sudah boleh pulang," ujar Rizky kepada sang istri. Inara tampak sumringah. Akhirnya, dia bisa merasakan tidur nyenyak di rumah. Meskipun dia di rawat di ruang eksekutif, tetap saja lebih nyaman tidur di kasur empuk di rumah. "Apa semua sudah dibawa? Tak ada yang ketinggalan lagi?" Tanya Rizky kepada baby sister kedua anaknya. "Sudah, Pak," jawab salah seorang baby sister. Rizky sudah menyiapkan kursi roda, untuk sang istri turun nanti ke lobby. Dia khawatir sang istri belum kuat berjalan. "Sudah mas, aku jalan saja! Aku kuat kok, Mas. Mas gak usah khawatir," ucap Inara menyakinkan. "Gak apa-apa. Kamu duduk di sini aja, biar mas dorong," Rizky berkata. Rizky mempekerjakan dua orang baby sister untuk membantu sang istri, mengurus kedua anaknya. Di
Suasana tampak tegang, Inara dan Rizky kini sudah berada di ruang operasi. Sejak tadi Rizky menggenggam tangan istrinya erat, menguatkannya. "Jangan tegang ya! Ada mas di samping kamu," bisik Rizky dan Inara tampak menganggukkan kepalanya lemah. Operasi mulai berjalan. Rizky dapat melihat perjuangan sang istri, untuk melahirkan kedua buah hatinya. Sejak tadi dia tak melepas genggamannya, dan membisikkan kata-kata cinta untuk menguatkan istrinya. Suara penuh haru, saat satu persatu anak mereka terlahir ke dunia. Suara tangis kedua anak mereka terdengar. Rizky sampai meneteskan air matanya. Mereka kini sudah menjadi orang tua. "Selamat ya Sayang, kamu sudah menjadi seorang ibu. Alhamdulillah anak kita terlahir dengan selamat, sehat, dan tanpa kurang satupun. I love you," Rizky membisikkannya di telinga istrinya. Dokter meletakkan bayi mereka secara bergantian, di dada Inara untuk dilakukan inisiasi dini. Setelah selesai, kedua bayi mungil itu diambil kembali untuk dibersihkan. Sete
"Mas—" Ucapannya terhenti. Inara mengurungkan niatnya untuk bicara. "Kenapa? Kok berhenti ngomongnya?" Rizky bertanya lembut kepada sang istri. Bukannya menjawab, Inara justru menatapnya lekat. Rizky menautkan alisnya, seolah bertanya gerangan apa yang ingin istrinya katakan. "Kalau umur aku gak panjang gimana? Apa kamu akan menikah kembali dengan wanita lain? Mencari ibu sambung untuk kedua anak kita," akhirnya Inara mengungkapnya. Mendengar penuturan sang istri, Rizky merasa tak suka. "Aku gak suka kamu bicara seperti itu. Sampai kapanpun hanya kamu istri aku dan ibu Anak-anak kita. Kamu harus ingat perjuangan cinta kita sampai ke titik sekarang ini. Kita sama-sama berat melewatinya. Udah ya, jangan bicara seperti itu! Kita berdoa, semoga operasi sesar kamu besok berjalan lancar. Kamu dan kedua anak kita selamat dan sehat. Kita bisa berkumpul bersama," ucap Rizky panjang lebar. Inara terdiam. Perasaannya menjelang persalinan, semakin deg-degan. Dia khawatir, nyawanya tak tertol
"Sayang, sepertinya aku besok harus berangkat ke Yogyakarta untuk beberapa hari. Ada pekerjaan yang gak bisa aku tinggalkan," ucap Gio yang kini masih memeluk istrinya. Sita memiliki wajah yang cantik. Dia juga memiliki body dan juga kulitnya yang putih mulus. Tentu saja Gio tak sembarangan memilih seorang istri. "Jadi, aku di tinggal lagi?" Sita terlihat kesal, memanyunkan bibirnya. Lagi-lagi dia harus di tinggal kembali. Padahal, baru hari ini suaminya pulang, dan besok harus pergi lagi meninggalkan dia. "Sabar ya, Sayang! Seperti biasa, aku tak akan lama ke sananya. Setelah urusan selesai, aku akan segera pulang. Aku pun tak akan kuat berpisah dengan kamu," rayu Gio. "Sebagai permintaan maaf aku. Aku akan memberikan kamu uang 100 juta. Kamu bisa gunakan uang itu, untuk shopping atau apapun. Bebas terserah yang kamu mau," ucap Gio lagi. Tentu saja mata Sita langsung berbinar-binar mendengarnya. Dia merasa senang, karena suaminya akan memberikan dia uang, untuk membeli yang dia
"Kapan gue bisa hidup enak lagi sih? Cape gue hidup susah terus," gerutu Monika. Setelah diusir dari rumah Arsyila, kini Monika bekerja menjadi ART di tempat lain. "Monika," teriak sang majikan. "Bisa gak sih, gak usah teriak-teriak. Mentang-mentang orang kaya, sombong banget," umpat Monika dalam hati. Dia tak ingat dirinya dulu. Begitu sombongnya dia. Bahkan dia dulu begitu menghina Inara, dengan sebutan "orang kampung." "Ya Nyonya, sebentar," sahut Monika. Dia pun langsung lari menghampiri majikannya. Jika dia tak segera mendatangi majikannya itu, pastinya Sita akan mengomel padanya. Kini Monika sudah berdiri di hadapan sang majikan. Sita menatapnya tajam. "Ada apa ya Nyonya, memanggil saya?" tanya Monika dengan wajah menunduk. "Kamu tanya ada apa? Ini baju saya kenapa bisa begini? Kamu itu bisa kerja gak sih? Kalau memang gak bisa. Lebih baik kamu saya pecat. Saya butuh pembantu yang berpengalaman," ucap Sita sombong.Monika dibuat tak berdaya. Mungkin, ini balasan untuknya.
Baik Rizky maupun Inara sudah terlihat bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Rizky memilih menunggu sang istri, di depan ruang TV. Setelah selesai memakai hijabnya, Inara berjalan keluar menghampiri suaminya. "Ayo Mas, kita berangkat sekarang!" Inara mengajak sang suami. Dia langsung keluar bersama. Rizky meminta sang supir mengantarkan mereka ke rumah sakit. Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Kali ini Rizky memilih menggunakan supir pribadi. "Semoga, kedua anak kita dalam keadaan sehat. Aku khawatir sekali," Rizky membuka pembicaraan. "Aamiin. Aku juga berharap demikian, Mas," sahut Inara.Mobil yang membawa mereka sudah sampai di rumah sakit. Rizky dan Inara turun di lobby rumah sakit, dan mereka langsung masuk ke dalam menuju tempat administrasi pendaftaran. "Kamu duduk aja di sana! Biar aku yang urus pendaftaran," ucap Rizky dan Inara mengiyakan. Inara langsung mencari tempat duduk, menunggu suaminya selesai mendaftar. Seperti biasanya, Rizky yang a