Beranda / Fantasi / Wanara / Bertamu Ke Perkampungan Jin

Share

Bertamu Ke Perkampungan Jin

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-20 20:41:08

Wanara berpikir apa yang disuguhkan oleh para siluman itu bukanlah makanan yang layak baginya. Tetapi Wanara tidak pernah kekurangan akal, ia tetap bersikap biasa-biasa saja dan tidak menampakkan sikap curiganya terhadap makanan yang sudah tersaji di hadapannya itu.

Namun, Guliwang sepertinya sudah mengetahui kecurigaan tuannya itu. Sehingga, ia pun segera memberikan keterangan terkait makanan yang dihidangkan oleh para pelayan di rumahnya itu.

"Sekarang Raden makan saja dulu! Jangan khawatir, ini bukan makanan jin! Tapi, ini semua adalah makanan untuk manusia," kata Guliwang tersenyum-senyum.

"Baiklah, aku percaya ucapanmu." Dengan demikian, Wanara pun sudah tidak merasa ragu lagi. Ia langsung melahap makanan dan minum tersebut.

Usai makan, Wanara meminta tempat yang nyaman kepada Guliwang untuk sekadar melepas lelah dan beristirahat sejenak setelah melakukan perjalanan yang sangat melelahkan dari kerajaan Alas Gonda menuju desa tersebut.

"Aku ing

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanara   Berkunjung Ke Istana Dalam Sebuah Mimpi

    Beberapa saat kemudian, ada sesosok pria berusia senja menampakkan diri di hadapan Wanara, terlihatlah seraut wajah seorang pertapa sakti yang wajahnya mirip sekali dengan wajah Ki Ageng Jayamena berdiri sambil tersenyum di hadapan Wanara."Guru! Kenapa dia ada di tempat ini?" tanya Wanara dalam hati.Orang tua yang wajahnya sangat mirip dengan Ki Ageng Jayamena lantas tersenyum memandangi wajah Wanara yang tampak kebingungan itu.Bertanyalah Wanara sambil memandangi wajah orang tua yang mirip sekali dengan wajah gurunya, "Apakah kau ini guruku? Guru mau ke mana? Kenapa berada di tempat ini?" cecar Wanara beberapa pertanyaan sambil terus mengamati gerak-gerik orang tua yang mirip sekali dengan gurunya."Aku datang sengaja ingin memberikan tugas untukmu," jawab Ki Ageng Jayamena suaranya terdengar berat tak berirama.Wanara tampak curiga, hingga berdesis dalam hati, "Aku rasa, ini bukanlah guruku. Tapi siapa, yah?"Meskipun demikian, Wa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Wanara   Bertemu Dengan Dewa Petir

    Wanara bergerak dengan lihai dan cekatan, meskipun memiliki postur tubuh lebih kecil dibandingkan dengan postur tubuh kedua prajurit tersebut. Akan tetapi, Wanara tidak perlu bersusah payah dalam meladeni mereka.Dua pukulan keras ia hujamkan dalam waktu singkat dan secepat kilat mengenai kepala dua prajurit itu, sehingga mereka pun jatuh dan tidak bisa melanjutkan pertarungan tersebut."Aku sudah bilang kalian tidak boleh menghalangiku," kata Wanara sambil mengangkat kaki kanannya.Ketika Wanara hendak menghentakkan kakinya untuk menginjak perut salah satu prajurit tersebut. Tiba-tiba terdengar suara seruan dari arah belakang, "Hentikan, Pendekar! Yang mulia sudah mengizinkan kau untuk memasuki istana ini," ucap suara tersebut.Sehingga, Wanara pun segera berpaling ke arah belakang. Sesosok pria paruh baya berdiri tegak dengan sebilah pedang menyanggul di punggungnya."Kau siapa lagi?" tanya Wanara di antara deru napasnya menatap tajam wajah pria

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Wanara   Wanara Sang Raja Bumi

    Wanara terbangun dari tidurnya, ia tampak kaget sekali ketika bangun Guliwang tengah duduk di sampingnya."Ya, Dewata agung! Kau ini sudah membuat aku kaget saja!" kata Wanara menepuk pundak pengawalnya itu"Maaf, Raden. Tadi aku cemas melihat Raden tidur berbicara tentang Dewa Petir," jawab Guliwang bersikap hormat terhadap Wanara. "Aku khawatir, Raden sakit karena kelelahan, sehingga Raden tidur lelap dan mengigau," sambung Guliwang.Wanara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Kau benar, aku tadi mimpi panjang. Aku mimpi bertemu Prabu Merta Jaya yang menyerupai guruku, kemudian aku terbang ke langit dan bertarung dengan dua punggawa langit. Setelah mengalahkan mereka aku diberi izin oleh Dewa Kilat Narasoma untuk menghadap sang Dewa Petir," tutur Wanara."Kata guruku kalau ada di antara manusia atau bangsa jin yang bermimpi mencapai kerajaan langit, itu tandanya jin atau manusia tersebut akan dianugerahi kedudukan tinggi oleh Dewa," kata

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Wanara   Pertarungan Wanara Dengan Prajurit Kerajaan

    "Kalian boleh bersenang-senang, aku dan Guliwang akan segera kembali ke padepokan. Jika kalian ingin bermain ke alam manusia, maka kalian aku bebaskan untuk berkunjung ke padepokan!" ujar Wanara berkata penuh kesungguhan."Terima kasih Raja Bumi, kami akan merindukanmu," sahut salah satu dari para siluman itu.Wanara hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian, ia berpaling ke arah Guliwang. "Ayo, Guliwang. Kita berangkat sekarang!" ajak Wanara lirih."Baik, Raden." Guliwang mengangguk tanda mematuhi apa yang dikatakan oleh Wanara."Bersenang-senanglah kalian! Aku pamit sekarang," pungkas Wanara dengan lantangnya.Tanpa membuang waktu lagi. Sekejap pun mereka telah melesat terbang untuk segera pulang ke Padepokan Dewa Petir di mana para prajurit padepokan tersebut sudah menunggu Wanara dengan harap-harap cemas, dan menantikan kabar dari sang pemimpin mereka yang sudah hampir empat belas hari meninggalkan padepokan.Sementara itu, p

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Wanara   Kembalinya Wanara Ke Padepokan

    Meskipun demikian, para prajurit tersebut sudah terlanjur dirasuki rasa takut. Sehingga mereka mulai mundur perlahan, dan segera berlarian meninggalkan tempat itu."Prajurit! Kalian mau ke mana? Pertarungan kita belum selesai!" teriak Wanara meloncat dari batang pohon dan terbang mengejar belasan prajurit itu.Namun, para prajurit itu sudah tidak menghiraukan lagi teriakan Wanara. Mereka berlari sekencang-kencangnya demi menghindari Wanara yang mereka anggap sebagai siluman. Para prajurit itu pun khawatir, jika Wanara akan membunuh mereka.Satu hentakan saja, Wanara sudah dapat mengejar para prajurit tersebut. Ia mendarat sempurna di hadapan belasan prajurit yang tampak ketakutan itu."Berhentilah! Kalian belum menyelesaikan pertarungan ini!" ujar Wanara membentangkan kedua tangannya.Sontak para prajurit itu menghentikan langkah mereka. Kemudian bersujud di hadapan Wanara, salah seorang dari mereka pun berkata, "Ampuni kami Siluman!" Tubuhnya berg

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Wanara   Pasukan Dewa Petir Mulai Bergerak

    Keesokan harinya, Wanara sudah mempersiapkan dua ribu pasukan khusus yang kemungkinan akan segera bergerak menuju pantai utara pulau Jowaraka."Sebentar lagi kita akan segera berangkat ke utara! Apakah kalian siap?" kata Wanara dengan suara lantang berdiri gagah di hadapan dua ribu prajurit yang memenuhi halaman padepokan tersebut."Siap!!!" sahut ribuan prajurit itu serentak. Menjadikan suasana gaduh dan bergemuruh.Wanara tersenyum bangga melihat kesiapan dari para prajuritnya. Kemudian, ia berkata lagi, "Kalian akan dipimpin oleh Jasena dan Sumadra. Mereka yang akan bertanggung jawab selama melakukan serangan ini, aku dan Guliwang akan menyusul pada malam hari nanti!" tegas Wanara.Setelah itu, ia pun langsung memerintahkan Jasena dan Sumadra untuk segera berangkat menuju pantai utara pulau Jowaraka. Saat itu, pasukan Dewa Petir akan melakukan pengusiran terhadap para prajurit kerajaan Rawamerta yang telah lama mendiami wilayah tersebut.Bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Wanara   Menjelang Perang Di Turonggo

    "Lantas, apa yang harus kita lakukan Gusti Prabu?" tanya Jaya Wiguna meluruskan pandangannya ke wajah sang raja."Panggil para senapati! Kita adakan pertemuan sekarang, aku tunggu di ruang utama istana!" tegas Prabu Bagaskara langsung bangkit dan berlalu dari hadapan Jaya Wiguna."Kenapa harus melibatkan tiga senapati bodoh itu dalam menghadapi kekacauan ini?" desis Jaya Wiguna.Meskipun demikian, Jaya Wiguna tetap melaksanakan tugas dari Prabu Bagaskara. Ia langsung melangkah keluar dari ruangan tersebut.Kemudian, ia memerintahkan kepada salah seorang prajurit untuk segera memanggil para senapati agar segera menghadap sang raja di ruang utama istana.Kebetulan saat itu ketiga senapati yang dimaksud tengah berada di pendapa istana. Maka, prajurit yang diberi tugas oleh Jaya Wiguna itu langsung melangkah menghampiri para senapati tersebut.Setibanya di pendapa istana, prajurit itu langsung menyampaikan pesan dari Jaya Wiguna kepada Senapati

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • Wanara   Siasat Perang Dari Wanara

    Pasukan dari Padepokan Dewa Petir semakin mendekati wilayah kademangan Turonggo. Jasena dan Sumadra sebagai panglima tertinggi segera mengatur strategi pasukannya dari barisan depan hingga barisan belakang untuk melakukan serangkaian serangan ke jantung pertahanan musuh."Kita akan melakukan serangan pada waktu malam. Aku harap sebagian dari kalian segera mendirikan perkemahan di tempat ini!" ujar Jasena berkata kepada para prajurit senior yang berjumlah sekitar seratus orang yang ia percaya sebagai pimpinan dari kelompok-kelompok kecil dari pasukannya.Salah seorang dari mereka kemudian menyahut, "Lantas apakah prajurit yang ada di desa Nelayan akan bergabung dengan kita, Panglima?""Itu sudah pasti, mereka sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Begitu pula dengan prajurit jin yang dipimpin oleh Ki Butrik, sebentar lagi mereka akan segera tiba!" tandas Jasena menjawab pertanyaan salah seorang prajurit senior.Dengan demikian, para prajurit senior itu langsung m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24

Bab terbaru

  • Wanara   Kunjungan Persahabatan

    Setelah berhasil mengalahkan siluman-siluman tersebut, Raja Wanara langsung mengajak para senapatinya untuk kembali ke tenda saat itu juga. Sementara itu, kedua permaisurinya pun sudah terjaga dari tidur mereka, dan tengah menunggu kedatangan suami mereka dengan perasaan cemas. Setibanya di perkemahan, sang raja segera memerintahkan kepada para prajuritnya agar tidak lengah dan bersiaga penuh secara bergiliran. Karena, sang raja khawatir akan datang kembali teror dari para siluman utusan Raja Nainggolo. "Sebaiknya, kalian tetap bersiaga dan berjaga secara bergiliran!" kata sang raja mengarah kepada salah seorang prajurit senior yang bertanggung jawab atas tugas keamanan di perkemahan tersebut. "Baik, Baginda Raja. Hamba akan segera mengaturnya," jawab prajurit senior itu. Malam terasa semakin dingin, suasana pun sudah mulai sepi. Tidak terlalu gaduh oleh hilir-mudik para prajurit, karena sebagian dari mereka sudah terlelap tidur. Dan hanya men

  • Wanara   Pertarungan Raja Wanara dengan Siluman

    Siluman itu sangat tangguh. Ia dapat bertarung dengan sebaik-baiknya. Meskipun usianya sudah tua, namun ia memiliki pengalaman dan kemampuan memancing Raja Wanara dengan gerak tipu yang diperagakannya."Kau telah melumpuhkan kawanku, maka terimalah pembalasan dariku ini!" bentak siluman itu bersuara keras dan terdengar parau."Berhentilah! Jangan kau menganggu kami!" Raja Wanara pun balas membentak sambil meloncat tinggi dan memukul keras kepala makhluk tersebut.Sontak tubuh siluman itu terhempas jauh hingga membentur batu padas yang ada di sekitaran tempat tersebut. Akan tetapi, ia tidak menyerah begitu saja. Siluman itu bangkit dan menggeram sambil menatap tajam wajah sang raja, dari mulutnya menyemburkan api bak seekor naga."Hati-hati, Baginda Raja!" teriak Senapati Jasena tampak khawatir melihat pemandangan seperti itu.Raja Wanara hanya tersenyum sambil meloncat tinggi demi menghindari serangan dari siluman tersebut yang menyemburkan api dar

  • Wanara   Raja Wanara Bertarung dengan Dua Siluman

    Pada malam harinya, Raja Wanara dan ketiga senapatinya tengah berbincang santai di depan tenda sambil menikmati sajian sederhana yang tersedia di hadapan mereka.Sementara itu, Santika dan Sekar Widuri sudah terlelap tidur di dalam tenda dengan dikawal ketat oleh para prajurit wanita yang menjadi pengawal pribadi sang ratu."Susana malam ini sangat dingin sekali. Akan tetapi, langit sangat cerah dan bulan pun bersinar terang. Sungguh indah luar biasa," desis Senapati Yandradipa mengangkat wajahnya menatap keindahan langit yang tampak cerah itu."Mungkin ini pertanda akan datangnya musim kemarau, setelah lama kita mengalami musim Siak," sahut sang raja sambil menikmati hidangan sederhana yang disajikan oleh para pelayannya.Kemudian, Senapati Jasena menyahut pula, "Iya, Baginda. Sepertinya ini memang sudah waktunya pergantian musim."Raja Wanara menghela napas dalam-dalam, kemudian mengangkat wajahnya dan memandangi langit yang tampak cerah itu, ser

  • Wanara   Lembah Kalen Laes

    Ketika matahari sudah terik dan terasa panas menyengat. Maka, Senapati Jasena langsung menyeru kepada para prajuritnya untuk segera beristirahat dan mendirikan tenda di sebuah hutan yang ada di bawah perbukitan dekat dengan lembah Kalen Laes yang masih masuk ke dalam wilayah kerajaan Bayu Urip bagian timur."Sebaiknya kita beristirahat saja dulu! Ini adalah tempat yang bagus, sang raja pasti menyukai tempat ini!" seru Senapati Jasena. "Kalian segera dirikan perkemahan dan persiapkan makanan untuk sang raja dan permaisurinya!" sambung Senapati Jasena kepada para prajurit dan juga para pelayan yang ikut dalam rombongan tersebut."Baik, Gusti Senapati," sahut salah seorang pimpinan pelayan tersebut menjura kepada sang senapati.Setelah itu, mereka pun langsung membagi tugas dengan mendirikan tenda terlebih dahulu untuk dijadikan tempat penyimpanan bahan-bahan makanan. Setelah itu, mereka segera mempersiapkan kebutuhan untuk memasak dengan dibantu oleh puluhan p

  • Wanara   Perjalanan Panjang

    Setelah kematian Rosapati, akhirnya para pendekar dari gerombolan tersebut, merasakan bahwa mereka telah dikelilingi oleh beberapa prajurit yang kuat. Mereka menyerang dengan begitu semangat dari berbagai penjuru.Demikian pula dengan Senapati Yamadaka dan Senapati Yandradipa, mereka memiliki ketangkasan dalam memainkan pedang mereka. Sehingga lawan-lawannya tidak pernah berhasil menyentuh tubuh kedua senapati itu dengan ujung senjata mereka."Kita sudah akal dan cara untuk mengalahkan para prajurit itu, kita tidak bisa lagi melanjutkan perlawanan terhadap mereka. Sebaiknya kita lari saja dari tempat ini! Kau lihat sendiri, Rosapati pun sudah binasa!" ujar salah seorang pendekar dari kelompok pemberontak itu. Ia mulai ragu melihat pemandangan seperti itu.Kawannya itu hanya dapat menggeram dan menahan kemarahan karena ia dan kawan-kawannya tidak dapat membebaskan diri dari cengkraman para prajurit kerajaan Bumi. Lawannya yang mereka hadapi ternyata memiliki

  • Wanara   Dihadang Oleh Sekelompok Pengacau Keamanan

    Ketika rombongan Raja Wanara sudah tiba di sebuah hutan yang berada di luar wilayah kerajaan Bumi. Tepatnya di sebuah alas yang masuk ke dalam wilayah kedaulatan kerajaan Bayu Urip, tenyata rombongan tersebut sudah dihadapkan dengan sebuah ancaman dari kelompok kecil yang sering melakukan teror di wilayah kerajaan Bayu Urip. Mereka berusaha untuk melakukan tindakan penghadangan terhadap rombongan Raja Wanara.Para prajurit yang mengawal sang raja tampak siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Karena mereka sudah diberi tugas secara langsung oleh Senapati Jasena pada setiap kelompok yang ada di bawah pimpinan panglima masing-masing. Senapati Jasena telah memerintahkan para prajuritnya untuk melawan siapa saja yang dianggap berbahaya terhadap keselamatan sang raja dan kedua permaisurinya."Siapa mereka?" tanya sang raja mengerutkan kening sambil mengamati puluhan orang bersenjatakan pedang berbaris rapi menghadang di tengah jalan.Kemudian,

  • Wanara   Sang Raja Meninggalkan Istana

    Keesokan harinya, Senapati Jasena dan para prajuritnya langsung melakukan persiapan jelang keberangkatan mereka pada hari itu menuju ke wilayah kerajaan Buana Loka, dalam rangka kunjungan persahabatan dari pihak kerajaan Bumi kepada pihak kerajaan Buana Loka yang merupakan sebuah kerajaan sahabat yang kini menjadi sekutu kerajaan Bumi.Dengan gagahnya, ia melangkah menuju ke barak para pelayan yang berada di belakang barak prajurit. Sang senapati langsung menghampiri salah seorang kepala pelayan yang hendak ikut dalam rombongan Raja Wanara."Selamat datang di barak kami, Gusti Senapati," ujar seorang pria berusia sekitar 30 tahun dengan sikap ramahnya menjura kepada sang senapati.Senapati Jasena hanya tersenyum, lalu berkata, "Sebaiknya pedati yang mengangkut barang logistik kebutuhan makanan dan lainnya langsung dikeluarkan sekarang! Tunggu di depan istana, sebentar lagi kita akan segera berangkat!" perintah Senapati Jasena kepada para pelayan istana dan kusir yang

  • Wanara   Dua Ratu Bijaksana

    Satu hari menjelang keberangkatan rombongan sang raja. Maka, Senapati Jasena dan dua senapati lainnya yang hendak ikut mengawal sang raja sudah mempersiapkan segalanya yang tentu akan dibutuhkan dalam melakukan perjalanan jauh tersebut."Apakah kita perlu membawa pasukan panah, Senapati?" tanya Senapati Yandradipa mengarah kepada Senapati Jasena yang merupakan panglima senior di kerajaan Bumi."Aku rasa mereka sangat penting untuk dilibatkan dalam pengawalan ini. Kau siapkan 50 prajurit panah yang benar-benar memiliki kemampuan tinggi! Sisanya bawa saja para prajurit campuran dan jangan lupa sertakan lima orang kusir pedati yang akan membawa barang-barang keperluan logistik dan peralatan lainnya!" jawab Senapati Jasena menuturkan.Dengan demikian, Senapati Yandradipa dan Senapati Yamadaka langsung meluncur ke barak prajurit yang berada di belakang istana utama, untuk menyiapkan para prajuritnya yang akan diperintahkan untuk mengawal sang raja dan kedua perma

  • Wanara   Dua Pengawal Baru Sang Raja

    Pagi itu, Panglima Yandradipa dan Yamadaka sudah berada di ruang utama istana kerajaan Bumi. Mereka datang memenuhi undangan dari sang raja, bahkan dijemput langsung oleh utusan istana yang diperintahkan oleh sang raja menjemput kedua punggawanya ke istana kepatihan Waraya timur."Aku sangat senang mendapat kabar tentang keberhasilan kalian," ujar sang raja tampak semringah. "Oleh sebab itu, kalian aku minta untuk datang ke istana ini. Karena, sang guru sepuh memintaku untuk menganugerahkan gelar kepada kalian berdua," sambung sang raja menyampaikan maksud dan tujuannya dalam mengundang kedua punggawanya tersebut.Panglima Yandradipa dan Yamadaka saling berpandangan, raut wajah mereka tampak semringah. Dengan kompaknya mereka menjura kepada Raja Wanara dan Maha Patih Ramanggala."Terima kasih, Baginda Raja. Ini merupakan bentuk penghormatan Baginda terhadap kami berdua," sahut Panglima Yandradipa sambil membungkukkan badan di hadapan sang raja.Raja Wan

DMCA.com Protection Status