Vita terkesima, dia bukan berlari ke trotoar melainkan jongkok karena ketakutan sembari memejamkan mata dan menutup telinga.
"Ma, Pa, maafkan Vita. Vita banyak dosa, suka bandel dan masih suka minta jajan!" tuturnya pasrah karena dia mengira ajal akan segera menjemputnya.
Ckiitz!
Mobil itu mendadak mengerem. Pemilik mobil itu pun keluar dari mobil untuk memastikan wanita yang hampir ditabraknya itu tidak apa-apa.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya seorang pria kepada Vita.
Vita menoleh dan membelalak. Dia spontan memeluk pria tersebut karena ketakutan.
"Pak Vino, aku takut!" teriak Vita sembari menangis.
Vino merasa canggung ketika Vita memeluknya dengan sangat erat. "Ma-maafkan, bapak, Vita. Ayo kita masuk ke mobil!"
Vita masih terlihat shock. Dia pun memberanikan diri memegang tangan Vita untuk menenangkan mahasiswinya itu. Vino membawa Vita ke rumah sakit sekaligus melihat ayahnya yang sedang di rawat di rumah sakit.&
Beberapa hari kemudian, keluarga Anggun dan Rico sudah pulang ke kota masing-masing. Sedangkan Anggun, dia di ajak pindah ke apartemen Rico."Waaawww, Sayang, ini apartemennya besar sekali," ungkap Anggun yang terperangah melihat apartemen mewah milik Rico."Kamu suka?" tanya Rico sembari memeluk Anggun dari belakang."Hemm," jawab Anggun seraya menganggukkan kepalanya.Rico pun menggendong Anggun dengan ala bride style ke kamar mereka berdua. Dia menidurkan Anggun di ranjang berukuran besar dengan berbalut seprai putih berbahan sutera. "Di sini hanya ada kita berdua, Sayang. Berteriaklah semaumu, karena tidak akan ada yang mendengar apa yang sedang kita lakukan. Kita pun bisa bercinta di mana saja, tanpa ada yang mengganggu.""Hemm, aku lapar, Mas. Bolehkah, aku memasak dulu!" izin Anggun."Enggak bisa di-pending makannya?""Aku punya penyakit lambung, Mas.""Baiklah, maafkan aku!"Entah mengapa, Anggun tiba
Anggun tiba di kampus dengan suasana hati yang buruk. Tidak ada senyuman yang mengkhiasi wajah cantik itu. Orang yang melihat tidak berani menyapa sama sekali."Anggun," teriak Allina yang baru datang bersama Romeo.Anggun menoleh ke arah sumber suara dengan mata yang mengkristal."Kamu kenapa?" tanya Allina khawatir.Allina pun mengajak Anggun ke tempat favorit mereka yaitu DPR (di bawah pohon rindang). Mereka hanya pergi berdua. Romeo pun mengerti dan dia pergi ke kelas seorang diri."Apa yang terjadi?" tanya Allina penuh perhatian."Aku sedang bad mood saja," jawab Anggun dengan wajah sendu."Jika kamu tidak mau bercerita tidak apa-apa, tetapi wajahmu jangan seperti benang kusut begitu. Aku jadi tidak punya saingan.""Saingan apa?" tanya Anggun penasaran."Saingan dalam hal kecantikan," canda Allina."Hahaha, kamu memang sangat cantik Allina. Apalagi sahabatku ini mau menikah. Aku sangat bahagia," ungkap
Botol minuman air mineral yang dipegang oleh Vino terjatuh dari genggaman tangannya. Rasanya bagai tersambar petir di siang bolong ketika mengetahui bahwa Anggun mencintai Rico. Napasnya tiba-tiba sesak karena harus menerima kenyataan bahwa wanita yang selama ini diidam-idamkan menjadi istrinya telah memilih pria lain."Anggun, apakah yang aku dengar ini benar? bahwa kamu mencintai, Rico?" tanya Vino dengan suara lirih.Anggun menatap Vino dengan mata berkaca-kaca. "Ya, aku sangat mencintai, Mas Rico. Bahkan, aku tidak bisa hidup tanpanya," jawab Anggun dengan jujur. Anggun berpikir, tidak ada yang harus ditutupi lagi dari Vino. Dia tidak mau jika dosennya itu terus mengharapkan cintanya."Cukup!" pinta Vino kepada Anggun. Dia tidak mau mendengar apapun lagi dari bibir Anggun. Yang jelas dia sudah tahu, bahwa sudah tidak ada ruang di hati Anggun untuknya.Romeo melihat Vino yang sedang kecewa dan tertunduk lemas. Dia tahu, bahwa dosennya sekarang sedang m
"Apa? kapan? jangan bercanda kamu, Romeo!" sahut Vino sembari menarik kerah kemeja pantai yang di kenakan oleh mahasiswanya itu."Mau lanjut ceritanya, enggak, neh? kalau mau lepaskan tangan bapak dari kemejaku. Ini baju baru nanti sobek!" ujar Romeo.Vino pun melepaskan tangannya dari kerah baju Romeo. "Ceritakanlah!""Cie, kepo!" ucap Romeo yang sempat-sempatnya bercanda dalam keadaan serius.Vino kembali menarik kerah kemeja Romeo dengan sebelah tangannya dan satu tangan lagi dia persiapkan untuk meninju wajah Romeo. "Wo ... wo ... wo, ampun, Pak!""Maafkan aku, Romeo!""Cinta membuat orang jadi tempramental," ucap Romeo dengan pelan."Apa kamu bilang?" tanya Vino"Anggun dan bang Rico menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Awalnya, Anggun dan Bang Rico sama-sama menolak. Karena pada saat itu Bang Rico telah menikah siri dengan Nisa.""Brengsek si Rico!" umpat Vino sembari mengepalkan tanga
“Rico, di mana Anggun?” tanya Vino mengalihkan pembicaraan.“Dia ada di kamarku,” jawab Rico.“Cepat susul dia! Bagaimana jika ada yang mengintip ketika dia sedang mengganti pakaian. Ini, kan, kapal untuk laki-laki. Dan ada beberapa mahasiswa laki-laki di sini. Jika kamu tidak mampu menjaganya. Biar aku saja yang menjaganya,” ujar Vino pura-pura merajuk.Rico membelalak setelah mendengar ucapan dari sahabatnya. Dia pun bergegas pergi ke kamarnya yang berada di dalam yacht untuk menemui, Anggun. Ketika Rico masuk, dia mendapati sang istri sedang tidur dengan posisi miring dan membelakangi pintu masuk. Anggun tampak menggoda dengan mengenakan kemeja putih tangan panjang miliknya yang terlihat kebesaran.Rico pun mengganti pakaiannya yang basah dan kemudian ikut berbaring seraya memeluk tubuh langsing itu dari belakang. Tangan Rico mulai nakal, rasanya penasaran jika
"I-itu," jawab Anggun terbata-bata. "Kenapa aku bisa keceplosan begitu, sih?" gumam Anggun dalam hati."Owh jadi benar?" tanya Rico kecewa."Itu tidak seperti yang kamu bayangkan, Mas. Jika tidak percaya aku ada rekaman CCTV-nya." Anggun memberikan ponselnya kepada Rico.Anggun melihat ekspresi sang suami pada saat melihat rekaman CCTV tersebut. Awalnya dia tersenyum, kemudian dia marah dan yang terakhir dia tertawa."Jadi maksud Romeo dan Vino ngubeuk-ngubeuk anu itu, ternyata ini," gumam Rico dalam hati.Setelah melihat rekaman video CCTV itu, Rico pun memeluk Anggun dan menggendongnya ala bride style ke kamar."Sayang, lagi, yuk!" ajak Rico."Pinggangku masih pegal. Tadi, kan, aku yang bekerja dari awal sampai akhir. Nanti malam saja, ya!" mohon Anggun kepada Rico."Baiklah, kalau begitu telepon teman-temanmu beserta dosenmu kemari! Biarkan mereka bergabung dengan kita di sini.""Mas, kamu tidak mara
"Ya, jadi bagaimana jawabannya?" tanya Vino dengan serius."Ehm, itu anu--""Kamu mau enggak, nikah sama aku?" tanya Vino yang sudah agak kesal. "Ya sudah, kalau tidak mau!""Mau sih, tapi, enggak ada gitu kaya di film-film ngasih waktu si calon istrinya itu untuk berpikir!""Enggak ada, kalau mau ya mau, enggak ya enggak! Karena, jika tidak diterima sekarang, jika tersandung aku akan mengurungkan lagi niatku," ancam Vino agar Vita segera menerimanya. Dia tidak mau ditolak wanita untuk yang kedua kalinya."Ikh bapak kok gitu," keluh Vita kecewa. Namun, diapun takut jika dosennya itu tersandung dan berubah pikiran. Dia sedang patah hati karena Romeo dan Allina bersama. Dia tidak mau kehilangan pria tampan untuk yang kedua kalinya. Dia berharap, semoga dengan menerima lamaran dan menjalin hubungan bersama Pak Vino bisa mengobati patah hatinya. Dia pun tanpa sungkan-sungkan memberikan jari manisnya kepada Vino."Kenapa?" tanya Vino bingung.
Romeo merasa malu ketika sang dosen tahu dengan apa yang telah dia lakukan bersama Allina. Dia pun terdiam, tidak ada pembahasan apa-apa lagi di antara mereka berdua. Mereka pun menjadi canggung sendiri karena dalam hati mereka menyadari telah berbuat sebuah kesalahan kepada para wanitanya.Anggun pun keluar kamar dengan masih mengenakan kain pantai sembari di gendong ala bride style oleh Rico. Langkah Rico terhenti ketika melihat Vino dan Romeo sedang berada di ruang tengah.Wajah Vino dan Romeo memerah karena melihat Anggun yang sangat cantik dengan hanya berbalut kain pantai bermotif bunga-bunga yang dililitkan di tubuhnya. Rico buru-buru membawa Anggun masuk kembali ke dalam kamar.“Sayang, aku akan mengambilkan susu untukmu. Kamu tetap di sini jangan keluar kamar!” titah Rico dengan posesif karena tidak mau kecantikan sang istri di lihat oleh kedua pria yang sedang duduk di ruang tengah. Rico sengaja ber
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad