Vita tampak bahagia, dia tidak menyangka bahwa dirinya tidak sendiri. Ada sahabat dan kekasih yang siap membantu menyelesaikan masalah yang sedang dia hadapi sekarang. “Terima kasih semuanya,” ungkap Vita dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
Vino membawa tubuh Vita ke dalam pelukannya agar calon istrinya itu merasa aman dan nyaman. Walaupun hubungan di antara mereka baru terjalin. Namun, dia tidak akan menyerah dan akan mempertahankan Vita hingga tetes darah penghabisan (ciee). Dia tidak mau kehilangan wanita yang diinginkan untuk kedua kalinya.
Vino pun kemudian melihat ke arah Anggun dan Rico. Dari mereka dia belajar, jika kita ingin sebuah hubungan yang langgeng, maka, kita harus bertahan dalam setiap cobaan yang menerpa. Dan yakinlah bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan umatnya. Walaupun Anggun dan Rico selalu ditimpa masalah, tetapi mereka berdua tidak pernah menyerah sama sekali. Bahkan, merek
Arif terdiam, dia kali ini lebih baik mengalah dari pada membuat sang ibu marah dan bisa menyebabkan darah tingginya kambuh. “Baiklah, tetapi jangan lama-lama karena sekitar 3 jam lagi acara akan dimulai sedangkan Vita sama sekali belum mandi dan di make up!” pinta Arif mengingatkan.“Apa sekarang kamu sudah tidak mempercayai ibumu sendiri?” tanya Rya dengan nada keras. “Kalau begitu percuma aku berada di sini!” ucapnya sembari pergi dan menarik tangan Vita untuk ikut bersamanya.“Ibu!” panggil Arif. Rya pun menghentikan langkahnya tanpa menoleh kepada Arif. “Maafkan aku!”Rya tidak menjawab dan kembali melanjutkan langkahnya. Sebenarnya, dia tidak tega membuat putranya merasa bersalah. Namun, siapa suruh dia membuat cucunya bersedih dan menangis serta ingin memisahkan dengan pria yang dia cintai.Arif hanya bisa berdiri mematung ketika sang
Semua terdiam ketika Rya mengatakan bahwa Arif menelepon. Namun, Vino meminta nenek Rya untuk mengangkat telepon itu. Ruangan pun menjadi hening ketika Rya mulai mengangkat telepon dari Arif."Hallo," sapa Rya."Bu, aku mohon cepat pulang bawa Vita! Bosku akan segera datang. Apa ibu tega melihat aku malu?" tanya Arif dengan nada lirih.Rya melihat Vino untuk meminta sebuah keputusan apa yang harus dia jawab kepada putranya. Dan melalui gerakan bibir, Vino mengiyakan bahwa Vita akan pulang. Vino harus segera menghadapi ayah Vita. Dia tidak mau terus-terusan menjadi seorang pecundang yang lari dari masalah."Baik, ibu akan membawa Vita pulang sekarang," jawab Rya yang kemudian memutuskan sambungan telepon antara dia dan putranya.“Fahrezi, terima kasih untuk bantuannya,” tutur Rya kepada mantan kekasihnya itu.“Sama-sama, by the way, cucumu su
“Ayah,” panggil Vino terperangah.Semua terkesiap dengan mulut yang menganga lebar ketika Vino menyebut ayah kepada atasan papanya Vita.“Kenapa kamu tidak mengangkat telepon ayah?” tanya Jayden—ayah Vino. Dia begitu cemas, takut terjadi sesuatu kepada putra semata wayangnya. Tadinya, Jayden datang ke kediaman Arif untuk meminta maaf. Pasalnya, Vino tak kunjung pulang untuk menghadiri acara lamaran. Namun, siapa sangka, dia pun terkejut ketika melihat Vino sudah berada di rumah Vita dengan memakai pakaian rapi.“A-aku tadi sibuk, Yah,” jawab Vino. Dia masih belum mengatakan yang sebenarnya bahwa sudah menikah siri dengan Vita. Dia takut jika ayahnya terkejut dan menyebabkan penyakit jantungnya kambuh.Jayden pun mengalihkan pandangannya ke arah Vita. “Menantu ayah cantik sekali,” ungkap Jayden kepada wanita yang berada di samping Vino.&nbs
Ketika Allina akan pergi, Romeo menarik tangan calon istrinya itu. “Allina apa yang terjadi? Kamu mau pergi ke mana?” tanya Romeo penasaran.Allina menatap Romeo dengan intens, dia hampir saja melupakan Romeo. Dia bingung apa yang harus dia katakan? jujur atau berbohong.Romeo masih menunggu jawaban Allina. Dan untuk yang kedua kalinya dia pun bertanya. “Allina! Kamu kenapa? Apa yang terjadi?” Dia begitu khawatir. Entah siapa yang menelepon calon istrinya itu, sehingga membuat Allina cemas.“A-aku … aku harus segera pergi, Romeo!” jawabnya terbata-bata, sekaligus ingin menghindar dari pertanyaan Romeo yang dilontarkan kepadanya. “Aku akan mengantarkanmu. Aku pinjam mobil Bang Rico dulu, tunggu di sini!”Allina masih belum mengatakan apa-apa kepada Romeo. Dia takut jika calon suaminya itu akan salah paham kepadanya. Dia pun menghampiri Vita dan Anggun kemudian berpamitan kepada mereka untuk pergi
Lingualnya terasa kelu ketika mendengar pertanyaan Allina. Dia sendiri masih bingung dengan perasaannya terhadap Anggun. Namun, tidak bisa dipungkiri, kehadiran Allina membantunya mengikis rasa cintanya kepada wanita yang selama belasan tahun dia cintai dan nantikan untuk menjadi istrinya. Dia mulai merasa nyaman jika di dekat Allina. Rasanya hampa apabila Allina tidak ada di sisinya."Kenapa kamu diam saja, Romeo?" tanya Allina yang membuat dia semakin percaya bahwa Romeo masih sangat mencintai Anggun."Aku--""Aku apa?""Aku menyukaimu, Allina," ungkap Romeo dan langsung membuat Allina terdiam.Bagai mimpi di siang bolong ketika mendengar Romeo menyatakan perasaannya. Tidak terbesit sedikitpun di benaknya bahwa Romeo akan menyukainya secepat ini. Allina terus menatap kedua mata Romeo, dia ingin mencari celah kebohongan di sana. Namun, usahanya sia-sia. Karena tatapan Romeo begitu tulus."Allina kamu enggak kesambet oleh ketampananku,
“Jangan! Ku mohon jangan besok,” tolak Anggun sembari manatap sendu kepada Rico.“Baiklah, Sayang. Kita pergi lusa atau setelah kamu siap,” jawab Rico untuk menenangkan istrinya.“Mas, besok aku ingin berduaan seharian bersamamu!” pinta Anggun. Dia tahu bahwa ibunya adalah orang yang sangat keras dan tidak mudah untuk berubah pikiran. Dia ingin menikmati waktu berdua dengan suaminya. Dia begitu takut, jika setelah bertemu dengan sang ibu, dia tidak diizinkan lagi untuk bersama Rico. Dia pun memeluk Rico begitu erat sembari bersandar di dadanya yang bidang serta menikmati suara detak jantung.“Baiklah, aku akan bicara kepada Andy untuk menghandle semua pekerjaan.”“Terima kasih,” balas Anggun. Dia pun begitu tenang dan nyaman berada di pelukan Rico. Rasanya begitu hangat. Dia takut tidak bisa merasakan pelukan suaminya lagi.
Anggun merasa jika mamanya sudah keterlaluan dan kelewat batas. Dia tidak tega melihat Rico yang berlutut seperti itu. Sedangkan, mamanya acuh tak acuh dengan kesungguhan suaminya yang sedang memohon. Dia pun keluar dari tempat persembunyiannya."Ma," panggil Anggun.“Anggun, Sayang.” Linda menghampiri sang putri dan kemudian memeluknya begitu erat. Sedangkan, dia melewati begitu saja Rico yang sedang berlutut di hadapannya.Anggun semakin prihatin melihat suaminya. Dia pun melepaskan pelukan Linda dan kemudian mendekati Rico dan membantunya berdiri. “Jangan melakukan ini lagi, aku mohon!” lirih Anggun kepada Rico. “Kamu suamiku. Aku tidak ikhlas jika kamu merendahkan dirimu di hadapan siapapun walaupun itu kepada ibuku.”Linda geram mendengar perkataan Anggun. Dia berpikir bahwa Rico telah mengubah putrinya menjadi pembangkang. Dia pun menarik Anggun agar menjauh dari pria yang sangat dia benci.“Mama, lep
“Mas,” panggil Anggun lirih dengan air mata yang terus berderai di pipinya. “Bagaimana ini? Mama akan tetap memisahkan kita. Aku tidak mau, tolong jangan biarkan mama membawaku, Mas!” ucap Anggun dengan bibir yang bergetar karena takut.“Hemm,” gumam Rico sembari memandang dengan penuh perhatian. “Kamu tidak perlu takut. Aku akan selalu menjagamu, Sayang.”“Aku percaya jika kamu bisa menjagaku dan melindungiku. Namun, yang aku takutkan jika mama akan terus berusaha memisahkan kita. Aku lebih baik memiliki seribu musuh dari pada harus berselisih dengan mama.” Anggun memandang Rico dengan tatapan sendu. Pikirannya saat ini sedang berkecamuk, tanpa arah dan tujuan serta buntu tidak bisa mencari solusi.
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad