Hari ini, Venus berulang tahun.
Berkat bantuan Liliana dan Adhiguna, Suci kini sudah berada di apartemen Venus tanpa sepengetahuan pemiliknya.Suci hendak membuat surprise untuk Venus.Dan semua ide ini bermula dari Liliana dan Adhiguna sendiri.Setelah mengantar Suci ke apartemen sang anak, lalu Liliana membantu Suci memasak sejenak, kedua orang tua itu pun pamit pada Suci sebab sore ini mereka harus kembali terbang ke Swiss untuk melanjutkan pengobatan yang dijalani Liliana."Kenapa sih Mama harus pergi lagi? Kenapa Mama tidak menjalani pengobatan di Indonesia saja Ma?" ucap Suci dengan bibir cemberut."Sayang, Mama melakukan ini semata-mata karena Mama ingin hidup lebih lama lagi, semua Mama lakukan demi kamu dan Venus, karena pengobatan di sana lebih bagus, lebih canggih. Mama nggak mau melewati masa-masa emas sebagai seorang nenek di mana Mama harus terbaring di tempat tidur tanpa bisa ikut menimang cucu-cucu Mama nanti," jawab Liliana dengan sikap lembutnya.Suci mengesah berat. Baru saja beberapa hari indah terlewati dengan keberadaan sang Mama, tapi kini Suci harus kembali berpisah dengan Liliana."Mamakan cuma sebentar di Swiss, nanti menjelang hari pernikahanmu dengan Venus, Mama dan Papa ke Jakarta lagi," Liliana mencoba menghibur Suci.Suci mengangguk pasrah. Dia membalas pelukan Liliana sama erat.Setelah kedua orang tua angkatnya itu berpamitan, Suci kini berada sendirian di dalam apartemen mewah milik calon suaminya.Suci merasa asing dengan tempat itu karena memang ini pertama kalinya dia datang ke sini.Setelah memastikan semua masakan terhidang rapi di atas meja makan, Suci hendak melepas celemeknya untuk mencuci tangan, tapi, dia urung melakukannya karena detik itu juga Suci mendengar suara pintu apartemen yang terbuka.Suci buru-buru merapikan sedikit penampilannya, rambutnya dan pakaiannya. Sepertinya Venus sudah pulang, Suci akan menyambutnya.Dengan langkah pelan dan bantuan tongkat di tangan, Suci melangkah ke luar dari dapur."Mas... Mas Venus? Itu kamu kan? Kamu sudah pulang Mas?" sapa Suci sambil meraba dinding. Langkahnya terhenti di ambang pintu pembatas antara meja makan dengan ruang TV."Oh, Suci? Lo di sini?" ucap sebuah suara dengan nada kaget.Mendengar suara itu, Suci pun dibuatnya sama kaget. Sebab itu bukan suara Venus, melainkan suara seorang wanita asing yang tidak dia kenal."Ya, saya Suci. Kamu siapa?" tanya Suci dengan suara yang sedikit bergetar. Entah kenapa perasaannya mendadak tidak enak."Oh, kenalin gue Hanni, gue temennya Venus," wanita bernama Hanni itu berjalan mendekati Suci dan menjabat tangan Suci."Oh..." gumam Suci pelan. Sangat pelan.Hanni tahu, dari ekspresinya sepertinya Suci cukup syok mendapati dirinya masuk secara tiba-tiba ke apartemen Venus bahkan di saat laki-laki itu tidak ada.Wajar sih, calon istri mana yang tidak curiga jika memergoki ada wanita lain masuk ke apartemen calon suaminya? Pikir Hanni membatin.Wanita itu diam-diam menyeringai. Seperti sedang menertawakan nasib Suci yang malang."Udah, santai aja, nggak usah kaku begitu. Anggap aja rumah sendiri. Gue juga cuma mampir sebentar aja kok ke sini, mau ambil baju," ucap Hanni setelahnya. Wanita itu masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Suci yang terdiam membisu.Mengambil baju?Kalau memang cuma teman dekat, lalu kenapa dia bisa seleluasa itu masuk ke apartemen Mas Venus saat apartemen ini kosong?Apa itu artinya dia juga memiliki kunci serep apartemen ini?Atau memang dia juga tinggal di sini?Berbagai pertanyaan hinggap dalam benak Suci."Maaf sebelumnya, kamu kenapa bisa masuk? Memangnya, kamu punya kunci apartemen ini?" tanya Suci memberanikan diri. Bagaimana pun dia berhak tahu.Saat itu, Hanni baru saja keluar dari kamar sambil menenteng tas ransel berukuran sedang berisi pakaiannya."Loh, emangnya Venus belum cerita? Udah dua minggu gue tinggal menumpang di sini, kebetulan kan kamar di apartemen ini ada dua," jawab Hanni dengan entengnya.Perasaan Suci semakin tidak karuan. "Tapi, Mas Venus nggak pernah cerita tentang kamu."Hanni tersenyum tipis. "Oh begitu?" gumam Hanni memperdengarkan suaranya yang seperti orang terkejut.Hanni berjalan ke arah meja makan, melewati tempat Suci berdiri. Wanita berambut coklat maroon itu menuang segelas air putih untuk dia minum."Gue lagi ada masalah keluarga, terus kabur dari rumah. Berhubung gue nggak bawa apa-apa pas gue kabur, jadi gue minta bantuan Venus buat nampung gue di apartemennya untuk sementara," tutur Hanni menjelaskan apa yang memang baru saja dia alami akhir-akhir ini.Wanita itu menduduki salah satu kursi di meja makan. Kedua bola matanya membulat ketika mendapati begitu banyak masakan lezat terhidang di sana."Ini semua lo yang masak?" tanya Hanni seolah tak yakin.Suci tersenyum tipis. "Kalau kamu mau, makan saja, tapi nasinya belum matang."Hanni tersenyum miring. "Nggak salah deh Venus cari calon istri, ya walau pun buta, seenggaknya lo masih bisa ngurusin Venus nantinya, secara lo pinter masak."Suci merasa dadanya sesak saat kata 'Buta' terlontar begitu saja dari mulut Hanni. Tampaknya, Hanni itu orangnya sangat blak-blakan.Suci hanya diam. Dia berlalu melewati Hanni di meja makan sambil melepas celemeknya.Suci mencuci tangan di wastafel.Hanni masih asik menikmati hidangan di meja makan itu ketika Suci kembali dari dapur.Suci duduk di salah satu kursi di meja makan tak jauh dari Hanni.Hanni cuek saja dengan keberadaan Suci, toh Suci tidak bisa melihat apa yang kini sedang dia lakukan, pikir Hanni."Kamu sudah lama kenal dengan Mas Venus?" tanya Suci tiba-tiba.Hanni mengunyah makanan di mulutnya dan menelannya bulat-bulat. "Ya lumayanlah," jawab Hanni acuh."Teman kuliah, atau teman satu kantor?""Gue ketemu Venus di Club malam beberapa tahun yang lalu, waktu itu Venus lagi mabuk, terus curhat sama gue, katanya dia lagi kesel sama cewek belagu yang udah nolak dia. Dia mau buat pelajaran ke cewek itu dengan memperkosa tuh cewek tapi sayangnya rencana dia gagal," cerita Hanni apa adanya. Hanni memandang Suci lekat, sekadar ingin tahu bagaimana ekspresi Suci setelah mendengar cerita itu.Hanni bisa menebak sepertinya Suci kaget, meski perempuan itu berusaha menutupinya."Apa sebegitu buruk kelakuan Mas Venus selama ini?" tanya Suci setelah dia terdiam cukup lama. Entah kenapa, pikirannya mendadak aneh."Ya itulah Venus. Ada baiknya lo mempertimbangkan matang-matang niat lo untuk menikah sama dia. Venus itu nggak cocok sama lo," kata Hanni lagi, mengompori.Kenapa dia mengatakan semua ini padaku?Apa maksudnya?Apa mungkin dia menyukai Mas Venus sehingga malah menjelek-jelekkan Mas Venus di hadapanku supaya aku membatalkan pernikahanku dengan Mas Venus?Lagi-lagi, Suci hanya bisa berasumsi."Ini pertanyaan terakhir," ucap Suci lagi. Suaranya terdengar bergetar. Suci menelan salivanya yang mendadak pahit.Hanni menunggu pertanyaan lanjutan dari Suci dengan sabar. Gayanya yang cuek tampak santai dengan satu kaki yang terangkat di kursi."Sedekat apa hubungan kalian sampai bisa tinggal bersama selama ini?" tanya Suci lagi menyudahi interogasinya.Hanni menyudahi makannya. Dia mengelap mulutnya dengan tissue."Yakin lo mau tau?" tanya Hanni balik. Sepulas senyum miring terbit di wajah cantiknya.Suci mengangguk yakin.Hanni bangkit dari duduknya, menghampiri Suci dan mengambil posisi berdiri membungkuk di belakang Suci, mendekatkan bibirnya ke arah telinga Suci."Gue sama Venus, udah pernah tidur bareng..." bisik Hanni kemudian.Mendengar pengakuan Hanni, mendadak, tubuh Suci membeku di tempat.*****Jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan komentarnya ya...Salam Herofah...Hidangan sudah tersedia rapi di meja makan ketika Venus sampai di apartemen tepat seperti perkiraan Suci.Wanita tunanetra itu sigap berdiri untuk menyambut kepulangan Venus.Kebetulan, Suci memang menunggu Venus di ruang tamu apartemen."Mas Venus?" sapa Suci seraya menoleh ke arah suara pintu yang baru saja terbuka.Lelaki berkemeja krem itu terlihat sangat terkejut mendapat sambutan dari orang lain, selain Hanni di dalam apartemen pribadinya. Venus sama sekali tak menyangka akan keberadaan Suci di apartemennya hari ini.Kegugupan kian meraja dalam benak Venus, terlebih saat dilihatnya Suci tampil begitu anggun dengan gaun indah sebatas dengkul yang tampak manis di tubuhnya yang mungil."Ada perlu apa?" tanya Venus sinis. Berusaha keras untuk tetap bersikap wajar."Maaf kalau aku lancang, aku cuma ingin memberi surprise di hari ulang tahunmu. Aku sudah masak masakan kesukaanmu, nanti kita makan malam bersama ya Mas?" ucap Suci lagi menjelaskan maksud kedatangannya.Sayangnya, ucapan
Seorang lelaki masuk secara paksa ke dalam kamar seorang wanita yang sudah dia kenal sejak kecil.Seorang wanita yang selama ini tinggal dan hidup bersamanya dalam satu atap yang sama.Seorang wanita yang begitu dia cintai, tapi selalu menolaknya.Seorang wanita yang begitu dia sayang, tapi tak pernah mau melihat ke arahnya.Dan Venus muak!Venus muak dengan semua keangkuhan Suci."Venus? Lo mau apa?" Tanya Suci kaget ketika Venus tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya bahkan tanpa mengetuk pintu lebih dulu.Suci yang sedang berpakaian langsung menutupi bagian tubuh atasnya yang hanya mengenakan tank top saja."KELUAR! KELUAR!" Hardik Suci dengan wajah marah.Sayangnya Venus tidak mau mendengar perintahnya. Lelaki itu terus saja melangkah ke arahnya.Tubuh Suci sudah terdesak ke dinding ketika Venus kini mengunci tubuhnya dengan ke dua tangan. Ekspresi wajah lelaki itu tak jauh beda dengan wajah Suci.Tatapan mereka sama-sama menyiratkan kemarahan di sana."Apa salah gue? Apa kurangnya gue?
Seorang lelaki masih asik menikmati sebotol vodka di tangan. Menenggaknya hingga habis lalu kembali memesan botol berikutnya.Suara dentuman house music dan cahaya lampu disco membuat dirinya yang mulai teler ikut menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik.Di tengah usahanya untuk mencoba menikmati asiknya irama disco, siluet bayangan seorang pelacur murahan yang telah berani mempermainkan dirinya terus saja teringat dalam ingatannya."Brengsek!" Venus menggeram. Dia membanting botol Vodka ke meja bar hingga menarik perhatian beberapa pengunjung Club lain."Kenapa Bos? Kok marah-marah?" tanya Kevin sang bartender Club."Nggak apa-apa!" jawab Venus acuh. Dia kembali menenggak minumannya."Tumben udah satu bulan nggak booking barang koleksi Mami Talita. Banyak barang baru loh Bos, bening-bening, mulus, bodynya kayak gitar spanyol," beritahu Kevin, lelaki itu terkekeh pelan.Venus tersenyum kecut."Gue lagi puasa," sahutnya dengan suara lantang lalu dia tertawa.Kevin jadi geleng-gel
Hari pernikahan antara Suci dengan Venus akhirnya digelar.Sebuah pernikahan yang sangat mewah dan gemerlap.Momen istimewa itu terasa begitu membahagiakan bagi Suci mau pun Venus sendiri.Sejak ingatannya kembali, sikap Venus yang dingin perlahan menghangat.Dia bahkan menyambut hari bahagianya bersama Suci dengan penuh antusias. Rona bahagia tampak dari wajah tampannya yang menawan.Venus memang menyesal telah membuat Suci menderita, namun Venus pastikan setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang rela bertaruh nyawa demi Suci.Meski, dibalik semua kebahagiaannya saat ini, Venus tetap saja tak mampu menyembunyikan gurat kekhawatiran dan ketakutan akan tindakannya yang harus dia lakukan setelah ini.Ini menyangkut tentang rencana dirinya menyewa suami sewaan untuk membuat Suci hamil.Jika sebelumnya Venus menyewa Mars untuk menghamili Suci dikarenakan Venus yang memang tak berminat berbagi ranjang dengan Suci karena kondisi Suci yang cacat, tapi kali ini Venus harus t
Masa Setelah Prolog...Ini kali pertama Mars bertatap muka secara langsung dengan seorang konglomerat bernama Raja Venus Diningrat. Satu-satunya lelaki aneh yang pernah Mars kenal seumur hidupnya.Sosok Venus di mata Mars adalah seorang lelaki yang begitu gagah. Dengan kulitnya yang putih bersinar, bentuk tubuh yang atletis serta wajah yang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dari tatapan mata Venus, Mars sama sekali tak melihat adanya pancaran kebahagiaan di sana.Sorot mata itu memang terkesan dingin dan angkuh, tapi menyedihkan."Kamar pengantin ada di atas. Istriku sedang menunggu Anda di sana. Anda tentu sudah mengertikan tugas yang harus Anda lakukan?" tanya Venus dengan ekspresi datar. Tatapan lelaki itu begitu tajam dan misterius.Mars mengangguk pelan."Oke, bagus kalau begitu," Venus bangkit dan berdiri dengan angkuhnya di hadapan Mars. Dia mengeluarkan segepok uang dari saku jasnya dan melemparnya ke meja tepat di depan Mars duduk."Ini uang mukanya, sisanya akan dibay
Suci tahu, kini Venus sudah tertidur di sisinya.Jika boleh jujur, Suci jelas merasa gugup. Namun entah mengapa, rasa gugup itu perlahan kian menghilang tergantikan oleh rasa kecewa.Suci tak memungkiri ada sejumput harapan di sudut hatinya bahwa malam ini dirinya dan Venus bisa melewati malam pertama mereka layaknya pengantin baru kebanyakan. Bukannya justru tidur dengan saling memunggungi satu sama lain.Bukankah Suci sudah berjanji akan menjadi seorang istri yang baik untuk Venus?Jadi apa salahnya jika dia yang memulai lebih dulu? Toh hubungan mereka sudah halal.Mungkin hanya sekedar pelukan saja tidak mengapa bagi Suci. Setidaknya, dia ingin merasakan bagaimana hangatnya dekapan sang suami. Suci hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah siap untuk benar-benar menyerahkan diri seutuhnya pada Venus.Seandainya memang Venus yang belum siap, Suci akan menunggu.Tapi untuk malam ini, Suci ingin sekali merasakan pelukan Venus.Itu saja.Perlahan tapi pasti, Suci pun menggeser tubuhn
Malam kian larut.Tapi Venus masih asik berkutat dengan lamunannya di dalam mobil yang dia parkir di tepi danau.Dering ponselnya terus saja berbunyi tapi tak juga dia hiraukan.Tatapannya terus tertuju lurus ke depan. Ke hamparan danau luas dihadapannya. Dia mencengkram kuat setir mobilnya dengan ke dua tangan. Menunduk dalam tangis penyesalan.Salivanya tertelan dan rasanya sangat pahit. Sepahit nasibnya saat ini.Satu titik air mata lelaki itu terjatuh.Venus buru-buru menyekanya seraya meraup wajah kasar, lalu dia membuka pintu mobilnya. Hawa dingin angin malam seketika menerpa tubuhnya kala itu.Lelaki itu berjalan ke tepi danau dan terduduk sendirian di sana. Dia duduk di atas rerumputan. Hamparan langit biru yang menggelap seolah menjadi pelindung kegelisahannya.Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya?Bukankah seharusnya, malam ini menjadi malam paling indah bagi dirinya bersama Suci?Sesuatu yang bahkan telah menjadi impian Venus sejak lama.
"Nih!"Venus menerima sebungkus kecil bubuk putih dari seorang teman yang dikenalnya di jalanan."Apaan nih bang?" tanya Venus bingung."Lo bilang, lo mau jadi orang yang lebih percaya dirikan? Jadi pemberani, jadi lelaki sejati?" ucap Lelaki dihadapan Venus yang kini berprofesi sebagai bandar narkoba.Venus mengangguk."Pake itu, gue jamin semua keinginan lo bakal terwujud dalam sekejap mata," lelaki itu menyeringai licik.Venus kelihatan tertarik meski belum percaya sepenuhnya. "Ah, masa sih bang?" tanya Venus sambil terus meneliti barang haram di tangannya."Makanya di coba dulu! Entar kalo udah ngerasain efeknya, baru lo boleh komentar. Untuk yang pertama ini gue kasih gratis ke lo, kalo emang nggak terbukti ampuh, lo boleh balikin ke gue,"Dan itulah, hari pertama dimana Venus mulai terlibat dalam pergaulan bebas.Berawal dari penggunaan narkoba itulah Venus perlahan menjelma menjadi sosok lelaki sejati versi dirinya sendiri.Dan sejak saat itu, Venus yang masih terus berusaha dal
Flashback On..."Sebelum kita pulang ke Indonesia, aku mau memberi sesuatu untukmu sebagai hadiah bulan madu kita, Suci," ucap Mars saat dirinya dan Suci menikmati detik-detik terakhir mereka di tepi pantai Maldives yang indah.Saat itu, dua jam sebelum kepulangan mereka kembali ke tanah air.Suci meraba wajah Mars sambil tersenyum."Emang kamu punya hadiah apa buat aku, sih?" tanya Suci penasaran.Mars menatap benda di tangannya.Benda yang dibelinya tadi, saat mengantar Roger membeli oleh-oleh di Club Med Kani Maldives.Setiap weekend, di tempat ini akan digelar 'pasar dadakan'. Semacam pasar tradisional yang berada di dalam resornya dan penduduk lokal akan menjajakan berbagai suvenir di sana.Awalnya, Mars sudah memegang beberapa souvenir, salah satunya sebuah kalung cantik yang terbuat dari kerang, lalu masih banyak lagi suvenir-suvenir lainnya yang unik dengan beragam bentuk. Ada magnet kulkas, hiasan, mug, kaos, gelang, ukiran kayu dan lain-lain. Tapi, semua barang-barang itu te
SATU MINGGU KEMUDIAN...Di Sebuah Lapas Khusus Narapidana Dengan Gangguan Jiwa."Napi 205, ada tamu," ucap salah satu petugas lapas wanita.Seorang wanita berseragam narapidana keluar dari selnya dengan penjagaan ketat dua polwan di sisi kanan dan kirinya.Memasuki sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan polisi untuk menginterogasi tersangka pelaku kriminal, Hanni melihat sudah ada wanita lain yang duduk di salah satu kursi di dalam ruangan tersebut.Dan Hanni jelas mengenal siapa wanita itu."Aku harap, kedatanganmu ke sini membawa kabar baik, Jasmine," ucap Hanni begitu dirinya didudukkan oleh dua petugas lapas yang mengawalnya tadi.Jasmine tersenyum tipis, meski tak menutupi tatapan tajam sarat kebencian yang dia tujukan pada wanita gila di hadapannya itu."Ya, kabar baiknya adalah, ini..." Jasmine menyodorkan sebuah foto dirinya dan Venus serta Adrian yang tengah tersenyum ke kamera sambil berpelukan. Saat itu, Venus masih berada di ruang rawat rumah sakit. Mereka berfoto di s
Flashback off...Jakarta, Desember 20xxSeharian itu hujan turun dengan sangat deras membasahi bumi Jakarta.Seorang gadis yang baru saja selesai mengikuti ospek di kampus tampak berlari kecil ke arah lapangan parkir kampus di mana dia memarkirkan kendaraannya di sana.Mendapati ban mobilnya yang bocor, Suci mengesah berat."Duh, gue kan harus pulang cepet hari ini, udah janjian ketemu sama Om Frans, mana besok dia mau berangkat ke Australi lagi! Huft, sial banget, sih! Udah ujan, pake bocor lagi ban mobil!" Keluh Suci bermonolog.Akibat dirinya terlalu cantik, tentunya banyak seniornya di kampus yang kepincut padanya, itulah sebabnya, Suci jadi pulang telat dikarenakan ada beberapa kakak kelasnya yang memberikan Suci tugas tambahan di kelas dengan harapan bisa mengenal sosok Suci lebih jauh.Meski pada akhirnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatian Suci."Kalo naik busway jam segini keburu nggak ya jam tujuh sampe ke kantornya Om Frans?" Suci menoleh jam di ta
Suci dan Adrian sama-sama tersadar dari pingsan saat seember air disiram oleh Hanni ke tubuh mereka.Gelagapan, si kecil Adrian tampak meringis merasakan kepalanya yang sakit dan tubuhnya yang mendadak dingin tersiram air."Kakek..." Gumam bocah itu dengan kedua bola matanya yang terus mengerjap terkena tetesan air dari atas kepalanya.Sebuah remasan di kepala Adrian membuat bola mata bocah berusia lima tahun itu melotot seketika, mendapati wajah asing seorang wanita dengan dandanannya yang menakutkan, Adrian jelas ketakutan."Ka-kamu siapa?" tanya Adrian yang langsung menangis. "Mana kakek... Kakek...""Cengeng! Nggak usah nangis! Kalau kamu terus nangis, nanti Tante bakar kulit kamu, mau?"Dibentak seperti itu, bukannya mereda, tangis Adrian justru semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Suci yang kesadarannya pun mulai pulih, menjadi terkejut saat mendengar suara tamparan keras yang dilayangkan Hanni di wajah Adrian yang berada di sisinya.Suci menoleh masih dengan kepalanya yang pusi
Mars, Dandi dan Adiba sudah di kantor polisi setelah sore tadi, Adiba memberitahu bahwa Suci hilang saat mereka masih berada di dalam mall.Dan dari hasil rekaman CCTV Mall yang sudah diperiksa pihak kepolisian, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, wanita yang mengenakan seragam cleaning service itulah yang membawa Suci di dalam plastik sampah karena jeda waktu dirinya keluar dari toilet, hanya berbeda beberapa menit setelah Suci memasuki toilet tersebut.Setelah memanggil seluruh Cleaning service yang bekerja di dalam Mall tersebut dan menginterogasinya satu persatu, diketahuilah bahwa salah satu cleaning service di sana sempat diserang oleh orang tak dikenal hingga dia tak sadarkan diri dan tubuhnya dibawa masuk ke dalam salah satu bilik toilet wanita dalam keadaan pingsan."Saat saya bangun, seragam cleaning service saya sudah hilang, Pak. Saya hanya mengenakan pakaian dalam saja, makanya saya nggak berani keluar sampai ada teman yang masuk ke toilet itu tadi." aku sang pet
Impian standar dari seorang perempuan adalah memiliki keluarga yang bahagia melalui jalan pernikahan.Itulah impian sederhana yang Suci miliki sejak kecil saat sang Ibunda bertanya padanya, mengenai cita-cita sang putri terkasihnya itu.*"Kalau sudah besar nanti, Suci mau jadi apa?" tanya Furi sambil mengepang rambut Suci yang tebal dan panjang."Suci mau jadi kayak Mama, seorang Ibu yang baik untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya."*Itulah kurang lebihnya hal yang Suci inginkan di masa kecil.Hal yang akhirnya terwujud setelah dirinya harus melewati beribu rintangan dan cobaan hebat yang menerpa kehidupannya sejauh ini.Pernikahannya dengan Mars yang berlangsung meriah cukup menjadi bukti betapa bahagianya kehidupan yang Suci dan Mars jalani saat ini.Memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan, Suci menyerahkan seluruh kepengurusan perusahaan yang dipegangnya pada sang suami.Meski awalnya Mars sempat menolak karena dirinya yang memang awam akan semua pekerjaan itu,
"Aku ke sini, karena ingin bertanggung jawab atas perbuatanku padamu, juga pada Adrian," ucap Venus begitu dirinya dan Jasmine kini sudah berada di teras kediaman Yuda, ayah Jasmine.Masih memasang wajah angkuh, bahkan dalam ketidakberdayaannya sekarang, Jasmine masih saja merasa gengsi jika harus kembali bergantung dengan Venus, karena yang dia tahu, hidup Venus pun sekarang susah setelah lelaki itu dibuang dari keluarga Diningrat."Aku memiliki sedikit tabungan, mungkin bisa digunakan untuk biaya pernikahan kita, Jasmine," ucap Venus lagi meski sampai detik ini, Jasmine tetap saja membisu."Ini amanat dari almarhum Papaku, beliau ingin aku membawa dirimu dan Adrian pulang ke desa, tinggal bersamaku di rumahnya, mengurus perkebunan dan peternakan yang Papa berikan padaku," tambah Venus lagi."Apa kamu bersedia Jasmine?" tanya Venus kemudian dengan segala harapan bahwa dengan hidup bersama Jasmine, Venus bisa melupakan perasaannya terhadap Suci yang semakin hari semakin membuatnya ter
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN...Waktu berlalu begitu cepat.Musim berganti, meninggalkan banyak cerita, manis dan pahit.Cerita tentang kehilangan, kesedihan dan penyesalan. Juga, cerita tentang kebahagiaan atas berkumpulnya kembali keluarga yang telah lama terpisahkan.Suci dengan Dandi, kakak kandungnya, serta Venus dengan Raditya yang merupakan Ayah kandungnya, meski, Raditya akhirnya berpulang tak lama setelah pertemuannya dengan sang anak.Raditya wafat dalam tenang setelah dirinya menceritakan semua kisah masa lalu rumit yang dia alami dahulu, yakni mengenai alasan mengapa dia bisa dengan tega memberikan Venus pada keluarga Diningrat.Pada akhirnya, semua rahasia terungkap, termasuk siapa sebenarnya orang tua kandung Hanni yang juga tak luput dari cerita Raditya pada Venus.Kini, hidup Venus tenang di desa.Meski, dirinya masih saja terngiang-ngiang akan amanat yang diberikan Raditya sebelum sang Ayah berpulang, agar Venus lekas menyelesaikan masalah masa lalunya dengan wanita bernam
Seorang wanita dengan pakaian lusuhnya tampak memasuki sebuah mobil mewah yang dia parkirkan di lahan parkir sepi.Mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang lebih bagus dan seksi, wanita itu membersihkan noda di wajahnya dan bermake up layaknya wanita kelas atas.Dengan pulasan make up tebal dan lipstik merah menyalanya, wanita itu tersenyum tipis saat ingatannya kembali teringat pada aksi sandiwaranya saat dia berusaha menarik simpatik lelaki bernama Dandi di kantor polisi tadi.Berkat air mata palsu dan ketidak berdayaannya, Hanni berhasil membuat Dandi percaya dengan apa yang dia katakan, lalu membebaskannya dari tahanan dan tak sampai di situ, bahkan Dandi berjanji, akan segera menghubungi Hanni jika dirinya mendapat kabar mengenai keberadaan Venus saat ini.Malam itu, Hanni melajukan kendaraan mewah milik seorang lelaki paruh baya yang sudah berhasil dia tipu setelah dia memasang badan di hadapan lelaki bodoh haus belaian itu.Seperti halnya yang sudah dia lakukan di Swiss d