Malam harinya ...Elora masih betah berada di festival, jadi dia ingin sedikit waktu sebelum pulang ke rumah. Damio pun menurutinya, dia setia menemani wanita itu kemana pun.Elora bertingkah bak anak kecil. Matanya dimanja dengan banyaknya taman bermain, kedai penjual makanan yang lezat, dan lain-lain.Sekilas, tak ada yang mempedulikan tentang dirinya, tak ada yang curiga kalau dia adalah vampire. Dia kelihatan bagai gadis muda pada umumnya.Malahan, yang menjadi pusat perhatian adalah Damio. Auranya yang kuat dan berkharisma membuat semua langsung menduga dia adalah bangsawan. Akan tetapi, mereka kebingungan— sejauh ini, mereka tak kenal dengan bangsawan itu.Terdengar banyak sekali wanita berbisik saat Damio melewati mereka."Siapa itu?""Dia bangsawan 'kan? Aku melihatnya tadi keluar dari kereta kuda milik istana.""Masa? Dia tampan sekali— seperti pangeran.""Dia lebih tampan dari ketujuh pangeran. Dia seperti malaikat.""Apa salah satu dari bangsawan ksatria yang diundang raja
Elitta betah berada di festival hingga tengah malam. Dia membuat Damio nyaris ketiduran di jalan. Pria itu sudah cukup letih dengan segala pertemuan, dan terpaksa tetap menikmati waktu bersama tunangannya.Saat perjalanan pulang, pria itu tertidur di dalam kereta kuda, tepatnya di atas pangkuan Elora. Elora pun membiarkannya, malah senang bisa memainkan rambut poni pria itu. Sebagai vampire, tidur tidak terlalu dibutuhkan. Apalagi, dia sudah kebanyakan istirahat sebelumnya.Iya, berbeda dengan Damio yang malam sebelumnya begadang. Dia jauh lebih membutuhkan waktu tidur.Kereta kuda sampai di kediaman Grim sekitar pukul empat pagi. Di waktu itu, Damio masih sangat mengantuk sehingga langsung tepar di atas ranjangnya sendiri.Sementara itu, Elora pun ikut tidur di ranjang yang sama. Kali ini, dia tak terlalu malu-malu lagi tidur bersama tunangannya. Toh, mereka sudah sangat dekat dan intim.Elora hanya merebahkan diri di ranjang, tapi tak terlelap. Dia memandangi langit-langit tinggi k
Elora bangun terlebih dahulu ketimbang Damio. Dia membiarkan pria itu tidur lebih lama, sementara dirinya bangun— lalu pergi ke ruang makan.Pelayan kembar sudah mndekorasi rumah sebagaimana seperti perayaan festival tahunan di kota. Aksesoris seperti matahari bertebaran di seluruh area. Selain itu, mereka juga membuatkan menu-menu yang biasa ada saat festival.Elora melihat meja makan sudah dipenuhi oleh hidangan kue kering berbentuk matahari, lalu buah-buahan beri, tapi warnanya oranye, warna yang cukup terang seperti matahari."Oh, ini ada apa ...“ Elora melihat pelayan kembar kompak menghias salah satu kue dengan krim oranye.”Nona, kami sedang merayakan hari dewa matahari tahunan," sahut Mita tersenyum gembira."Bukannya perayaannya sudah kemarin?""Selama seminggu ke depan, perayaan akan terus dilangsungkan, biasanya juga untuk menyambut musim panas.""Jadi, setiap rumah selalu memasang dekorasi seperti ini? Serba matahari dan oranye?""Iya, Nona. Dahulu mendiang Tuan Grim juga
Hutan sekitaran kediaman Grim sangat lebat dan lembab. Tetapi, ada banyak jalan setapak yang memang diperuntukkan bagi para pelayan untuk berkeliaran tanpa tersesat. Dan, saat ini, Damio sedang berjalan bersama Elora di situ.Elora menatap Damio yang berjalan di sebelahnya. Dia menggoda, "kamu masih mengantuk 'kan?""Iya sedikit, tapi kalau jalan-jalan denganmu begini, aku tidak lagi mengantuk.""Masa?"Damio menoleh ke wanita itu, kemudian menyunggingkan senyuman manis. Dia berkata, "Iya, Sayang."Elora ikut tersenyum. Tiada hari tanpa tersenyum kalau sudah bersama Damio.“Oh iya, hari ini kamu tidak pergi ke istana 'kan? Tidak ada pertemuan lagi?” Ia bertanya.Damio menggeleng.Elora bertanya lagi, "kalau Fionnan kemana? Katanya Mina dan Mita, kamu menyuruhnya pergi karena sesuatu?“"Iya, aku menyuruhnya mengirim surat ke kediaman Tordes.""Hah—” Elora kaget. Ini seperti masuk ke lubang buaya. Bisa-bisanya menyuruh pengawal pribadi ke sana sendirian?"Kenapa kaget begitu?“"Kamu men
Rerumputan yang ada di sekitar pepohonan buah beri oranye cukup kering. Di situ juga teduh akibat daun-daun dari pepohonan yang cukup lebat. Tak hanya daun, buahnya juga banyak sekali.Mata Elora dimanjakan dengan pemandangan ini. Sebagai orang yang hidup di kota bertahun-tahun, dia sudah lupa rasanya melihat buah-buahan segar dari pohon langsung."Dunia ini memang indah—“ Dia mendongak, menikmati keindahan semua itu."Tapi kamu yang paling indah.""Jangan menggodaku setiap menit begini."Damio tidak menjawab. Dia duduk di atas rerumputan, tepat di bawah pepohonan rindang itu. Usai menghela napas, ia merebahkan diri. Tak ada kekhawatiran sama sekali.Elora terkejut. "Kamu kenapa tiduran di rumput?”"Memangnya kenapa? Aku suka tiduran di sini saat masih kecil dulu— bersama Ayahanda.“Mendengar itu, Elora sedikit bisa menduga kenapa Damio menyukai buah-buahan di sini. Apa mungkin ini alasannya? Kenangan bersama sang ayah asuh?Elora tersenyum. Kemudian, dia ikut merebahkan diri di sampi
Elora dan Damio menghabiskan waktu rebahan di atas rerumputan. Sudah sejam lamanya. Beruntung, cuaca cukup bersahabat, cahaya matahari tidak mampu menembus rerimbunan daun pohon-pohon di sini.Elora menuding ke buah-buah beri yang ada di atasnya. "Kamu 'kan bisa sihir— coba buat buahnya jatuh, lumayan buat camilan.“Damio menjawab, "sihirku bukan untuk memanjakan sifat malasmu, Sayang.""Membosankan. Padahal kamu ini bisa sihir, harus dimanfaatkan, dong, dari dulu aku selalu ingin jadi penyihir.”"Kenapa?“"Ya itu dia— bisa menggerakkan benda dengan pikiran, kan tidak perlu susah-susah mengambil barang.”Damio menahan tawa. Dia menjelaskan, "sihir itu tidak semudah yang kamu pikirkan, sangat menguras tenaga, dan aku tidak terlalu suka.“”Tapi aku penasaran ...""Penasaran apa?“Elora berguling, dan kini posisinya adalah tengkurap, tapi dai bertopang dagu. Alhasil, dia bisa menatap wajah Damio lebih baik.Lalu, dia bertanya, ”apa penyihir memang memiliki langkah kaki yang cepat? Aku se
Damio dan Elora kembali masuk ke kediaman Grim. Usai mereka masuk, Haervis langsung mengaktifkan mekanisme pertahanan rumah dari serangan vampire.Iya, seluruh tembok rumah serta jendela langsung terpasang teralis yang terbuat dari perak murni.Elora merasa resah, rasanya seperti terkurung, tak berani menyentuh tembok. Dia tetap berdiri di salah satu jendela lorong— memandangi area luar dari balik jeruji perak itu.Cuaca buruk kian melanda. Langit begitu gelap, rintik hujan mulai berjatuhan. Angin berhembus terlalu kencang.Hujan memang bisa terjadi di musim panas, tetapi kalau di daerah itu tidaklah wajar. Tidak salah lagi, ada yang sedang menggunakan sihir di sekitar situ."Nona, anda sebaiknya masuk kamar saja," kata Mina setia berada di belakangnya."Nanti dulu. Di mana Damio?""Tuan sedang bersiap-siap bersama Sir Haervis.""Bersiap-siap? Apa mereka akan pergi?""Iya, Nona. Sepertinya cuaca buruk ini terjadi seluruh kerajaan. Barusan, Tuan dan bangsawan lain mendapat panggilan da
Elora pergi ke ruang makan. Dia menikmati kue buatan Mina yang terbuat dari campuran buah beri.Perasaannya memang tidak enak, tapi dia berusaha untuk tetap tenang sambil berharap Damio baik-baik saja.Dia meminta Mina dan Mita duduk di kursi juga, lalu makan bersamanya. Mereka bertiga berada di ruang makan itu cukup lama.Sementara Fionnan berjaga di luar pintu ruang makan. Beberapa kali, Ekor menengok ke sana— merasa kalau Fionnan agak menjauh."Sebentar, aku mau mengajak Fionnan makan juga, kalian makan saja,“ ucapnya kepada pelayan kembar.Kemudian, dia bergegas keluar dari ruangan ini. Sesuai dugaannya, ternyata Fionnan memang pergi menjauh— menuju ke ujung lorong.Dia melirik ke dalam ruang makan, memastikan kalau pelayan kembar sibuk dengan makanan. Setelah yakin, dia berjalan perlahan mengikuti Fionnan.Langkah kakinya cukup lirih, berusaha untuk tidak me geluarkan suara sedikit pun.Fionnan tampaknya memang fokusnm mengejar sesuatu. Dia berlari ke belokan, menghilang dari pan
Elora bangun dari tidur panjangnya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, melihat langit-langit yang familiar.Ah, kamar tidurnya yang biasa saja.Dia bangun sambil memijat keningnya. "Bangun tidur bukannya tubuh membaik, tapi malah sakit kepala. Apa aku kebanyakan kerja? Untung saja sekarang Minggu ... Minggu 'kan?"Dia meraih ponselnya yang ada di meja nakas samping ranjang, dan memang benar sekarang adalah Minggu jam tujuh pagi.Dia tertegun sejenak, melihat kamarnya yang berantakan seperti biasa. Entah mengapa dia merasa sangat sedih.Dia menyentuh dadanya, air mata mendadak keluar dari kedua matanya. Ini membuatnya makin bingung.Dia mengusap air mata itu, lalu bergumam, "ada apa denganku? Aku menangis? Rasanya seperti sudah bermimpi lama sekali ... Apa ini alasan kenapa tubuhku kaku?"Tak mau membuang-buang waktu, dia turun dari ranjangnya, lalu melihat diri sendiri di depan cermin meja rias. Untuk sejenak, dia memperhatikan wajah sendiri."Aneh ... Aku seperti bermimpi sangat aneh, ta
'Jangan ... Damio ... Cepat pergi, tinggalkan aku di sini. Jangan mati bersamaku.'Itu adalah kata yang seharusnya diucapkan Elora, tapi tak bisa keluar. Dia hanyalah sisa jiwa yang masih bersemayam di tubuh Elora si vampire. Suara Damio pun semakin lirih, membuktikan bahwa sebentar lagi dia benar-benar akan menghilang.Tetapi, dia tidak mau Damio ikut pergi bersamanya. Ini sangat tidak masuk akal. Kenapa pria ini mau mati bersamanya, orang yang hanya bisa menjadi beban.Dia ingin menangis.Damio membelai pipi Elora, bibirnya tersenyum. Entah mengapa dia seperti bisa mengetahui perasaan Elora yang masih tertinggal.Dia berkata, "aku tahu kamu pasti memintaku untuk pergi dari sini, tapi tidak bisa. Kakiku terluka. Aku akan menemanimu sebentar lagi. Aku sudah tidak ingin berada di dunia ini, Sayang. Jika kehidupan lain itu memang ada ... Aku ingin hidup bersamamu."Usai mendengar itu, Elora benar-benar terharu. Dia tak lagi bisa mendengarkan apapun, yang bisa dia lakukan adalah pasrah s
Pertarungan puncak sudah berlangsung berjam-jam, pasukan kerajaan yang dipimpin oleh sang raja Bernardo II dan jenderal perangnya telah mendominasi peperangan itu.Saat jenderal perang menghabisi seluruh pasukan yang bukan manusia biasa dan penyihir-penyihir kuat, Bardo dibantu oleh Hanter berhasil memojokkan Tordes.Pada dasarnya Tordes memiliki kemampuan sihir yang luar biasa, tapi fisiknya cukup lemah. Lama kelamaan, dia tidak bisa mengimbangi kecepatan dari hanter. Semua orang sudah tumbang, menyisakan dirinya dan beberapa penyihir saja.Sementara itu, para pendeta yang juga merupakan anggota dari bangsawan yang ikut berperang menetralisir efek dari ritual dengan berbagai barang suci. Beruntung, mereka tidak terlalu terlambat untuk menutup lagi gerbang menuju ke neraka.Kejadian ini mengingatkan Bardo akan deskripsi di buku semasa perang ratusan tahun silam yang menghilangkan banyak nyawa penyihir. Seperti inilah wujud dari peperangan itu.Hampir separuh pasukannya harus tiada, te
Api menjalar sangat cepat di bangunan tempat persembunyian. Elora mulai panik merasakan Hawa panas yang familiar. Kenapa setiap kali pergi selalu saja ada yang membakar tempat yang dia jadikan persembunyian?Ini memuakkan.Dia berlari di bersama si kembar untuk mengungsi ke area bangunan yang belum terbakar. Mereka menunggu kedatangan Fionnan dulu.Bagaimana pun, di luar juga cukup darurat, di mana para manusia serigala menyerang dari berbagai arah.Leandro pun masih dihadang oleh Haervis yang sudah ngos-ngosan. Sedangkan, Fionnan sibuk di belakang dengan para manusia serigala.Elora menjadi khawatir dengan mereka berdua. Dia juga khawatir terhadap Damio. Tak berselang lama dari itu, dia merasakan kehadiran yang familiar pula.Langkahnya pun terhenti.Ini membuat pelayan kembar menjadi panik dan menoleh. Mita bertanya, "nona kenapa berhenti? Ayo kita tetap berlari."Mina ikut mengatakan, "iya, Nona. Area ini sudah terbakar. Kita harus ke belakang. Di sana ada Sir Fionnan.""Damio ...
Leandro datang ke bangunan tempat persembunyian Elora. Dia sedikit beruntung karena ada serangan dari kelompok manusia serigala yang mendekat. Dengan begini, dia bisa mendekat ke jendela, tepat di mana ruangan Elora berada. Dia berniat untuk memecah jendela itu, lalu masuk.Akan tetapi, sebelum niatnya terpenuhi, Haervis sudah terlebih dahulu menghampirinya, lalu berniat menendangnya.Leandro berhasil menghindar sehingga tendangan Haervis hanya mengenai udara."Serigala sialan," umpatnya.Haervis bersiap untuk menyerang lagi. Mimik wajahnya terlihat serius, tapi sebenarnya dia juga sedikit lelah. Dia sudah bertarung terus menerus, wajar saja kehabisan tenaga.Dia tidak yakin bisa menahan vampire itu lebih lama, jadi berharap agar Fionnan segera membereskan para manusia serigala yang mengamuk.Leandro tersenyum. Dia sudah tahu kalau Haervis sudah mencapai batasnya. "Kamu pasti mati kalau melawanku begini.""Aku tidak peduli.""Kenapa kalian sangat protektif pada Elora? Aku cuma ingin m
Serangan Leandro terpaksa terhenti karena kekacauan yang terjadi tepat di tengah malam. Dia tidak bisa berkonsentrasi karena pepohonan banyak yang tersambar petir dan roboh.Dia juga tidak melihat Fionnan kembali. Pengawal itu jelas sudah kembali ke rumah untuk memperingatkan akan bahaya.Dia sendiri juga tidak mengira kalau terdengar lolongan serigala di kejauhan. Pandangannya menengadah ke langit, mendengarkan lolongan itu yang tiada henti.Semakin dekat .. dekat .. dan dekat saja."Sialan." Dia mengumpat karena tidak rela Elora diserang oleh para serigala. Tetapi, dia tidak ada waktu meladeni musuh yang tiada habisnya ini.Selain itu, manusia serigala saat bulan purnama begini sangatlah kuat, berkali-kali lipat kuatnya dari biasa. Akan butuh banyak waktu untuk meladeni mereka.Dia tidak peduli apapun, dan berlari menuju ke bangunan tempat Elora seharusnya berada.Begitu keluar hutan, dia langsung disambut oleh petir yang hampir saja menyambarnya. Berdiam diri di tengah halaman sep
Damio dan Marko perjalanan menuju ke ibu kota. Keduanya sampai dalam waktu singkat. Sesampainya di sana, tidak ada yang melihat ada seseorang yang masih hidup.Darah berceceran di mana-mana, tubuh- tubuh tercabik ada di mana-mana. Tidak ada yang enak di pandang di sini.Marko melihat semua kekacauan ini. Dia melihat juga ke tembok-tembok bangunan yang sudah rusak parah."Tuan, sepertinya pertarungan di sini baru saja selesai, saya masih bisa mencium bau vampire itu," kata Marko masih melihat sekitar.Damio tertegun melihat segalanya. Dia tidak merasa ada yang berbahaya di sini. Segalanya terlihat sudah selesai.Dia berkata, "aku tidak merasakan kehadiran seseorang yang masih hidup di sini. Apa vampire sialan itu berhasil membunuh mereka semua?""Iya, Tuan, sepertinya dia baru saja pergi.""Aku penasaran ke mana dia pergi? Kamu bisa melacaknya? Apa dia ke istana? Atau mencari Lady Eizabell?""Saya tidak yakin merasakan kehadiran vampire lain di sini, Tuan, tidak ada manusia serigala at
Jarum jam tinggal beberapa menit lagi sudah menuju ke tengah malam. Tidak ada kabar juga dari Damio.Elora terdiam di tempat yang sama dan di posisi yang sama, dekat dengan jendela. Dia menjadi tidak tenang. Entah apa yang terjadi pada tunangannya itu. Apakah dia berhasil mengalahkan Leandro, Tordes dan semua musuh-musuhnya? Ataukah malah terjebak oleh permainan licik mereka?Yang membuatnya khawatir adalah Leandro. Pria vampire itu memang kuat. Dia tidak bisa tenang menghadapi ini. Tetapi, dia berusaha menguatkan diri karena percaya terhadap Marko. Marko lebih lama hidup daripada Leandro. Lagipula, dia yakin vampire itu juga jauh lebih kuat.Hanya saja, Leandro menang dalam hal pemikiran licik. Pria itu bisa membuatnya hampir terpengaruh dahulu. Untung saja, dia diselamatkan Damio, dan kesalahpahaman di antara mereka bisa teratasi."Bagaimana keadaan Damio sekarang ..." Elora tertegun sejenak, tak melanjutkan gumamnya kala melihat ada cahaya berkedip-kedip di depan sana.Iya, di luar
Peperangan sudah mencapai puncaknya. Bardo menyerang barisan penyihir bertudung hitam yang menjaga tempat ritual sihir berlangsung. Di sebelahnya selain ada Hanter juga ada panglima perang kerajaan Lux. Pria setengah baya itu jarang sekali kelihatan di publik, dan memang hanya muncul ketika diperlukan seperti ini.Pria tersebut maju sambil menebas semua penyihir yang menghalangi. Secara menakjubkan, tubuhnya kebal terhadap sihir, karena itulah dia bisa menerobos saja tanpa terkena efek apapun."MUSTAHIL!" salah satu penyihir yang tak percaya. Dia sudah melemparkan rapalan sihirnya terhadap pria itu tetapi tidak ada efek. Padahal, sihir-sihir mereka mampu membuat para prajurit biasa berjatuhan. Mereka semua terkena sihir yang melumpuhkan otot-otot sehingga terasa seperti mati, tapi hanya tak sadarkan diri."ARRRGH!" "aagrrh!" satu per satu suara para prajurit berjatuhan terdengar di seluruh area itu. Ruangan yang sangat luas, besar, berlangit-langit tinggi, benar-benar mampu menampu