"Di pertemuan tadi kamu bilang mau menelepon karena ada yang ingin kamu bicarakan," kata Mirela mengalih kan pembicaraan.
"Memang," sahut Dean.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Mirela ingin tahu.
"Sudah kami jawab tadi," jawab Dean kalem.
" ... "
Mirela terdiam. Dia merasa aneh mendengar jawaban Dean, Mirela pikir Dean benar-benar ingin membicarakan hal penting dengannya, misalnya saja soal proyek yang akan mereka kerjakan bersama. Siapa kira pria itu malah membahas soal urusannya dengan Rengga.
'Apa sebenarnya yang Dean pikirkan? Apakah urusan antara dirinya dan Rengga adalah hal penting baginya? Dan mengapa dia terlihat seperti cemburu?' pikir Mirela bingung.
Dia memang mencurigai kalau Dean sebenarnya memiliki perasaan khusus kepadanya namun, Mirela takut semua itu hanyalah karena kenarsisan dirinya saja. Itu sebabnya dia lebih memilih untuk diam.
"Apakah kamu masih di sana?" tanya Dean merasa heran meras
"Apa katamu?" tanya Dean tidak percaya."Aku masih perawan kak, dia sama sekali tidak menyentuhku!" kata Dina sambil menghela napas."Mengapa kamu tidak memberitahuku? Dan mengapa kamu bertahan dengannya hingga tiga tahun dengan kondisi yang seperti itu? Apakah kamu sebegitu terobsesinya untuk menikah dengannya?" tanya Dean beruntun.Dia benar-benar tidak mengerti mengapa adik perempuannya mau menjalani kehidupan rumah tangga yang seperti itu? Dean tidak tahu apakah harus marah atau bersyukur mendengar adiknya masih belum disentuh oleh Rengga walau sudah tiga tahun mereka menikah. Ini adaah suatu keberuntungan sekaligus penghinaan! Beruntung karena adiknya bercerai dalam keadaan masih seperti sedia kala dan terhina karena dengan begitu Rengga ingin menunjukan kepadanya bahwa adiknya bukanlah wanita yang menarik yang dapat membuatnya tertarik."Aku bertahan karena waktu itu
Dean bergegas mencari dan menghubungi pengacara yang tepat serta mumpuni untuk menangani kasus perceraian antara Rengga dan adiknya Dina. Setelah mencari tahu bagaimana cara menghubungi sang pengacara kondang, Dean pun langsung menghubunginya. Dia siap jika pengacara tersebut meminta bayaran yang fantastis, asalkan dia bisa membuat Rengga membagi hartanya kepada Dina dalam tuntutan harta gono gini.Misinya kali ini adalah untuk memiskinkan Rengga dan itu harus tercapai bagaimanapun caranya. Dean tidak ingin waktu yang telah dikorbankan Dina menunggu Rengga mencintainya menjadi sia-sia, adiknya harus mendapatkan ganti rugi yang sesuai dari Rengga karena Dina selama ini telah menyia-nyiakan umurnya hanya untuk Rengga. Selain itu Dean juga harus mencegah agar jangan sampai Rengga kembali mengganggu Mirela. Dengan kondisi keuangan yang pailit, Dean yakin Rengga tidak akan memiliki keberanian untuk mendekati Mirela lagi.Sang pengac
Mirela terperangah ketika mendengar apa yang telah diungkapkan oleh Dean soal pernikahan antara Rengga dan Dina yang akan berakhir.Gadis itu mengulangi pertanyaan Dean kembali di dalam hati, apakah dia akan mau untuk kembali kepada Rengga setelah dia bercerai dari Dina?Mirela menggelengkan kepalanya. "Tidak!" katanya tegas membuat Dean merasa lega.Yah Dean merasa lega ketika mengetahui bahwa gadis yang ditaksirnya sudah tidak ingin kembali kepada Rengga namun, dia tetap tidak akan bersikap lunak, dia tetap akan memberikan pelajaran kepada Rengga atas apa yang telah dia lakukan kepada adiknya Dina dan untuk berjaga-jaga jangan sampai dia menghalangi jalannya lagi untuk bersama dengan Mirela."Apakah kamu yakin?""Tentu saja, aku tidak mungkin akan kembali pada pria yang telah meninggalkan aku di pesta pertunangan yang bukan saja telah mem
Mirela terkejut mendengar ajakan bertemu dari Dean. Dia bimbang apakah meluluskan atau menolak ajakan tersebut. Entah mengapa Mirela merasa ada hal penting yang ingin disampaikan oleh Dean dan ini menyangkut dirinya juga.'Apakah aku terlalu berprasangka?' Pikir Mirela galau."Halo?" sapa Dean, memastikan bahwa mereka masih tersambung."Ya, halo," sahut Mirela."Apakah kamu keberatan untuk bertemu denganku saat ini?" tanya Dean pelan ada juga terselip rasa kecewa di sana yang membuat Mirela menjadi semakin tidak enak.Dean memang merasa kecewa mendapati keheningan Mirela di saat dia ajak bertemu. Pria itu berpikir apakah semua ini terlalu cepat? Tapi kalau dia terlambat lagi dia khawatir akan ada Rengga lain yang akan merampas gadis yang sudah lama dicintainya secara diam-diam ini.Apalagi tampilan Mirela saat ini tidak kalah dari penampilan artis-artis papan atas yang sangat cantik dan glowing."Bukan begitu
Mirela hanya diam menanggapi perkataan Dean. Tidak lama kemudian makanan yang mereka pesan datang. Mereka menikmati makan dalam diam, sesekali Dean ikut membantu mengambilkan lauk yang jauh dari jangkauan Mirela untuk dicoba oleh gadis tersebut.Mirela menerima saja perlakuan Dean tanpa banyak kata dan mencicipi lauk yang diberikan Dean kepadanya. Dia mengerutkan kening ketika mencoba makanan tersebut. Makanan ini terbuat dari brokoli yang ditumis, rasanya gurih airnya kental dengan aroma bawang yang pekat."Apa ini?" tanya Mirela bingung."Itu brokoli," sahut Dean sambil tersenyum menggoda.Mirela cemberut, dia bukan anak kecil yang tidak tahu kalau lauk yang dia makan itu adalah brokoli. Bukan itu maksud pertanyaannya ..."Itu tumis brokoli bawang putih," kata Dean pada akhirnya."Kenapa airnya kental sekali?" tanya Mirela heran.
Mirela menatap Dean penuh selidik, mencari-cari kebohongan di matanya. Namun, yang dilihatnya hanyalah sorot mata jujur dari pria yang saat ini duduk di hadapannya."Sejak kapan kamu mengikuti aku?" tanya Mirela ingin tahu.Dia benar-benar heran ketika mengetahui bahwa Dean sudah lama menguntit dirinya tanpa dia sadari sedikitpun. Lucunya itu dia lakukan sebelum Mirela memiliki hubungan dengan rengga. Jadi kapan itu tepatnya? Apakah saat MIrela di sekolah menengah atas? Atau justru malah saat dia di sekolah menengah pertama.'Astaga? Apakah Dean seorang pecandu anak-anak?' tanya Mirela daam hati merasa terkejut dengan pemikirannya sendiri.Dia telah menjalin kasih dengan rengga sudah sejak di sekolah menengah atas pada tahun ke dua. Apakah pria di hadapannya ini menjadi penguntit di tahun-tahun pertamanya masuk sekolah menengah atas?"Aku pertama kali melihatmu dan mulai mengikutimu ketika kamu memakai pita warna-warni dengan kuncir y
Dean menjadi gelisah karena Mirela hanya diam saja, tidak juga memberikan jawaban apakah menerima atau menolak perasaannya. dia berusaha untuk sabar menunggu jawaban gadis yang saat ini berada di hadapannya dan sedang meremas-remas kedua telapak tangannya sendiri seperti sedang berpikir jawaban apa yang akan dia berikan kepadanya.Dean deg-degan menyadari bahwa Mirela mungkin saja merasa tidak siap mendengar pernyataan cintanya yang terlalu mendadak ini."Kamu tidak harus menjawabnya sekarang jika kamu tidak siap untuk memberikan jawaban, aku akan menunggu dengan sabar apa yang akan menjadi jawabanmu," kata Dean sambil menatap Mirela dengan penuh kelembutan."..."Malam yang semakin merangkak naik, angin yang berhembus semilir mengitari mereka dan tatapan mata Dean yang begitu mengasihi membuat Mirela merasa seperti berada di dunia mimpi."Tidak perlu menunggu
Di saat Dean dan Mirela sedang mengecap kebahagiaan, tiba-tiba Pras yang saat ini sedang nongkrong bersama Rengga di tempat yang sama dari ujung matanya menangkap bayangan Mirela dan Dean.Pras menjadi tidak fokus pada apa yang diceritakan oleh sahabatnya itu. Dia hanya menangkap intinya saja bahwa sahabatnya itu akan bercerai dari wanita yang saat ini menjadi istrinya. Selebihnya perhatian Pras terpecah pada apa yang terjadi di tempat adiknya dan Dean.'Apa yang mereka lakukan di sini? Mengapa mereka duduk begitu dekat?' pikir Pras penuh tanda tanya.Dalam sekejap semua pertanyaannya langsung terjawab dengan munculnya sebuah cincin dari tangan Dean dan setujunya Mirela untuk disematkan cincin di jari manisnya oleh Dean.Pras mengepalkan tangannya geram. Apa-apaan? Pikirnya marah. Apakah Mirela telah melupakan bahwa pria itulah dalang di balik batalnya pesta pertunangannya dengan
Ini adalah sebuah kesengajaan! Sinta sengaja melukai anaknya agar Dean datang ke rumah ini menemui dirinya dan anaknya. Sejak Dean pindah dari rumah ini, dia tidak pernah datang atau menemuinya. Jika anak ini kangen pada papanya, Dean akan menyuruh kepala pelayan untuk membawa anaknya ke tempat yang dia tunjuk.Bagaimana dengan Sinta? Dia sama sekali tidak diizinkan untuk ikut dalam pertemuan antara Dean dan anaknya.Sinta ingin bertemu, tapi Dean tidak mau. Apapun cara yang Sinta lakukan sepertinya Dean tetap tidak bergeming! Pria itu benar-benar tidak mau lagi menemui Sinta.Sementara Sinta resah dengan kondisi anaknya yang dia buat sendiri, Dean masih memanjakan Mirela yang sakit akibat perbuatannya."Sepertinya aku sudah agak baikan," kata Mirela sambil duduk di tempat tidur. "Kamu sebaiknya menengok anak itu, bagaimanapun dia anak kandungmu!" kata Mirela sambil menghela napas panjang."Apakah kamu benar-benar tidak sakit lagi?""Setelah dioleskan obat oleh dokter aku sudah tidak
Mirela terdiam mendengar perkataan narsis suaminya. Memang benar suaminya itu memiliki tubuh yang bagus, tapi apakah harus menyanjung diri sendiri seperti itu?"Mengapa kamu diam? Apakah kamu tidak setuju dengan perkataan aku?" tanya Dean saat melihat istrinya itu hanya berdiam diri tidak merespon kata-katanya."Apakah kamu harus memuji diri sendiri?" tanya Mirela sambil tersenyum tidak berdaya."Tentu, bukankah air laut memang asin sendiri?" kata Dean balik bertanya.Mirela langsung terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. Dulu dia berpikir Dean adalah orang yang dingin dan tidak banyak omong. Bukankah itu yang selalu dikatakan oleh sahabat dan kakaknya? Tapi ternyata setelah menikah dengannya, Mirela mendapati Dean tidak sedingin yang dipikirkan kebanyakan orang. Kadang dia juga bisa lucu dan polos seperti anak kecil yang menantikan pujian."Baiklah, suamiku memang memiliki tubuh yang bagus dan ideal," puji Mirela pada akhirnya.D
Perkiraan Mirela memang tepat, setelah melakukan hubungan intim dengan Dean, dia benar-benar tidak bisa bangun hingga Dean bergegas mencari dokter wanita untuk mengobati Mirela yang mengeluh sangat sakit di bagian intinya.Dokter itu hanya berdecak saat melihat apa yang terjadi pada daerah intim Mirela yang bengkak. Dia melirik Dean, ada semacam rasa kesal terlintas di wajah dokter itu. Laki-laki ini benar-benar buas, pikir dokter wanita itu sambil mengolesi salep pada bagian intim Mirela.Mirela merasakan sejuk dan nyaman di bagian intimnya saat sang dokter mengoleskan sesuatu di sana. Sedangkan Dean hanya diam menerima pandangan kesal sang dokter yang bolak balik ditujukan padanya. Apakah itu sangat parah? Tanya Dean dalan hati. Dia benar-benar tidak dapat mengendalikan diri saat berhubungan intim dengan Mirela. Itu benar-benar sangat enak hingga Dean merasa enggan untuk berhenti. "Bagaimana?" tanya Dean kepada dokter wanita itu tanpa dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya."Ini b
Melihat bagaimana lembutnya Dean memperlakukan Mirela, petugas hotel wanita itu terpaku tidak bergerak di tempatnya. Dia membayangkan kalau saja yang mendapatkan perlakuan itu adalah dirinya sendiri, betapa bahagianya.Dia baru tersadar setelah mendengar bentakan Dean yang mempertanyakan untuk apa dia masih berada di sini."Maaf tuan, apakah ada hal lain yang tuan perlukan?" tanya petugas wanita itu sopan, tapi tidak meninggalkan kesan genit dari nada suara dan gerak geriknya.Mirela yg berada dalam gendongan suaminya mengangkat wajahnya dan heran melihat sikap genit petugas hotel yang ada di hadapannya saat ini. Mirela mengerutkan kening, biasanya petugas-petugas hotel ini baik yang pria maupun wanita, selalu menampilkan kesan ramah dan sopan, tapi tidak ada nada genit sama sekali dalam suaranya.Dia menatap wajah suaminya ingin tahu apakah suaminya sedang melihat kegenitan petugas itu. Di luar dugaan Mirela, saat ini Dean malah sedang menatap wajah Mirela penuh kelembutan. Sedikitpu
Mirela dan Dean melalui malam pertama mereka dengan penuh gairah. Dean benar-benar merasa puas bisa bersatu dengan wanita yang sudah lama dia kejar dan dambakan. Pagi harinya Dean bangun dengan enerjik sementara Mirela merasakan tubuhnya seperti habis tertabrak. Dia merasakan sakit dan pegal-pegal di seluruh tubuhnya. Itu semua dikarenakan aksi suaminya menjarah dan menggiling dirinya bolak balik. Mirela tidak menyangka kalau suaminya, Dean akan sangat antusias sekali melakukan penyatuan mereka tersebut berulang-ulang.Dean merasa kasihan melihat istrinya terkapar tidak berdaya akibat keganasannya semalam. Dia pun berinisiatif untuk membantu istrinya membersihkan diri di kamar mandi. Dean membopong tubuh Mirela ke kamar mandi dan mulai memandikan istrinya terlebih dahulu.Mirela mulai merasa nyaman dan pegal-pegal nya hilang ketika merasakan siraman air hangat dan pijatan lembut Dean di tubuhnya. Hal ini berbeda dengan Dean yang mati-matian menahan hasratnya agar tidak memakan istrin
Dean menghela napas mendengar pertanyaan Mirela, apakah istrinya ini akan marah jika dia mengatakan terus terang kalau rumah yang sebelumnya Dean tempati saat ini dihuni oleh Sinta dan anaknya."Dia menginginkan tinggal di rumahku untuk menemani anak itu," kata Dean hati-hati sambil menatap wajah istrinya ingin melihat apakah ada perubahan setelah mendengar apa yang dia katakan.Mirela mengerutkan kening mendengar Sinta ikut tinggal di rumah Dean. Apa maksudnya? Sekalipun Dean tidak berniat menikahi Sinta, Mirela akan tetap merasa tidak nyaman jika tinggal satu atap dengan wanita yang pernah melahirkan anak suaminya tersebut."Apakah kamu akan menikahinya?" tanya Mirela ingin tahu.Kalau jawabannya iya maka Mirela tidak akan ragu untuk menggugat cerai suami yang baru dinikahinya ini."Tidak.""Aku tidak bisa tinggal bersama dia ...""Jangan khawatir, kamu dan aku akan pindah dari sana dan menempati rumah kita sendiri," potong Dean semangat."Lalu bagaimana dengan anak itu?""Biarkan d
"B-bagus bos," kata manajer hotel pada akhirnya."Tentu saja orang tampan sepertiku akan tetap tampan walau memakai apapun," kata Dean bangga." ... "Manajer hotel hanya menelan ludah, tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata narsis bosnya itu. Bosnya memang tampan, justru karena tampan itu dia benar-benar tidak cocok memakai baju petugas hotel."Siapkan troli untuk mengangkut makanan!" perintah Dean sambil memperbaiki dasinya."Baik."Manajer hotel langsung menghubungi bagian dapur untuk menyiapkan apa yang dipesan oleh bosnya dan membawanya langsung ke kantornya.Tidak lama sepasang petugas hotel mengantarkan pesanan manajer ke kantornya dan merasa heran melihat pria tampan memakai seragam pegawai hotel."Ehm ...ini bos kita, beliau akan memberikan kejutan untuk istrinya," jelas manajer agar anak buahnya tidak bersikap kurang ajar kepada Dean.Keduanya hanya mengangguk dan berlalu dari kantor manajer setelah memberikan hormat kepada Dean.Dean menanggapi ke
Mirela yang sedang menikmati hari-hari indah dan tenangnya di hotel tempat dia menginap selama beberapa hari ini, mulai merasa heran dengan semua fasilitas yang diberikan oleh hotel tersebut. Dia melihat pengunjung hotel lain sama sekali tidak memiliki keistimewaan yang sama. Dia mulai mencari tahu dengan bertanya kepada pegawai hotel yang membereskan kamarnya. Namun, pegawai itu hanya mengatakan kalau Mirela telah memenangkan undian yang diam-diam dilakukan oleh pihak hotel untuk memilih satu pengunjung yang beruntung untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Mirela hanya mengangguk memahami apa yang dikatakan oleh petugas hotel tersebut. Bagaimanapun masuk akal kalau hotel sebesar ini mengadakan undian seperti ini. Cuma yang agak aneh mengapa itu dilakukan secara diam-diam? Apakah itu untuk mencegah timbulnya rasa iri di hati para pengunjungnya? Apapun itu Mirela tidak merasa keberatan untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Bukankah itu menguntungkan dirinya sendiri? Mengapa harus dit
Sinta tersenyum sinis mendengar perkataan Dean. Dia sangat percaya kalau Dean bisa melakukan apa saja pada orang-orang yang berusaha menghalangi jalannya untuk memiliki Mirela. Apa yang terjadi pada Rengga juga telah di dengar oleh Sinta. Namun, Sinta mengetahui titik lemah Dean, selama Mirela sendiri yang menyetujui Sinta menjadi istri ke dua Dean, Sinta yakin Dean pasti tidak akan menolak lagi untuk menikahi dirinya."Jika kamu ingin anak itu aku yang mengurus aku akan mengurusnya, tapi aku tidak akan mengikuti keinginanmu untuk menikah denganku atau menjadi istri keduaku!" kata Dean tegas.Sedikitpun Dean tidak ingin membuat kesalahan dalam membangun mahligai rumah tangganya bersama Mirela. Dean mendapatkan Mirela dengan susah payah setelah sekian lama mengincarnya, jadi wajar kalau Dean tidak ingin diganggu oleh siapapun atau apapun yang dapat merusak hubungannya dengan Mirela."Bagaimana kalau Mirela menyetujui?" tanya Sinta penuh harap."Sekalipun dia menyetujui, aku tetap tida