Share

72. GPS

Penulis: Vaya Diminim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Anna berjalan lemas memasuki rumah dengan sebuah kantong di tangan. Dia akhinya menerima pemberian Eden setelah berusaha setengah mati menolaknya. Tapi Eden sama saja dengannya, sama-sama keras kepala. Jadi sia-sia saja jika harus berdebat untuk hal-hal yang tidak akan bisa dimenangkannya.

“Kenapa raut wajahmu begitu?” Sherin bertanya dari dapur. Dia tengah menyantap makan malamnya. Sepiring salat yang tersisa setengah di piringnya. Ya. Badannya tidak akan gemuk hanya karena memakan salad di tengah malam.

“Kau baru sarapan jam segini?” Anna menoleh seraya terus berjalan ke ruang tengah. Dia menghempaskan badan ke sofa.

“Tidak, ini makan siangku sekaligus makan malam.” Sherin menjawab singkat dengan wajah cemberut. Dia tidak selalai itu untuk baru akan sarapan pada pukul sembilan malam. Satu sendok salad baru saja masuk mulutnya.

“Kau merasa kenyang hanya dengan makan itu?” Anna menggelengkan kepala pasrah pada temannya itu.

S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Twogether   73. SETANGKAI MAWAR MERAH

    Eden paham betul apa keinginan Anna sehingga gadis itu tak akan menolak. Eden mengajak Anna ke sebuah bar yang terkenal di kota. Suasananya tenang dan damai. Perpaduan musik klasik dan cahaya temaram semakin menambah sendu suasana di dalam bar. Cocok sekali bagi siapapun yang ingin melepaskan stress di sana. Bebas dari hiruk pikuk atau musik yang memekakkan telinga. Anna mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut bar. Dia langsung suka sama seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu pertama kalinya dia mengungjungi tempat seperti itu.Mereka duduk berdampingan dengan kedua gelas minuman beralkohol sudah tersaji di depan mereka. Tak lupa juga mereka mengambil foto sebelum minum. Tersenyum layaknya sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta. Kemudian mereka memeriksa hasil foto yang baru saja diambil oleh Eden. “Hei! Aku terlihat aneh di sini. Ambil yang benar. Sekali lagi,” pinta Anna. Dia tampak lebih antusias dibandingkan Eden. “Tidak, kau keli

  • Twogether   74. SALAH TINGKAH

    Untuk kedua kalinya Anna dibuat membeku tak mampu berkutik karena jawaban Eden. Namun dia segera menyangkal, menolak untuk percaya. “Hei! Mana ada, ada ada saja, sepertinya kau yang mabuk.” “Aku serius dan aku tidak mabuk.” Eden mengangkat gelasnya yang masih berisi soda. “Eh, atau aku yang mabuk ya,” kata Anna mengalihkan pandangan. Deru nafasnya tak karuan setelah mengetahui bahwa Eden serius. Aliran darahnya seolah berpacu cepat ke jantung. Membuat Anna bisa mendengar detak jantungnya sendiri. “Kau sudah mau pulang?” Eden meraih lengan Anna dengan cepat, menghentikan Anna yang spontan berdiri. “Toilet, aku mau ke toilet sebentar.” Perlahan Eden melepaskan lengan Anna. Membiarkan gadis itu melenggang ke arah kemar mandi. Eden memperhatikan Anna dari belakang. Hampir saja dia berlari secepat kilat saat Anna tak sengaja menabrak kursi di meja sebelah. Anna dengan capat bilang kalau dia baik-baik saja dan mempercep

  • Twogether   75. SERANGAN TAK TERDUGA

    Semenjak pagi perut Anna terasa tidak enak, dia merasa mules. Dia sudah berulang kali bolak-balik kamar mandi. Bahkan kini perutnya terasa tegang. “Kau tak apa?” Sherin mengetuk pintu kamar mandi. Dia sudah bersiap untuk berangkat bekerja. Lebih tepatnya dia ingin pergi berbelanja. Tapi urung dilakukannya setelah melihat Anna yang bolak balik kamar mandi. “Hm.. Aku..baik..baik saja. Kau pergi saja..” Anna berusaha keras menjawab pertanyaan Sherin. “Kau yakin baik-baik saja?” “Hm. Sepertinya aku salah makan semalam,” “Baiklah. Kalau begitu aku berangkat dulu ya, aku meletakkan obat sakit perut di atas meja. Jangan lupa diminum.” Anna bisa mendengar pintu ditutup dari luar. Dia masih betah duduk di kamar mandi dengan kedua tangan yang menangkup perutnya. Dengan begitu rasa sakit di perutnya menjadi berkurang walau hanya sedikit. Dia mencoba mengingat-ngingat apa yang dimakannya semalam. Ya. Hanya minuman itu. Sepert

  • Twogether   76. JAMUAN KELUARGA

    “Aku tidak mau.” Eden memaksa Anna turun dari mobil. Mereka tiba di depan restoran bergaya prancis tak jauh dari kantor Eden. Sebelumnya Eden sudah menjelaskan kalau akan ada acara penting, pertemuan antara pimpinan perusahaan keluarga Eden di restoran itu. Dan tentu saja Nyonya Arini turut hadir. “Sekali ini saja. Aku mohon sekali ini saja. Aku akan memastikan kalau ini adalah yang terakhir kalinya aku meminta padamu seperti ini.” Eden meminta dengan putus asa mengabaikan Anna yang asik bersiteru dengan ketegangan di perutnya. Namun cara Eden yang memohon padanya selalu berhasil menarik perhatian gadis berpotongan rambut pendek itu. Akhirnya dia berhasil menarik tangan Anna keluar dari mobil. Hingga mereka tiba di bibir tangga hendak menaiki dua buah anak tangga menuju teras restoran. Anna berusaha menepis tangan Eden. “Berhentilah merusak acara ibumu. Kau bahkan tak tahu apa yang terjadi hari ini…” Astaga! Anna terdiam seje

  • Twogether   77. PRIA JAHAT

    Akhirnya Anna bisa bernafas lega. Segala bebannya terlepas seolah dia tak lagi punya masalah di dunia ini. Sebelah tangannya menyentuh perutnya. Hampir saja terjadi bencana buruk jika dia tak segera ke kamar mandi. Anna berkaca sebentar sambil mencuci tangan lalu berjalan ke arah pintu. Gerak tangan Anna yang hendak memutar kenop pintu terhenti. Dia mendengar percakapan antara Eden dan Kevin di balik pintu. Anna melepaskan gagang pintu dengan pelan lalu menempelkan telinga ke pintu, dia menguping. “Apa?” Eden terkekeh ringan, kemudian melepaskan tangannya dari kerah baju Kevin. “Dasar tak tahu malu. Kau masih bisa bicara seperti itu? Kau pikir kenapa Anna tak mau keluar dari kamar mandi dari tadi, huh? Itu karena kau berdiri di sini semejak tadi.” Eden mendorong bahu Kevin dengan ujung jari telunjuknya. Kevin mendengus. “Jangan berlagak seolah kau itu pahlawan. Kau belum tahu apa yang akan terjadi setelah ini.” “Tutup mulutmu. Kau pikir dia sama den

  • Twogether   78. TANGIS PENYESALAN

    “Apa katamu? Aku?” Sebelah alis Eden terangkat. Dia mencerna tuduhan Anna padanya. Deru nafasnya mulai tak teratur mengikuti Anna yang mulai terisak. “Ya. Aku langsung berlari ketika kau menelepon, aku langsung datang jika kau menyuruhku datang, Aku melakukan semua yang kau suruh tanpa membantah. Ya Benar. Aku yang membuatmu menjadi pria brengsek bukan? Maka dari itu, mulai sekarang aku juga harus mencampakkanmu juga bukan? Karena kau pria brengsek yang tak jauh berbeda dari mereka. Bahkan kaulah yang paling buruk.” Eden mendengus. Dia berusaha menahan emosinya agar tidak meledak di hadapan gadis yang sudah berhasil menyelinap masuk ke hatinya bahkan tanpa gadis itu sadari. Nada bicara Eden masih teratur dan terdengar tenang. “Kau sudah selesai bicara? Orang-orang akan berpikiran kalau kita sepasang kekasih sungguhan yang sedang bertengkar.” “Kau bahkan menyeretku ke dalam perseturanmu dan ibumu. Aku sudah cukup lelah terus berbohong seperti ini. Ma

  • Twogether   79. MABUK BERSAMA

    Eden hanya bisa menatap punggung Anna saat berjalan menjauh. Ingin hatinya untuk segera berlari untuk mengejar gadis itu, namun langkah kakinya terasa berat. Ada perasaan semacam tak pantas yang terbersit di hatinya saat itu. Setelah semua yang telah dilakukannya pada Anna. Anna belum mabuk saat meninggalkan meja, Eden hanya berharap kekhawatirannya akan sia-sia karena Anna pasti bisa pulang dengan selamat. Toh tempat mereka minum tidak jauh dari apartemen milik Anna. Botol terakhir telah kosong. Kepalanya mulai terasa berat. Namun dia merasa masih belum mabuk. Eden ingin sekali mabuk setidaknya beban pikirannya akan hilang walau hanya semalam. Eden meninggalkan beberapa lembar uang kertas di meja lantas mulai berjalan gontai keluar. Pijakannya tidak pasti dan sedikit terhuyung huyung, tapi badannya masih bisa berdiri dan berjalan menuju minimarket terdekat. Salah seorang pelayan toko memberinya sebotol obat pengar agar dirinya bisa sege

  • Twogether   80. FIRST KISS

    Anna menoleh. Sepasang matanya memindai penampilan Eden yang begitu kacaud an berantakan. Malam itu pertama kalinya Anna melihat sisi itu dari Eden. Seberapa kacau pikirannya sampai seperti ini, pikir Anna dalam hati. Dia kembali menatap Eden yang berbaring dengan mata terpejam.Anna mengambil selimut hendak menutupi tubuh Eden. Namun gerak tangannya terhenti ketika suara serak Eden mengatakan sesuatu dengan pelan. “Aku merasa bersalah.” Eden bergumam pelan. “Maafkan aku,” lanjutnya lagi. “Untuk apa?” Anna duduk di lantai, di sisi sofa tempat Eden berbaring. Dia membiarkan tangan Eden yang memegang ujung lengan bajunya. “Semuanya.” Eden menghela nafas. “Aku benar-benar minta maaf.” Anna melepaskan tangan Eden. “Aku tidak bisa menerima permintaan maafmu.” Anna malah menjawab perkataan Eden dengan tenang. Bukannya karena kesal atau marah pada pria itu, tapi karena Anna juga merasa bersalah pada Eden. Hanya saja dia tidak menampakkannya sam

Bab terbaru

  • Twogether   90. LAMPU HIJAU

    “Bagaimana bisa? Kenapa kalian terlihat begitu santai?” Mereka duduk berhadapan di meja makan dengan kedua tangan saling tertaut di atas meja. Sedari tadi Eden tidak melepaskan genggamannya dari tangan Anna. “Aku sudah bilang semuanya pada ibumu,” “Semuanya? Dari mana? Dari awal kita bertemu?” Anna mengangguk. Memang tidak semuanya, tapi secara garis besar mencakup semuanya. “Dia tidak marah?” “Tidak, dia justru menyalahkan dirinya sendiri.” Tampak wajah khawatir dari raut wajah Eden. “Kau yakin? Ibuku orang yang pandai menyembunyikan perasaannya. Kau pasti tau sendiri, kan?” “Kenapa?” tanya Anna ikut khawatir. Dia menangkap raut wajah Eden yang tak fokus dan memikirkan banyak hal. “Firasatku tidak enak,” jawab Eden pelan. Ibunya bukan orang yang mudah berubah. Terlebih jika menyangkut masalah dirinya. Aneh sekali jika tiba-tiba ibunya memberi restu setelah sebelumny

  • Twogether   89. RESTU RESMI

    Suara tombol pintu di luar membuat Anna tersentak dan membuka mata. Matanya menangkap Eden yang masih terlelap di sampingnya. Seulas senyum tersungging di wajahnya. Digesernya tangan Eden yang mendekapnya semalaman. Kali ini suara pintu terbuka berhasil membuat Anna bangun dan menapakkan kakinya di lantai. Anna terperanjat bukan main saat mendapati Nyonya Arini sudah berdiri di depan pintu kamar mereka. Ya. Semalam Anna menginap di rumah Eden dan disinilah dia berakhir. “Ibu,” kata Anna pelan. Dia kembali menjadi seperti anak kecil berusia lima tahun yang baru saja dimarahi ibunya karena mencuri permen setelah di larang beberpa hari terakhir. Nyonya Arini melengos dan berjalan ke arah sofa di ruang tengah, seperti sudah menduga kejadian seperti ini akan terjadi. “Kau sudah nyaman sekali rupanya.” Anna mengikuti langkah Nyonya Arini di belakang, tapi langkahnya tertahan dan terhenti saat wanita paruh baya itu duduk menyilangka

  • Twogether   88. LAMARAN DADAKAN

    Seolah mengerti dengan situasi saat itu, Oliv langsung merubah ekspresinya menjadi seramah mungkin sambil memasang senyum termanis di dunia. “Oh hai, Anna, bagaimana kabarmu?” Oliv berusaha menggandeng lengan Anna yang segera ditepis oleh Anna. Sungguh dia sudah muak melihak tingkah temannya itu. “Kami teman semasa sekolah dulu dan cukup dekat, iya kan?” Oliv masih terus berceloteh sesuka hatinya. “Oh benarkah?” suami Oliv terlihat yang paling antusias di antara mereka. Dia seolah bisa melihat bahkan mendapatkan peluang jika istrinya dekat dengan kekasih dari atasannya. “Ya.. begitulah. Tapi kami tidak dekat,” sahut Anna pendek yang berhasil membuat Eden tertawa dalam diam dan tertahan. “Hei, apa maksudmu kita tidak dekat.” Oliv kembali meraih lengan Anna. “Kalau pun tidak dekat, kita bisa menjadi lebih dekat sekarang kan, tidak masalah bagiku.” Oliv tersenyum bangga sementara Anna terlihat risih dan berusaha melepas gandenga

  • Twogether   87. JAMUAN KELUARGA

    Anna berkomat-kamit sendiri sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya. Matanya membesar ketika melihat Eden hendak kembali ke meja, jadi dia bisa segera mengajak Eden beranjak dari sana. Tangan Anna terangkat hendak memanggil, namun senyumnya seketika luntur. Eden justru malah membalas sapaan orang lain. Anna berbalik. Matanya kembali membesar. Eden membalas sapaan seorang pria berusia sekitar tiga puluhan dan pria itu bersama orang yang ingin dihindari oleh Anna tadi. Ya, Oliv. Siapa lagi yang ingin dihindari Anna jikan bukan gadis itu. Tapi Anna menjadi bertanya-tanya apa yang dilakukan Olie dan suaminya di sini? Anna kembali duduk sambil menunduk. Mengeluarkan ponsel lalu pura-pura sibuk mengirim pesan ataupun menelepon seseorang. Tidak lama dia melakukan hal itu, dia kembali bangkit dan beranjak menuju meja lain yang agak jauh dari tempat Eden dan teman-temannya itu. Untuk sementara Anna menyimpulkan beberapa pria yang tampak lebih tua dari kekasihnya itu adalah te

  • Twogether   86. PERNIKAHAN TEMAN LAMA

    “Kali ini pernikahan temanmu yang mana?” Anna kembali bertanya ketika mereka berada di dalam mobil, menuju gedung pernikahan teman Eden. Pria itu juga sudah mengganti pakaian, dia tampak gagah dengan balutan jas hitam dan potongan rambut dengan model comma style. Gaya rambut yang paling cocok dengan potongan wajah asianya yang khas. “Ada tapi kau tidak kenal.” Eden menjawab singkat. Kali ini suaranya terdengar lebih lembut. Tapi jawaban singkat Eden membuat Anna menjadi bertanya-tanya. Dia tak mengenal Eden. Banyak hal yang tak diketahuinya tentang pria yang tengah mengemudi di sampingnya itu. Beda halnya dengan pria itu yang hampir mengetahui segala tentangnya. Termasuk apa yang berkelibat di kepalanya kini. Lihatlah kini Eden tengah mencuri-curi pandang padanya. Eden melirik Anna, gadis itu terdiam tak lagi bertanya. Tapi justru membuat Eden menjadi tak enak karena sudah menjawab singkat. Dia berdeham sekali mengusir keheningan.“Dia salah satu kenalanku sewa

  • Twogether   85. BLACK DRESS

    Kata orang, tiada pertemuan yang tak memiliki arti. Tiada pertemuan yang menjadi sebuah kebetulan karena sejatinya sudah ada yang mengatur dan sudah menjadi rencana alam. Ada orang yang percaya jika bertemu dengan orang asing sebanyak tiga kali dalam waktu berdekatan yang sering kali dikatakan berjodoh. Ada pula orang yang bertemu lebih dari itu dan hubungan mereka tetaplah orang asing. Bagaimana dengan orang asing yang tiba-tiba membantu kita untuk menyebrang di tengah jalan? Lalu dengan orang yang tak sengaja bertemu ketika sama-sama membeli daging ayam di supermarket atau mungkin orang yang tak sengaja tersenyum ketika berpapasan saat menyebrangi lampu merah? Keesokannya kita masih bertemu dan bertemu, namun hubungannya tidak lebih dari sebatas kenalan biasa. Kalian tahu? Terlalu banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk mengatakan jikalau sebuah pertemuan itu adalah kebetulan. Pertemuan Anna dan Eden mungkin bisa dikatakan sebagai sebuah kebetulan. Anggap saja ibu

  • Twogether   84. PERPISAHAN

    “Kau?” Jari telunjuk Anna spontan terangkat, menunjuk lurus ke arah pria yang mengenakan kemeja dengan potongan leher rendah di salah satu meja café.Pria yang di tunjuk itu menunjukkan seulas senyum yang menampakkan deretan giginya yang putih.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Masa muda yang mana yang kau rindukan?” Zeno kembali mengingatkan celoteh Anna beberapa menit yang lalu tepat setelah dua anak sekolah meninggalkan café.Anna berdecak kesal dan sedikit frustasi. “Seingatku aku sudah memberitahumu kalau aku tidak mau bertemu denganmu lagi bukan? Kenapa kau datang lagi ke sini, huh? Seharusnya kau sudah berada di Swiss sekarang?”Zeno mendengus. Dia tidak lupa dengan perkataan Anna. Lebih tepatnya ancaman Anna. Karena ucapan Anna waktu itu penuh tekanan.“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi rasanya tidak enak jika melalui telfon. Makanya aku mengajakmu bertemu. Sebentar saja.”Anna menghubungi Zeno kembali setelah pertemuan mereka siang itu di café milik Anna setelah Oliv m

  • Twogether   83. SAPAAN HANGAT

    Sinar matahari menyelinap masuk melewati celah celah ventilasi.“Kau mau aku buatkan sarapan dulu?” tanya Sherin berbasa-basi. Dia tengah memanggang beberapa toast di dapur.“Tidak usah,” jawab Anna sambil sibuk mengemasi barangnya yang berserakan di ruang tengah semalam.“Setidaknya minumlah ini,” sahut Sherin lagi sambil menyerahkan segelas jus apel di atas meja makan. “Supaya pencernaanmu lancar,”Gadis yang mengenakan skirt sebatis itu menurut. Dia berjalan menghampiri meja dan meminum jus buatan Sherin. “Terima kasih jusnya, aku merasa segar.”Sherin hanya tersenyum hangat sebagai balasan atasan pujian Anna. “Hubungi aku jika terjadi sesuatu! Jangan tiba-tiba pulang sambil nangis dan berantakan kayak semalam. Kau mengerti kan?”“Astaga! Kau mulai lagi, baiklah aku mengerti.” Anna sudah maklum dengan omelan sahabatnya itu. Dia tau kalau Sherin khawatir dan dia tidak boleh membuat sahabat satu-satunya itu diselimuti rasa kekhawatiran yang tak jelas. “Aku berangkat dulu, sampai jump

  • Twogether   82. MENYESAKKAN DADA

    “Siapa yang cemburu?” Eden menjadi salah tingkah. Dia mengusap rambutnya ke belakang dengan kedua tangan.“Lalu mengapa sikapmu yang berlebih seperti ini?”“Aku tidak berlebihan, hanya saja merasa kesal setelah melihatmu kembali bersikap bodoh saat di depan pria brengsek itu. Berapa kali harus kubilang, huh? Dia bukan pria baik-baik. Tidak cukup mempermalukanmu sekali waktu itu di café, sekarang kau ingin membiarkannya melakukannya lagi?”Anna menghela nafas panjang. Disatu sisi, dia merasa wajar melihat Eden murka dan juga geram melihat gadis bodoh yang terlalu mudah termakan omoongan manis dari cinta pertamanya. Dia menatap Eden lamat-lamat dengan mulut terkunci.“Berhentilah menatapku seperti itu.” Eden kembali mengingatkan Anna yang terdiam memperhatikannya untuk beberapa menit. Mereka duduk berhadapan yang dipisahkan oleh meja kecil yang di penuhi oleh kepulan asap sup yang baru saja tiba. “Aku tidak melihatmu.” Anna langsung mengalihkan pandangannya. “Pokoknya, urusa

DMCA.com Protection Status