Ketika selesai membersihkan diri, kalian langsung pergi dengan berjalan kaki seraya menikmati indah nan sejuknya suasana pegunungan. Katamu, dunia ini hanya dipenuhi kegelapan yang dinamakan kesepian dan kesedihan. Namun, kamu juga berkata bahwa dunia akan kembali berwarna jika ada satu orang yang menjadi penopang dalam hidup yang selalu siap membantu ketika seseorang itu terjatuh.
“Bukan dunia yang jahat, dan bukan pribadi yang menciptakan orang jahat. Melainkan semua itu karena ulah manusia itu sendiri, yang mencipta beragam sifat buruk hingga akhirnya diberikan kepada orang lain dan kembali melahirkan kebencian dan kejahatan,” ujarmu lirih secara tiba-tiba.
Perkataanmu yang begitu aneh dan tiba-tiba, ditanggapi dengan sebuah kata yang dipenuhi makna. “Tergantung hati manusia, jika mereka memiliki hati yang kuat ... kuyakin tidak akan ada yang namanya kejahatan dan kebencian,” jawabnya dengan senyum indah.
&n
Dalam belaian alam, dia menyanyikan sebuah lagu yang tidak pernah terdengar sebelumnya. Suaranya yang merdu, dan keahlian dalam mencipta diksi membuat apa pun yang dinyanyikan terdengar indah di telinga. Embusan angin membawakan tirta amarta indah ke tanah dengan kecepatan tinggi.Kalis renjana membawa kalian ke dunia asmaraloka, membiarkan rintik hujan membilas daksa. Kalian berlari mengarungi jalanan terjal dipenuhi bebatuan. Jalanan licin dialiri air seolah tidak menjadi hambatan bagi kaki yang terus berlari seakan tidak merasa takut untuk terjatuh nantinya.Suara tawa dipenuhi kebahagiaan terdengar dengan begitu lantang, bergema ke seluruh lembah nan curam di sepanjang mata memandang. Langkah kian melamban ketika kabut tebal menutupi pandangan dengan perlahan. Di tengah perjalanan, kalian bertemu dengan seorang pria tua dengan cangkul di pundak dan pisau besar di pinggang.Pria itu tengah berteduh di gubuk tua nan us
23 Maret 2018Suara ayam berkokok kembali terdengar ketika sang fajar berpijar dari timur, memberikan kehangatan lagi kepada dunia untuk ke sekian kali. Sebuah sentuhan lembut membangunkanmu dari indahnya dunia mimpi. Namun, sesuatu yang lebih indah dan nyata terlihat di depan mata.Sosok wanita yang teramat cantik jelita nan memesona tengah berdiri di hadapan seraya menatapmu dengan senyuman. “Yohalo, selamat pagi, Luci.” Sapaan lembut dan senyum lebar yang begitu indah, membuatmu tersenyum dengan penuh semangat. Perasaan bahagia memenuhi sukma guna menjalani kehidupan yang penuh sandiwara.Senyuman itu menjadi katalis dalam sebuah asa, membuatmu dengan cepat beranjak ke dari ranjang. Kata-kata kotor kembali terucap, tetapi hanya sebagai candaan tanpa berani bertindak nyata. Kedua mata saling berpapasan, membuat embusan napas menjadi satu di udara.“Bau, cepat mandi sana!” Dia langsung men
Sensasi aneh nan nikmat ketika sebilah pedang memasuki gua suci tanpa dasar, membuatmu mengeluarkan suara aneh dan bergerak dengan pelan. Wajahnya pun tampak merona seraya menggigit bibir, dan manik hitam itu kian berpijar seolah menikmatinya. Desahan lembut kembali terdengar ketika kedua pinggul saling bergoyang menggetarkan ranjang seakan hendak hancur.Keringat kian bercucuran setiap kali posisi berganti dan goyangan semakin menggila, membuat kalian terus saja merasakan kenikmatan dunia. Cairan lengket bersimbah dimana-mana, tetapi tetap saja kalian tidak peduli akan hal itu selagi menikmati kesenangan. “Rasanya sangat nikmat, Luci. Rin merasa sangat bahagia,” ujarnya yang saat ini tengah naik turun di atas tubuhmu yang tengah terbaring.“Begitu, ya? Aku juga merasakan hal yang sama, sensasi aneh ini ... rasanya sangat nyaman. Rasa hangat dan lembut tetapi sedikit geli tetapi ... intinya enak,” balasmu seraya membi
“Hahaha ... pulanglah, dan kembali ke pelukan ibumu!” Ocehan dan hinaan mereka semakin membuatmu murka, bahkan urat-urat di kepala kian bermunculan dengan sendirinya. Kedua tangan terkepal dan tanpa sadar mendorong rekan-rekan yang menghalangi jalan.“Hoi, hoi, hoi, lihatlah siapa yang datang? Apakah bocah ini ingin mat—“ Sebuah tendangan langsung menghantam rahangnya dari bawah hingga menjulang, membuat semua orang terkejut karenanya. Selain itu, hanya dengan satu tendangan sudah membuat lawanmu tumbang. Namun, hati yang belum puas, dan amarah yang masih belum padam, membuat kedua tangan tidak bisa berhenti menghajarnya.Garis lengkung tercipta di penghujung bibir yang lembut nan merah muda, dan manik hitam tanpa cahaya membuat mereka getir ketika menatapnya. “Ada apa? Kenapa kalian diam? Bukankah kalian ingin membunuhku? Majulah!” titahmu terseringai dengan suara merendahkan.&
“Hei, rasanya sangat luar biasa, ‘kan?” Sorot mata hitam dengan wajah bersimbah darah membuat mereka getir hingga salah satunya mengompol. Mereka berkata bahwa kamu adalah iblis berwujud manusia. Namun, kamu hanya tertawa dan menduduki salah satu mayat di sana dengan tubuh penuh luka dan pisau di kedua sisi tangan. “Iblis, ya? Julukan yang indah, aku menyukainya. Karena itu aku akan membunuh kalian di sini,” lirihmu dan langsung melesat ke arah mereka.Kabut semakin tebal, dan bulir air perlahan jatuh ke tanah dari ketinggian. Retakan indah di angkasa menggelegar dengan kerasnya, dan di saat yang bersamaan suara teriakan tersamarkan oleh kilat di angkasa. Kamu membuat mereka sekarat, sebelum akhirnya tetap membuatnya mati di tempat.Salah satu tangan melebar menutupi sebagian wajah, dan tawa keras kembali terdengar dengan seringai mengerikan. Mereka yang getir akhirnya memilih untuk kabur, membuatmu melempar ked
“Hei, Leon. Bisa kau jelaskan semuanya?” Masih saja sebuah tanya menghantui kepala, membuatmu tidak bisa beristirahat dengan tenang. Bukan sebuah paksaan, tetapi sebuah rasa ingin tahu membuatnya terpaksa harus menceritakan semuanya.“Aku sendiri tidak tahu, yang jelas ketika kami menemukanmu ... kamu sudah terbaring dengan tubuh bersimbah darah dan ada sekitar 20 mayat di sekitarmu. Apa yang sebenarnya terjadi ... aku sendiri tidak yakin. Namun, apa kau benar-benar tidak ingat tentang apa yang terjadi?” tanya Leon seolah menekanmu.“Hmm ... entahlah? Ingatanku saat itu kabur. Aku seperti memegang sebuah pisau dan membunuh mereka. Bahkan ... samar aku ingat saat itu aku sempat menyiksa mereka, tetapi sensasi itu ... sensasi ketika pisau menyentuh daging mereka, sampai saat ini aku masih merasakannya. Perasaan yang kurasakan saat itu juga ... entahlah? Aku tidak mengerti,” jawabmu lirih seraya menatap kedua
04 Juli 2022Langit masih saja mendung, mengguyur tubuh yang penuh akan luka hati. Kamu terdiam, terduduk menatap langit seraya terisak dengan keras. “Kenapa? Kenapa aku selalu menghancurkan hati orang-orang yang kucinta? Apakah aku memang tidak diperbolehkan untuk bahagia? Kenapa Tuhan? Jawab aku ... kenapa ...,” gumammu terisak.Seraya berteriak dan menangis seorang diri di tepian batu karang, terus saja kamu pukul bebatuan yang ada di sana secara membabi buta hingga membuat tangan terluka. Darah mengucur dengan derasnya, dan ombak semakin mengganas. Kamu mendaki batu karang itu perlahan, kemudian memejamkan mata perlahan hingga akhirnya membenamkan diri ke dalam lautan.Sepi, sunyi dan tenang terasa sejenak sebelum akhirnya napas terasa berat dan dada terasa sesak. Namun, sedikit pun kamu tidak peduli dan terus saja membiarkan tubuh tenggelam dalam lautan. Ketika hampir menghilang dan kembali ke pangkuan Sang Tuhan, seb
Air mata yang merembes itu jatuh tepat di atas wajahnya, mengalir dengan deras melewati sela pipi yang indah hingga akhirnya jatuh membasahi kasur. Kalian hanya bisa terpaku menatap wajah pucat itu yang kian melayu. Kalis nan indah wajahnya dulu, silih berganti dengan kusam dan kesedihan.Seandainya dia bisa kembali terbangun, kamu rela menukarkan nyawa demi melihatnya bahagia. Nyawa pemberian Sang Ilahi, akan jauh lebih bermakna jika membantu orang lain untuk terus berjalan. Sesaat sebelum pergi, kamu membisikan sesuatu di telinganya, berharap agar ia bisa mendengar dan kembali terbangun untuk memulai semuanya kembali.“Bu, Yah, aku permisi dulu. Aku masih harus bekerja lagi, maaf karena selalu merepotkan kalian. Jaga diri baik-baik, ya,” ujarmu lirih dan pergi lagi dari rumah sakit.Tidak lama setelah meninggalkan rumah sakit, kamu sadar jika ada yang mengikuti di belakang. Terus berpura-pura tidak tahu, da