Godiva's life takes an unexpected turn when a simple pizza delivery leads her into the arms of a man she’s never met before—an encounter that sets the stage for her greatest transformation. Thrust into a world of secrets and power, she soon discovers her fated bond with not one, but two mysterious and captivating Alpha twins, Castor and Pollux Melluci. As a descendant of the Moon Goddess, Godiva’s connection with the twins forges a powerful, unbreakable bond. But as their love deepens, a dark and terrible force emerges from the shadows, threatening to tear apart everything she holds dear. The storm brewing around them pushes Godiva to her limits, forcing her to make an impossible choice between two of the most important things in her life. With danger closing in and her heart torn, will Godiva be able to choose between her destiny and her happiness? Or will she defy fate itself to claim the future she longs for with Castor and Pollux? The stakes have never been higher, and the price of her decision may change everything.
View More“Siapa dia?”
Mata Leandra Nafisah membola saat melihat wanita tak dikenal yang tiba-tiba datang bersama sang Suami ke rumah. Hampir dua bulan suaminya pergi keluar kota untuk urusan kerja. Tentu saja Lea terkejut saat melihatnya datang bersama seorang wanita. Apalagi penampilan wanita itu terlihat seksi dan berani mengenakan baju yang sedikit terbuka.
“Sayang … Lea … dengerin Mas dulu. Aku akan menjelaskan semuanya.”
Kenan Husein, pria yang sudah empat tahun ini dinikahinya tampak menatap Lea penuh harap. Pria berwajah menarik itu terlihat sedang memohon agar Lea bersabar.
Lea menarik napas panjang, menatap tajam ke arah Kenan, kemudian menganggukkan kepala. Ia sudah lama menunggu kedatangan suaminya dan sangat shock saat melihatnya tiba-tiba datang bersama seorang wanita.
Namun, Lea juga harus mendengar penjelasan Kenan. Ia sangat mengenal suaminya dan tahu jika suaminya tidak akan berbuat aneh-aneh di luar sana.
Kenan menarik tangan Lea dan mengajaknya duduk di sofa. Wanita tak dikenal itu juga duduk di sana sambil sesekali melirik mereka berdua.
“Dia Lisa. Dia adik sahabatku. Dia sedang hamil dan suaminya seorang tentara yang sedang tugas negara. Untuk sementara dia akan tinggal di sini, Lea.”
Lea tampak terkejut, menatap Lisa sekilas. Wanita itu masih sangat muda, Lea menafsir usianya mungkin kisaran awal 20-an. Tidak diduga ternyata dia sudah menikah.
“Lalu ke mana keluarganya? Apa tidak ada yang bersedia menampungnya?”
Kenan menarik napas panjang sambil mengelus lembut tangan Lea.
“Sayang … Lisa itu yatim piatu. Kakaknya sedang sakit. Untuk biaya berobat saja dia kesulitan, bagaimana hendak menampung adiknya juga. Jadi apa salahnya kita menampung dia di sini?”
Lea terdiam, menelan saliva sambil kembali melirik Lisa. Lisa tersenyum sekilas sambil menganggukkan kepala. Namun, entah mengapa Lea merasa ada yang disembunyikan wanita muda ini.
“Apa benar seperti itu?” tanya Lea kemudian.
Lisa mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Mbak. Maaf, kalau merepotkan. Hanya Kak Kenan yang saya kenal. Jadi tidak ada tempat lain lagi untuk berlindung.”
Lea menghela napas sambil kembali melihat Kenan. Kenan tersenyum, mengelus tangan Lea sambil menatapnya dengan sendu.
“Memangnya berapa usia kandunganmu?” tanya Lea.
“Baru tiga minggu, Mbak.”
Lea menarik napas sambil melirik perut Lisa. Memang perut wanita itu tidak terlihat begitu besar. Namun, segitu saja sudah membuat Lea meradang.
Sudah empat tahun ia menikah dengan Kenan dan hingga kini belum ada tanda-tanda mengenai kehamilannya. Kadang Lea merasa sedih, apalagi jika ia mendengar ucapan mertuanya.
Kenan anak tunggal dan kedua orang tua Kenan selalu menuntut cucu darinya. Kalau sudah begitu, Kenan akan menghibur dan membesarkan hatinya. Kenan sangat perhatian pada Lea dan begitu besar mencintainya. Bahkan dulu Kenan yang jatuh cinta padanya lebih dulu dan berusaha mati-matian untuk mendapatkan Lea.
“Ya sudah … kalau begitu biar aku minta tolong Bibi siapkan kamar. Kamu pasti lelah, kan?”
Lisa mengangguk sambil tersenyum. Lea segera memanggil salah satu asisten rumah tangga dan tak lama sudah mengantar Lisa ke kamarnya. Tinggal Kenan dan Lea di ruang tamu.
Kenan tersenyum sambil menatap dengan penuh hasrat ke istrinya. Lea hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.
“Apa kamu tidak merindukan aku, Sayang?” tanya Kenan.
Lea tersenyum sambil menatap wajah rupawan Kenan. Meski Kenan keluar kota, dia selalu pulang seminggu sekali. Lalu dia juga tak lupa selalu menelepon Lea setiap malam. Hal seperti itu selalu dilakukannya sepanjang dua bulan ini dan Lea yakin tidak ada yang berubah dengan Kenan.
“Apa kamu tidak akan keluar kota lagi?” Bukan jawaban yang dilontarkan Lea malah sebuah pertanyaan.
Kenan tersenyum dan menggelengkan kepala.
“Tentu tidak, Sayang. Aku sudah menyelesaikan urusanku di kantor cabang. Semua sudah beres di sana. Selanjutnya aku bisa pantau dari sini saja.”
Lea tersenyum sambil menganggukkan kepala. Keluarga Kenan merupakan salah satu pemilik perusahaan terbesar di kota ini. Mereka memiliki bisnis di berbagai bidang. Kemarin adalah pembukaan kantor cabang baru dan Kenan perlu merapikannya agar bisa berjalan dengan baik serta bisa dipantau dari kantor pusat.
“Sudah omong-omongnya, kita lanjut di dalam, ya?”
Tanpa menunggu jawaban Lea, Kenan langsung menggendong tubuh Lea membawanya masuk ke dalam kamar. Terang saja Lea tersenyum kesenangan dibuatnya. Sudah lama dia merindukan belaian suaminya dan rasanya malam ini dia akan melalui malam panas dengan Kenan.
Entah berapa kali mereka melakukannya, yang pasti Lea sangat kelelahan dan sudah terlelap. Ia terbangun saat panggilan alam mengganggunya. Lea mengerjapkan mata sambil meraih jubah tidurnya. Ia membungkus asal tubuh polosnya dan berlarian ke kamar mandi.
Cukup lama Lea menghabiskan waktu di kamar mandi. Usai bercinta tadi, Lea langsung terpulas dan lupa belum membersihkan diri. Jadi sekalian saja ia membersihkan diri kali ini. Namun, saat keluar dari kamar mandi dan hendak kembali ke kasur Lea baru sadar jika tidak ada Kenan di sana.
“Mas Kenan ke mana? Dia gak ada di kamar mandi. Terus ke mana?”
Lea merapikan jubah tidurnya, membuka pintu kamar dan berjalan mengendap-endap keluar kamar. Seluruh ruangan di rumah sudah temaram. Salah satu kebiasaannya memang mematikan semua lampu di rumah jika sudah terlelap.
Lea berjalan sambil berpegangan ke dinding seraya memicingkan mata. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari suaminya. Kemudian matanya tiba-tiba melihat sekilas bayangan melintas keluar dari kamar tamu, tempat Lisa beristirahat.
“Siapa itu? Apa Lisa yang keluar?” batin Lea.
Ia mempercepat langkahnya hendak mengejar sosok bayangan tadi. Ia takut kalau itu Lisa yang keluar kamar. Bisa jadi Lisa haus dan lupa membawa minum. Sedangkan tadi, ia lupa menunjukkan dapur.
Lea berdecak sambil menghela napas saat melihat kamar Lisa tertutup rapat dan bayangan yang dilihatnya tadi sudah menghilang.
“Kayaknya aku salah lihat, deh.”
Lea menghela napas dan bersiap membalikkan badan kembali ke kamar. Namun, dia langsung dikejutkan oleh sebuah tepukan yang singgah di bahunya. Lea hampir menjerit kalau tidak melihat wajah Kenan tadi.
“Mas!! Kamu ngagetin aku aja!!” semprot Lea.
Kenan hanya tersenyum sambil mengerjapkan matanya.
“Kamu dari mana? Aku mencarimu tadi.”
“Aku dari dapur, bikin mie instan. Kamu juga aku bikini, sudah aku bawa ke kamar.”
Lea tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia hampir lupa dengan kebiasaan Kenan yang suka makan mie instan usai pergulatan panas mereka.
Tak lama, mereka sudah kembali ke kamar menghadap mie instan yang asapnya masih mengepul.
“Hmm … enak banget. Udah lama gak makan mie instan bikinanmu, Mas.”
Lea tersenyum kesenangan sambil terus menikmati mie instannya. Kenan yang duduk di sampingnya ikut senang sambil sesekali menganggukkan kepala. Kemudian tiba-tiba perhatian Lea teralihkan ke leher Kenan. Ada lingkaran merah tertera jelas di leher putih mulusnya.
Lea terdiam sejenak, menghentikan makannya dan langsung mengulurkan tangan menyentuh leher suaminya.
“Lehermu kenapa, Mas?”
One Year Later…Pollux POV.“Keep quiet, or I’ll scratch your butt.”Declan grumbled beside me as we made our way through the damp, moldy corridor. It was ironic; just an hour ago, he was practically begging to join me on this mission. Now, he was whining like a cockroach begging to be squashed. I extended my claws and waved them in front of his face just to mess with him.“I’m not scared of you, Melucci,” Declan said, sticking his chin out defiantly and leaning closer.“Oh, so you’ve grown some courage now?” I smirked.“I’m a snitch. Got a problem with that?”I could’ve snapped back, but I was a man of my word. Godiva, my mate, had made me promise not to cause trouble with Declan before we set out. This vampire-hunting lunatic, with his unique immunity to vampire venom, was a valuable asset to the Moonstone pack. I had to tolerate him, no matter how tempting it was to claw his smug face.Six months ago, Castor and I stumbled across Declan in the Chiri Forest near my mother-in-law’s t
Godiva PoV.“Go to hell, bitch!”I hurled Kayleigh’s head into the roaring flames. Satisfaction coursed through me after I tore her apart five minutes ago. I had deliberately kept her alive to deal with her personally. Knowing she was the reason Castor was injured, I wouldn’t let her go, not even if it meant facing her again in the afterlife.The Moonstone warriors and our allies gathered around the mountain of vampire corpses. As dawn peeked over the horizon, their bodies turned to ash, carried away by the wind.The howls of wolves echoed through the air, announcing our victory. Yet, despite our triumph, I was still unsettled by the fact that some vampires had escaped, including Virgil. It wasn’t impossible they’d return one day to seek revenge for their crushing defeat.“Alvise sent word that the twins are fine, but they keep asking for their mother,” Castor said beside me as Pollux and I supported him down the cliff.“They didn’t ask about their father. I’m offended,” Pollux clicke
Pollux PoV.I heard a loud thud. When I opened my eyes, I saw Castor clawing at the face of one of the pale-blonde men. The man was sprawled on the ground, with Castor’s wolf form pinning his legs and arms.I saw bloodied fangs in Castor’s mouth. In less than a minute, Castor severed the man’s neck with his bites. He threw the man’s head to the ground right in front of me.[Watch out!]Before I could turn to see what was happening, Castor leaped at a woman clad in a tight black leather outfit with flowing straw-blonde hair. Castor’s fight with her gave me just enough time to stand.[Find Godiva! I can sense her presence.] Castor yelled at me.With all my strength, I forced my legs to move. Castor bit the calf of the woman who was trying to approach me. I had to find Godiva, but everything felt blurry, and I couldn’t pinpoint her whereabouts. I heard Castor commanding me to run.Was Godiva still alive?I ran as fast as I could. Occasionally, I looked back to check on Castor. I saw him
Godiva PoV.“Where am I?”As far as my eyes could see, there was only an endless ocean below. From where I sat, the horizon was painted with hues of orange, contrasting against the darkening sky. The sound of seagulls above accompanied my curious gaze as I took in my surroundings.“Twilight evenings are truly beautiful.”Turning my head, I saw a man with tan skin and shoulder-length brown hair. His slightly graying beard hinted at his age, and his deep voice carried the weight of experience.Life?The thought triggered a memory. The last thing I remembered was Castor Melucci cradling my body in his strong arms, tears brimming in the Alpha’s eyes.“Am I dead?” I finally broke my silence, my voice trembling.“Yes and no.”“What do you mean?”“It depends entirely on you. My wife always spoke in riddles, and I suspect she has done the same to you.”Hearing his words, I tilted my head in confusion, my brows furrowing. 'How does he know my mother?'“You must be full of questions, aren’t yo
Pollux PoV.I saw Godiva standing silently, her gaze unreadable as she faced us. Her body radiated a power I had never seen before, amplified by her Luna’s Tone. It made her immovable, untouchable.As Alpha, I was utterly paralyzed, trapped by an invisible force emanating from her. She glanced at me briefly, her expression an unspoken warning: ‘don’t interfere’. I knew how stubborn she could be, but this time, I wanted to break through that resolve.I wanted to fight by her side, to tear apart that blonde vampire flaunting his petty betrayal like it was some grand tragedy. I struggled against the invisible bonds, but it was useless. If I could’ve moved, I would’ve snapped the neck of her so-called former cousin without hesitation. A vampire now, his smug grin only fueled my rage.Even as a human, he was a nuisance. Now, as one of the undead, his presence was unbearable. I had already begged Godiva to ease the effects of her Luna’s Tone on me, but she refused. She insisted this was her
“Do it quickly, I can still hold them off!”Pollux had fully shifted into his wolf form as the vampire lunged at him from the front. His fangs and claws dug into the vampire’s shoulders, fighting with a ferocity that made me want to assist him immediately. But my hands needed to stay where they were, palms open, channeling energy to destroy the blood crystal floating before me.The sounds of battle around me were a constant distraction. The snarls, the clash of teeth against teeth, and the howls of wolves reverberated through the air. My fists clenched tightly, my jaw locked. But then, a commanding voice rang through the mind link, cutting through my turmoil. It was Alpha Castor’s order.“Focus, Luna Godiva. That’s the only way.”I nodded silently, regaining my concentration. With a measured breath, I extended my hands further. The blood crystal in front of me quivered, almost as if resisting the power I was pouring into it.“With the power of the Moon Goddess, I, Luna Godiva, call up
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments