Kaki itu terasa berat untuk melangkah, seolah sudah menyatu dengan tanah yang dipijaki Arya. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat, ketika melihat seekor burung kasuari berlari menghampiri dirinya.
Arya menutup matanya, seketika rasa keberanian yang tadi tertanam di dalam dirinya hilang begitu saja. Dia merasa tidak bisa beranjak. Apa dia sedang dihipnotis? Entahlah, tapi Arya mendadak pasrah jika harus mati konyol gara-gara diseruduk atau ditendang seekor burung.
“Arya!” Idun meneriaki Arya lagi.
“Kyaaaakk!” pekik sang burung kasuari.
Ternyata burung itu masuk ke salah satu perangkap yang dibuat Arya. Namun, karena di sana tidak dipasang tali untuk menjebak dan mengikat kaki si burung. Alhasil burung itu hanya terjerembab dan masih bisa untuk bangkit.
“Arya, lari!” Idun berteriak lagi, meminta partner-nya itu segera berlari dan meninggalkan tempatnya sekarang.
Arya yang mendengar namanya dipanggil dua k
Halo, semua! Perkenalkan aku mayuunice. Ini adalah novel fantasi pertamaku. Mohon dukungannya, ya. Jangan lupa baca ceritaku yang lain; After The Heartbreak dan My Dominant CEO. Semuanya tersedia di GoodNovel.
Arya masih ingat betul dengan suara perempuan itu. Benar saja, saat dia menoleh, matanya mendapati sosok Tomochi.“Ayo, kalian bertiga ikut denganku. Akan aku buktikan bahwa dengan menyimpan uang di Pohon Kitos, uang kalian akan bertambah dengan sendirinya,” papar Tomochi.“Cih!” Gadis yang bersama Arya dan Idun mendengus. “Urusan gue udah selesai, ya. Gue pamit duluan,” kata gadis itu. Dia langsung berjalan meninggalkan Arya dan juga Idun. Namun, tiba-tiba anak gadis itu berbalik dan kembali menghampiri Arya.Gadis itu mendekatkan dirinya pada Arya, lalu berbisik. “Hati-hati, jangan percaya siapa pun di sini. Ingat satu hal lagi, jangan menjadi pemalas.”Setelah itu gadis berambut pendek itu benar-benar pergi meninggalkan Arya dan Idun. Arya langsung tertegun saat mendengar kalimat yang baru saja dikatakan gadis yang tak ia ketahui namanya.“Ah, kamu!” Idun nampak sumringah saat melihat k
Arya langsung menahan tinjuan Idun dengan tangannya. Entah kenapa dia merasa dirinya bertenaga sekarang. Biasanya dia selalu menghindari pertengkaran fisik, jika di dunia nyata. Jelas saja, karena Arya akan kalah dengan lawannya. Badan kurus seperti Arya mana bisa menang saat pertarungan fisik?Namun, sekarang Arya seolah mendapatkan sebuah kekuatan. Ternyata kekuatan itu dia dapatkan dari level dan experience yang Arya miliki. Tentu saja level dan EXP milik Arya lebih unggul dari milik Idun. Hal itu yang membuat Arya bisa untuk menahan serangan balasan dari partner-nya itu.“Denger apa kata gue atau lo mati di level ini?” desis Arya sembari melayangkan tatapan tajam pada Idun.Deg.Seketika jantung Idun seperti dihantam benda berat. Dia merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Arya. Entah kenapa Idun merasa ada yang aneh dari tatapan laki-laki itu, tapi dia tak bisa menjelaskan hal itu.Namun, Idun enggan untuk mengakui kekalahannya.
Masih mencoba menahan sakit, akibat dari hantaman keras yang baru saja Arya terima. Arya masih tidak tahu apa yang menghantamnya tadi, karena semuanya terasa sangat cepat.Lalu sambil meringis, Arya mencoba untuk mengangkat kepalanya. Dia mengarahkan pandangannya ke depan. Betapa terkejutnya Arya, saat melihat sang singa putih menggeram dan menggretak Arya.Mata Arya membulat seketika. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mencoba bangkit, walau harus tertatih. Dia menahan beban tubuhnya menggunakan katana yang dia tancapkan pada tanah. Singa itu mengaum, tatkala melihat pergerakan dari Arya. Namun, pandangan Arya tak lepas dari menatap kedua bola mata milik si raja hutuan.‘Oke, tenang, Ya. Jangan panik dan tatap mata singa itu!’ Arya membatin. Kemudian dia langsung mengubah posisi katana, lalu memegang senjatanya itu dengan kedua tangannya.Arya masih ingat, dia pernah membaca sebuah artikel tentang cara menghadapi hewan buas seperti singa. D
“Arya kamu kenapa?”Arya mendengar suara idun dengan sangat samar. Matanya kini terpejam, mencoba menahan rasa sakit yang sangat dahsyat dia rasakan pada kepalanya.‘Kenapa sakit sekali?’ batin Arya. Otaknya kini benar-benar terasa penuh dan perlahan mulai menunjukkan sesuatu.Sebuah bayangan yang menampilkan kenangan seseorang. Tapi kenagan siapa? Perasaan Arya tak memiliki kenangan seperti ini. Dia mencoba memfokuskan dirinya pada bayangan yang muncul di benaknya. Anehnya, walau Arya tahu itu hanya sebuah kenagan, tapi Arya merasa dirinya hadir di sana. Idun. Iya, Arya melihat ada Idun di sana. Memangnya Arya pernah bertemu dengan Idun sebelumnya? Ah, tidak! Yang sedang dilihat oleh Arya adalah kenangan Idun. Benar. Ini adalah efek dari item bunga white chrysnathemum yang tadi dia gunakan.“Tidak ada sejarahnya ketua OSIS itu malas!” sentak seorang wanita yang berumur sekitar pertengahan lima puluh tahun
“Thanks, Dun,” ucap Arya. Dirinya kini sedang dibaringkan oleh laki-laki berambut cepak.Tadi status HP milik Arya sangat kritis, sudah terjadi perubahan warna dari hijau ke merah. Dengan cekatan Idun langsung mengeluarkan item penambah darah yang kemarin sempat dibelinya. Kemudian dia berikan item tersebut untuk mengisi HP milik Arya.“Santai,” jawab Idun.Arya mencoba bangkit dan duduk. Dia langsung menekan jam pada pergelangan kirinya, lalu muncullah layar digital yang berbentuk transaparan miliknya. Kini status HP dia kembali terisi penuh.“Dun, itemnya gue ganti, ya,” kata Arya merasa tak enak. Dia mencoba untuk membeli item yang sama kemudian, dia akan berikan pada Idun.“Nggak usah,” tolak Idun. “Gue punya banyak potion itu,” katanya terdengar seperti sedang bealasan.“Tapi, tetep aja ini jatah lo.” Arya memaksa untuk menggantinya.“Udah, pokoknya ngg
Arya memijat dagunya pelan. Kini dia sedang duduk bersila sembari melihat ke arah layar miliknya. Ia sedang memilih item untuk mengganti penampilannya. Bagaimanapun penampilan itu penting. Karena terkadang kebanyakan orang ketika menilai orang lain, pasti melihat cover-nya dulu.“Argh!” Arya menggeram, ia mengacak rambutnya sendiri. Kemudian dia memijit keningnya pelan.“Arya. Oke, nggak?” tanya Idun. Sontak Arya menoleh, lalu dia mendapati Idun dengan kostum barunya.Kini Idun mengenakan sebuah baju dengan lengan terbuka. Pada kerahnya terdapat bulu halus berwarna putih. Bagian bawahnya menggunakan celana panjang dan sepatu cokelat. Tak lupa, Idun mengenakan sarung tangan grizzly.Arya menganga. Penampilan Idun benar-benar keren sekali. Dia memicingkan matanya, melihat ke arah lengan Idun. “Sejak kapan lo punya otot, Dun?” tanya Arya.“Oh, ini?” Idun memegang salah satu lengan berototnya. Kemudian di
[PERINGATAN!]Layar digital Arya di dominasi warna merah. Dia dan Idun saling melempar pandang. Tak lama kemudian dia mencoba untuk menutup tanda peringatan itu, tapi tidak bisa.“Apa ini?” tanya Idun panik. Dia juga berusaha menghentikan sebuah peringatan itu, dengan memijit tombol jamnya berkali-kali, tapi hasilnya nihil.“Gue juga nggak tahu,” timpal Arya. Dia mengigit bibir bawahnya. menarik napas dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Laki-laki berumur delapan belas tahun itu nampak gugup. Perasaannya mendadak tidak enak.Tiba-tiba ada ikon peringatan pada ikon peta yang tersedia di sudut layar. Kedua bola mata Arya langsung tertuju ke sana. Penasaran, telunjuknya itu langsung menyentuh layar pada ikon peta.Kedua alis Arya hampir bertautan, saat melihat tanda peringatan itu muncul di sebuah titik. Merasa tidak asing dengan titik itu, Arya mencoba memperbesar ukurannya.“Dun, ini &helli
Arya mencoba menembus pertahanan dinding kaca itu. Dia dan pemain lainnya mencoba untuk mengeluarkan skill-skill yang mereka miliki. Namun, hasilnya tetap saja nihil. Sedangkan kondisi di dalam sana sudah sangat kacau.“Sial!” Arya mengumpat, karena usahanya itu tidak membuahkan hasil.Kemudian pandangan Arya diarahkan pada Tomochi yang sedang berada di tengah-tengah kekacauan itu. Perempuan yang memiliki rambut panjang bergelombang itu nampak mencurigakan.“Aaaakkk!” Terdengar suara teriakan dari dalam dinding kaca itu. Semua pemain yang terjebak di sana berteriak; merintih kesakitan.Mata Arya membulat seketika, saat melihat pemandangan yang sangat tidak wajar di dalam sana. “Apa-apaan itu?!” pekiknya. Bulu kuduk milik anak laki-laki itu berdiri. Rasa merinding kini menjalar disetiap jengkal tubuhnya.Mengerikan. Itulah yang bisa Arya katakan sekarang terhadap kondisi yang ada di hadapannya. Bagaimana tidak? Ti
Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi
Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa
“Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de
“Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar
“Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan
Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,
“Angel!” teriak seorang laki-laki dengan suara beratnya.Kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi gadis itu. Saking kerasnya, sampai-sampai Angel harus tersungkur di atas tanah.“Reza!” Dida yang terkejut langsung berteriak dan menghampiri Angel. “Gila, ya? Kamu cowok bukan? Kok berani main tangan sama cewek?” sentaknya yang tak terima.Dida pun menoleh ke arah Angel dengan perasaan yang sangat khawatir. “Angel, kamu nggak papa, kan?”Namun, perhatian dari Dida pun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Angel langsung mendorong Dida dan dia pun berusaha bangkit sendiri.“Kenapa? Kalian mau nyalahin gue? Silakan, salahkan saja!” berang Angel.Gadis itu tahu betul alasan di balik murkanya seorang Reza. Sampai laki-laki itu berani memukulnya. Angel tak akan marah, dia siap jika harus disalahkan. Lagi pula dia juga sudah tidak peduli dengan tim ini.Candra yang sama emosinya, langsung menghampiri Angel. Dia pun mencengkram kerah Angel dengan kuat.“Kamu tidak ada perasaan bersalah sama sek
Di luar dinding es, terlihat Arya sedang menunggu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Kedua bola matanya itu terus menatap ke arah dinding es yang sangat tebal. Ada perasaan khawatir jika misi ini gagal. Karena jujur, Arya sendiri tidak memiliki rencana lain. Tubuhnya benar-benar sangat lelah, otaknya pun sudah tak bisa digunakan untuk berpikir secara jernih. Arya ingin misi ini segera berakhir. Krak. Prang! Terdengar suara pecahan yang sangat besar. Ternyata suara itu berasal dari dinding es yang sedang Arya lihat. Dinding es yang tadi terlihat sangat kuat dan kokoh itu langsung pecah begitu saja. Mata Arya langsung membulat saat melihat kesepuluh pemain yang sedang berdiri di atas air. Setelah itu, Arya mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk besar. Betapa sangat terkejutnya Arya ketika melihat sebuah pedang es menusuk bagian jantung makhluk besar itu. “Arrrgh! S-sialan, a-aku ka-lah,” ucap makhluk itu dengan terbata-bata. Brugh. Kemudian mahkluk besar, yang tidak lain d
“Chain of Death!” seru Giovanni. Hatinya merasa panas, karena Asmodeus menganggapnya remeh.Rantai besi yang sangat besar pun muncul dari dasar danau. Kemudian, rantai itu langsung melilit tubuh besar milik Asmodeus. Terlihat detail seperti tengkorang menghiasi rantai itu. Kekuatannya sangatlah besar, sampai-sampai Asmodeus benar-benar tidak bisa berkutik.Selama berada di sini, Giovanni selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tak terkalahkan. Namun, di awal permainan dirinya merasa kalah dari sosok anak laki-laki seumurannya yang mampu mengendalikan dan mengontrol permainan.Melihat kesuksesan anak tersebut, membuat Giovanni merasa termotivasi untuk tidak kalah dari anak tersebut. Selain itu, di satu sisi, memang Giovanni tipikal orang yang tidak ingin terlihat kalah dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat.Sadar akan kekurangannya, Giovanni terus belajar mengendalikan elemennya. Sehingga sekarang, dia bisa menguasai teknik elemen yang dimilikinya. Bahkan sekarang Giovan