Setelah beberapa menit berpikir, akhirnya Livia bicara juga.
"Sebenarnya aku penasaran, siapa yang sudah memotret adegan Kiara dan Kafka itu? Apa orang itu juga merekam? Biasanya orang lebih senang merekam video jika ada suatu kejadian menarik, karena nanti dari video bisa diambil fotonya untuk adegan tertentu," ucap Livia, tetapi tidak langsung menjawab pertanyaan Kiara, dia malah bertanya-tanya juga.
"Yang memotret pasti yang menyebarkan foto itu pertama kali. Atau teman dari orang yang memotret. Yang pasti yang menyebarkan foto itu punya akses ke foto atau video percakapan Kiara dan si brengsek itu." Alaric menjawab pertanyaan Livia.
"Aku sangat berharap orang yang menyebarkan foto itu punya video full kejadian itu dan dia mau menyebarkan video fullnya juga. Karena kalau dia merekam semuanya, akan kelihatan aku memarahi Kafka dan itu jelas artinya aku sama sekali nggak suka dengan apa yang dilakukan Kafka padaku itu," kata Kiara.
"Apa kamu ingat sa
Hello, lanjut lagi yuk bacanya. Salam, Arumi
"Aku senang dengan usulmu itu, Liv. Kamu benar, itu solusi yang bagus untuk menjelaskan masalah Kiara ini di acara Derdy Kordoba," kata Alaric memberi pujian ke Livia. Lalu dia beralih ke Kiara. "Sayang, tetap tegar ya. Masalah ini pasti bisa teratasi. Dan ingat, kita tiga bulan lagi lho menikah. Kejadian itu sama sekali nggak mengubah perasaanku padamu. Aku tetap mencintaimu, aku tetap memujamu dan aku tetap akan menikahimu," kata Alaric sambil memegang dagu Kiara agar wajah gadis itu fokus menghadap ke wajahnya. Kiara tersenyum lega dan mengangguk. Alaric melepaskan pegangannya di dagu Kiara. "Terima kasih, Masku sayang. Terima kasih kamu tetap percaya aku dan tetap mencintaiku. Itu yang paling penting buatku. Masalah orang lain menganggapku gimana, itu nggak penting buatku," sahut Kiara. Livia pergi ke pantri untuk menghindari melihat dua sejoli itu kembali saling bermesraan. Walau sejauh ini dia melihat sikap keduanya masih sangat wajar. Bahkan Al
Esok harinya, sejak pukul sepuluh pagi Alaric datang ke apartemen Kiara. Dia setuju mendampingi Kiara lagi melakukan klarifikasi kejadian yang dialami Kiara dan Kafka. Alaric juga bersedai mengantar Kiara dan Livia dengan mobilnya yang dia kendarai sendiri supaya praktis mereka datang bersama ke rumah Derdy Kordoba. Lelaki jangkung berkepala plontos itu menyambut Kiara, Alaric dan Livia dengan wajah seria, senyum lebar hingga memperlihatkan giginya yang besar-besar. Dialah Derdy Kordoba. "Hai, Kiara. Gimana kabarnya, Say?" sapanya sok akrab, dia berniat memberikan salam yang biasa dia lakukan pada artis mana pun, laki-laki atau wanita, yaitu cipika cipiki. Tetapi Kiara mengelak, gadis itu malah mengulurkan tangannya mengajak bersalaman karena dia enggan melakukan salam cium pipi seperti yang biasa dilakukan di kalangan artis. Derdy terlihat terkejut, dengan canggung dia menerima ajakan bersalaman dari Kiara. "Aku baik. Kamu juga kan, Mas
"Itu kalau kamu mau bikin penonton tertarik dan jadi banyak yang ngomongin," kata Derdy menjelaskan maksudnya pada Kiara yang tatapannya masih bertanya-tanya. "Liv, kira-kira pertanyaan apa yang kontroversial tapi nggak mojokin aku?" tanya Kiara sambil menoleh ke Livia. "Aku punya ide, sebuah pertanyaan yang kontroversial yang bakal mengungkap gimana Kafka sebenarnya," jawab Livia. "Apa Liv?" tanya Kiara antusias. "Derdy nanti nanya begini, apa selama proses syuting Kafka sering godain kamu? Karena kan kamu cantik, siapa tahu Kafka pernah iseng deketin dan ngomong hal-hal yang menjurus ke menggoda?" jawab Livia. Kiara terpaku sejenak. Berusaha mengingat pembicaraannya dengan Kafka saat awal mula syuting. Bahkan ketika perkenalan pertama dan acara reading bersama pemain film lainnya. "Oh iya, itu pertanyaan bagus. Kafka memang sering menggoda aku. Dan membujuk aku supaya mau ada adegan ciuman karena katanya film romance kalau n
Seingat Kiara, Di film pertamanya berakting bersama Kafka, sikap aktor itu padanya masih terjaga. Kfka mengakui sendiri pada Kiara, bahwa sebenarnya di film pertama, dia sudah tertarik dengan Kiara. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena ketika itu Kafka sudah punya kekasih. Tetapi di film keduanya bersama Kiara, Kafka mulai sering menggoda Kiara karena Kafka sedang tidak memiliki hubungan romantis dengan siapa pun. Walau pun Kiara sudah mengingatkan Kafka bahwa dia telah memiliki kekasih. Kiara terang-terangan menyebutnama Alaric Kanigara sebagai kekasihnya. "Semua orang juga tahu aku dan Alaric pacaran. Semua fansku tahu. bahkan aku memposting foto ketika aku bertukar cincin pertunangan dengan Alaric. Dia pun tahu karena dia mengaku follow instagramku dan melihat semua psotinganku. Tapi dia tetap menggodaku walau dia tahu aku sudah bertunangan," kata Kiara melanjutkan ceritanya. "Hm, memang setahuku, Kafka itu terkenal playboy. Nggak peduli ada artis ce
"Oh iya, kamu bilang, kamu sudah dilamar Alaric? Lalu, kapan kalian akan menikah?" tanya Derdy sambil menatap bergantian ke Alaric dan Kiara. "Tiga bulan lagi," jawab Kiara dan Alaric berbarengan, lalu keduanya saling pandang dan tersenyum. "Ah, so sweet banget dong. Ini harus disampaikan ke penonton. Oke, kamu sudah menceitakan semua tentang Kafka, kan? Sekarang kita siap-siap syuting yuk," kata Derdy. Dia bangun dari duduknya. Lalu menunggu yang lain juga berdiri. Setelah itu, Derdy berjalan memandu ke sebuah ruangan yang dia jadikan semacam studio podcast. Ada meja di tengah, lalu ada empat kursi mengelilingi meja oval itu. Kiara dan Alaric duduk bersebelahan, sementara Derdy duduk di berhadapan dengan keduanya. Mereka mulai bersiap-siap. Mengecek michrophone, memasang kamera. Ada satu kameramen yang merekam acara itu. Sementara Livia duduk di samping kameramen sambil mengawasi hasil rekaman di layar kamera. Oke, kita siap-si
Perkiraan livia tepat sekali. Acara bincang-bincang Derdy Kordoba dengan Kiara di saluran youtube Derdy telah berhasil menarik banyak perhatian netizen. Views-nya mencapai satu setengah juta dalam sehari. Banyak komen yang mendukung dan percaya pada Kiara, walau ada beberapa gelintir yang tetap menjelekkan Kiara. Tapi Kiara tak mau memikirkan komentar-komentar negatif yang tidak seberapa itu. "Oke, sekarang, kamu sudah bisa mulai fokus ke kerjaan kamu selanjutnya. Dan persiapan pernikahanmu sama Alaric. Lupakan soal Kafka," kata Livia esok harinya, setelah dia dan Kiara sarapan santai di apartemen Kiara. "Tapi kalau nanti masa promosi filmku dan dia, aku terpaksa bakal ketemu dia lagi," sahut Kiara. "Kalau ketemu dia, bersikap aja biasa. Nggak usah menyapa duluan. Nggak usah senyum karena nanti dia salah paham, nanti dia kegeeran dikira suka sama dia," kata Livia. "Bukan hanya aku nggak akan menyapa duluan, aku juga nggak mau ngomong tentang a
"Sayang, kapan kamu bikin film baru lagi?" tanya Kiara sambil merebahkan kepalanya di bahu Alaric. Malam ini Alaric datang ke apartemennya untuk makan malam bersama. Livia sudah menyingkir masuk ke kamarnya karena tak ingin menganggu Kiara dan Alaric yang mengobrol di ruang menonton TV. "Kiara, aku kan baru selesai bikin film. Baru istirahat dua hari, kamu sudah nanyain kapan aku bikin film lagi?" Alaric balik bertanya. "Yah, siapa tahu sudah ada film yang rencananya akan dibuat. Rencana kan bisa disusun sejak sekarang, Mas. Walau pun mungkin syutingnya dua bulan lagi atau empat bulan lagi. Iya, kan? Biasanya begitu, kan?" jawab Kiara. "Ya, memang. Kalau baru rencana sudah ada. Aku pengin bikin film drama keluarga yang sangat penuh makna. Pahit, pedih, mengharukan, tapi ada sedikit kebahagian dan harapan di akhirnya," kata Alaric. "Sedikit kebahagian? Berarti nggak happy ending?" tanya Kiara. "Ini bukan film romance yang biasa
Alaric terkejut. Tidak biasanya Kiara mendadak mengecup pipinya. Kiara bangun dari duduknya hendak kabur menjauh dari Alaric. Tetapi Alaric bergerak lebih ceepat, dia menarik pinggang Kiara hingga kekasihnya itu kembali duduk di sofa dekat di sampingnya. "Apa maksudnya tadi? Kamu mulai berani menciumku?" tanya Alaric. "Cuma cium pipi. Karena aku senang aja sama jawaban-jawaban kamu tadi," jawab Kiara. "Hm, jadi, kalau kamu nanya dan suka sama jawabanku, kamu bakal nagsih aku hadiah ciuman di pipi?" tanya Alaric lagi. "Ya nggak selalu. Kalau aku lagi mood pengin nyium aja," jawab Kiara sambil menahan senyum geli. "Apakah kalau nanti kita sudah menikah sikapmu akan seeprti ini juga?" Alaric masih bertanya lagi. "Seperti ini gimana?" Kiara balik bertanya. "Mau nyium aja mesti nunggu mood bagus," jawab Alaric sambil menyindir. "Ya nggak dong. Sekarang aku kayak gini kan karena kita belum menikah, jadi harus ingat batasan ki
Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah
Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.
"He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me
Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di
Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah
"Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap
Di bandara Sokarno Hatta, Kiara dan Alaric berpisah dengan Livia karena tujuan mereka berbeda. Kiara merasa aneh dan belum terbiasa dengan situasi ini. Dia masih belum terbiasa tinggal serumah dengan Alaric dan berpisah dari Livia. Tetapi ini lah hidupnya sekarang. Dia sudah memulai membangun sebuah keluarga bersama Alaric. Sopir Kiara masih bekerja dengannya. Karena Kiara masih membutuhkannya jika dia nanti punya kegiatan yang berbeda dengan Alaric. Kiara sudah meminta sopirnya itu menjemputnya di bandara sejak kemarin. Maka, kini Kiara dan Alaric sudah berada di jok belakang mobil Kiara yang dikendarai sopir Kiara. Kiara menyandarkan kepalanya ke bahu Alaric. Alaric hanya melirik istrinya itu dan tersenyum. Dia biarkan Kiara bersandar padanya. Satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen baru mereka. Kiara tentu saja sudah beberapa kali ke apartemen ini, tetapi tidak pernah menginap. Apartemen yang sebenarnya dibeli Alaric tetapi untuk mereka tinggali
Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa
Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat