Livia mulai mengepak barang apa saja yang akan dia bawa selama jalan-jalan. Dia membawa tas ransel besar. Ada sepasang sepatu yang harus dipromosikan oleh Kiara, ada dua pasang gaun yang juga harus dipromosikan olehnya.
Dalam membuat video untuk mempromosikan barang yang diendors Kiara, memang biasanya Livia yang merekam hanya melalui ponsel. Video yang sederhana, yang penting bisa menjelaskan keunggulan produknya dan menampilkan Kiara yang terlihat cantik mengenakan produk tersebut.
"Nanti kita sekalian bikin video produk yang harus kamu promosiin ya. Kayaknya bagus deh kalau kamu promosiin produk sambil ngasih tahu ke pemirsa IG story kamu nanti kita berada di mana, kasih info aja misalnya kita sedang berada di rumah Ibu Fatmawati," usul Livia.
Kiara mengangguk senang. "Aku setuju usulmu itu. Liv, aku memang beruntung punya manajer kamu. Kamu itu sudah baik, genius pula. Ide-ide kamu selalu brilian bisa bikin aku tetap bersenang-senang walau sambil bekerja,
Hai, lanjut lagi ya bacanya. Salam, Arumi
Kiara memandang sekelilingnya dengan takjub. Antiknya bangunan ini, taman yang hijau dan rapi. Dia tak mengira ada tempat menarik seperti ini di Kota Bengkulu. "Liv, kamu kok bisa tahu aja deh tempat yang artistik. Ini cocok banget lho bikin video di sini. Eh, iya, Liv. Aku baru ingat. Kenapa kita nggak sekalian aja bikin buat konten youtube-ku. Memang aku bukan youtuber full time yang tiap hari publish konten. Tapi bagus lho ini buat konten youtube. Nambah pengetahuan penonton juga," kata Kiara. "Aku sudah memikirkan itu sejak tadi, Ra. Karena itu tadi di Rumah Ibu Fatmawati aku juga merekam kamu dan minta kamu nyeritain kita ada di mana, apa yang kita lihat. Kamu mengira sedang akting pura-pura bawain acara TV traveling, padahal aku merekammu untuk konten youtube," jawab Livia. "Astaga Livia! Kenapa kamu genius banget sih? Dan selalu berpikir satu langkah lebih dulu dari aku. Ya Tuhan, aku jadi malu karena selalu telat mikir dibanding kamu," sahut Kia
"Ya ampun. Sudah jam dua siang. Kita belum makan siang. Pantesan aku lapar banget. Kamu nggak lapar, Liv?" tanya Kiara melihat jam tangannya saat perutnya mulai berbunyi. "Aku kan tadi sudah nanya, kamu mau makan siang dulu nggak sebelum ke Benteng Marlborough. Tapi kamu bilang masih kepagian, nanti aja makannya," jawab Livia. "Tadi sih memang masih kepagian. Tapi sekarang sudah kesiangan. Ya sudah yuk, kita makan siang dulu. Setelah makan siang, kita ke balik ke hotel aja ya, Liv. Aku capek juga," kata Kiara. "Iya, setelah makan kita balik ke hotel. Aku juga mau mulai ngedit video ini," sahut Livia. Kiara tersenyum pada Livia. Manajer sekaligus sahabatnya ini memang luar biasa dan serba bisa. Sebenarnya Kiara punya tim khusus yang ia tugaskan mengedit video untuk akun youtube-nya. Tapi karena dia jarang memasang video baru di akun youtube-nya itu, akhirnya Livia belajar mengedit sederhana. Dia cukup bisa menambahkan teks, musik dan menyambung-nyambun
Setelah setia menunggui Alaric bekerja selama di Bengkulu, akhirnya Kiara bisa bernapas lega. Hari ini syuting terakhir film yang disutradarai Alaric. "It's wrap!!" teriak salah satu kru yang disambut teriakan yang sama oleh kru lain sambil bersorak sorai. "Alhamdulillah akhirnya selesai dan semua berjalan lancar," ucap kru lainnya yang ingat untuk mengucap syukur. "Makasih ya, Bung Alaric," ucap Selia pada Alaric sambil terenyum dan mengacungkan ibu jari. "Kamu juga ya, makasih sudah berakting dengan baik," sahut Alaric sambil balas tersenyum dan mengangguk. Pemain film lainnya juga mengucapkan terima kasih pada Alaric dan menyalaminya. Alaric tersenyum puas melihat hasil syuting terakhir yang diputar ulang oleh kameramen. "Ya, sip. Makasih, Ben," kata Alaric pada kameramen. Alaric melihat jam tangannya. Sudah jam sembilan malam. Dia menoleh ke sekelilingnya, baru kemudian dia berhenti ketika dilihatnya
"Oh ya? Jadi, apa saja alasanmu kenapa mencintaiku?" tanya Kiara menanggapi ucapan Aalric yang mengatakan dia punya banyak alasan mengapa mencintai Kiara. "Aku sudah sering bilang, kan? Kamu sendiri bisa bilang jatuh cinta nggak perlu alasan. Memangnya kamu nggak tahu kenapa kamu mencintaiku? Apa iya kamu mencintaiku tanpa alasan?" Alaric balik bertanya. "Mas gimana sih? Ditanya malah balik nanya," sahut Kiara. "Aku kan sudah sering bilang kenapa aku mencintaimu," balas Alaric. Ya, Alaric memang sering mengatakan kenapa dia mencintai Kiara. Sebenarnya tidak sering, tapi Alaric pernah mengatakannya dua kali, menjawab pertanyaan Kiara dan pertanyaan ayah dan ibu Kiara. "Aku pengin mendengarnya lagi. Boleh, kan Siapa tahu alasanmu bertambah. Asalkan jangan berkurang," ucap Kiara sambil tersenyum dan menatap Alaric menggoda. "Ternyata kamu manja juga," komentar Alaric. "Cowok suka kan, kalau sesekali ceweknya bermanja-manja?"
Malam itu Kiara tidur nyenyak. Walau hanya satu jam mengobrol berdua Alaric, sudah membuatnya merasa senang. Malam ini adalah malam terakhirnya di Bengkulu. Entah kapan dia akan berkunjung ke kota ini lagi, tapi tempat ini akan menjadi salah satu kenangannya yang terindah. Esok harinya mereka hanya memiliki waktu sebentar untuk sarapan, kemudian berkemas karena pukul sebelas siang mereka sudah harus ada di bandara untuk kembali ke Jakarta. Kiara tidak membawa oleh-oleh apa pun. Karena tak ada pula yang harus dia berikan oleh-oleh. Tetapi dia membeli dua buah kaos bergambar dan tulisan Kota Bengkulu hanya sekadar sebagai kenang-kenangan. Kaos itu berwarna putih dengan ganbar Pantai Panjang berwarna cerah. Kiara memaksudkan kaos itu sebagai kaos couple dengan Alaric, karena itu dia membeli dua. Kiara tersenyum geli sendiri teringat idenya menciptakan kaos couple. Dia yakin Alaric tak akan tega menolak permintaannya. Pukul setengah sepuluh pagi mer
"Kalau saat aku ke sebuah kota dan kamu ada kerjaan lain, kamu nggak bisa ikut aku, kan?" tanya Alaric menanggapi permintaan Kiara yang ingin ikut jika Alaric berkunjung ke kota-kota di seluruh Indonesia. "Lho, kan kamu pernah minta aku cuma main di film yang kamu sutradarai dan aku setuju. Itu artinya, kita bakal ke mana aja bareng," jawab Kiara. "Tapi, kerjaan kamu bukan cuma main film aja, kan? Kontrak kamu sebagai Brand Ambassador La Belle juga diperpanjang," sahut Alaric. "Ah, kalau pekerjaan yang berhubungan dengan La Belle nggak banyak kok. Yang penting, kita bakalan sering pergi ke mana aja bareng. yah, mungkin sekali-sekali bakal misah ketika kita sedang punya pekerjaan yang berbeda. Tapi, kalau aku main di film yang kamu sutradarai, aku bakal sering bareng kamu," kata Kiara lagi. Alaric tersenyum. Dia melingkarkan lengannya ke punggung Kiara, dan dia merangkul bahu Kiara. Kiara pun semakin nyaman merebahkan kepalanya di bahu Alaric. Livia be
Pesawat yang ditumpangi Kiara dan Alaric mendarat di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng dengan mulus. Kiara menghela napas lega. Livia sudah berhenti menonton film sebelum pesawat mulai turun. Kiara tak menyangka, begitu dia mengambil barang bersama Livia dan Alaric yang selalu berada di sampingnya, dan mereka baru saja melangkah ke pintu keluar, beberapa awak media sudah mendekati mereka dan langsung menghujani mereka dengan berbagai pertanyaan. "Mbak Kiara, Mas Alaric, jadi gimana hubungan kalian? Tetap baik-baik saja ya?" tanya seorang awak media. "Wah, Mbak Kiara sengaja nih ya nemenin Mas Alaric syuting di Bengkulu?" tanya awak media lainnya. Kiara hanya menatap berkeliling beberapa awak media itu, yang kira-kira ada sepuluh orang berikut dengan kameramen masing-masing. Kiara tak habis pikir dari mana mereka tahu Kiara dan Alaric pada jam sekarang ini akan sampai di bandara? "Mbak Kiara kan beberapa hari lalu sudah bikin konferensi
"Liv, memangnya ada kabar apa lagi di internet? Wartawan tadi bilang Kafka mengaku kalau ciuman itu memang terjadi? Apa-apaan sih dia?" ujar Kiara mulai muncul kekesalan yang sejak di bandara dia tahan setelah mendengar pertanyaan awak media. "Sebentar, aku cek dulu. Selama di pesawat tadi aku kan nggak nyalain tablet dan ponsel, otomatis jadi nggak ngecek internet," jawab Livia. Kiara berjalan mondar-mandir terlihat sangat resah sambil menahan kesal. Sedangkan Alaric malah merebahkan tubuhnya di sofa dan berusaha tetap tenang walau dia pun memiliki pertanyaan yang sama dengan Kiara. Livia bergegas mengecek berita-berita hiburan di internet, lalu mencari trending topic di twitter. Dan ya, dia langsung menemukan video Kafka yang sudah dibagikan berkali-kali, hingga ratusan kali. Hampir menyentuh seribu kali. Betapa cepatnya video itu disebarkan. Livia memperbesar volume tabletnya hingga maksimal, lalu dia putar video pernyataan Kafka yang seper
Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah
Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.
"He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me
Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di
Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah
"Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap
Di bandara Sokarno Hatta, Kiara dan Alaric berpisah dengan Livia karena tujuan mereka berbeda. Kiara merasa aneh dan belum terbiasa dengan situasi ini. Dia masih belum terbiasa tinggal serumah dengan Alaric dan berpisah dari Livia. Tetapi ini lah hidupnya sekarang. Dia sudah memulai membangun sebuah keluarga bersama Alaric. Sopir Kiara masih bekerja dengannya. Karena Kiara masih membutuhkannya jika dia nanti punya kegiatan yang berbeda dengan Alaric. Kiara sudah meminta sopirnya itu menjemputnya di bandara sejak kemarin. Maka, kini Kiara dan Alaric sudah berada di jok belakang mobil Kiara yang dikendarai sopir Kiara. Kiara menyandarkan kepalanya ke bahu Alaric. Alaric hanya melirik istrinya itu dan tersenyum. Dia biarkan Kiara bersandar padanya. Satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen baru mereka. Kiara tentu saja sudah beberapa kali ke apartemen ini, tetapi tidak pernah menginap. Apartemen yang sebenarnya dibeli Alaric tetapi untuk mereka tinggali
Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa
Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat