Hari pernikahan Kiara dan Alaric semakin dekat. Seminggu lagi. Kiara masih harus menyelesaikan pekerjaannya hari ini dan besok sebelum dia meliburkan dirinya seminggu dan tidak menerima job sampai dua hari setelah hari pernikahannya.
Hari ini setelah Kiara menyelesaikan pekerjaannya untuk pemotretan sebuah majalah, dia pun bersiap bertemu Alaric yang akan menjemputnya, dan mereka akan langsung menuju butik yang membuat pakaian pengantin mereka untuk dicoba terakhir kalinya setelah sebelumnya sudah mereka coba dan ukurannya diperbaiki di beberapa bagian.
Livia yang sejak tadi mendampingi Kiara selama pemotretan, dizinkan Kiara untuk ke mana saja terserah Livia. Tetapi Livia memilih pulang ke apartemen Kiara diantar sopir Kiara.
Sebenarnya, Livia sudah mengusulkan pada Kiara dan Alaric untuk merekam kegiatan mereka mempersiapkan pernikahan seperti pasangan artis lain, lalu memublikasikannya di saluran youtube mereka. Tetapi Kiara dan Alaric tidak mau mengumbar
Selamat baca lanjutan cerita ini. Salam, Arumi
Alaric keluar lebih dulu dari ruang ganti. Laki-laki memang lebih cepat berganti pakaian dibanding perempuan. Jenita mengecek pakaian pengantin Alaric, kemudian memintanya berkaca di cermin besar yang memantulkan keselurahan pantulan tubuhnya. "Bagus. Sekarang benar-benar pas. Nyaman juga kan rasanya saat kamu pakai?" komentar Jenita sambil bertanya. "Iya, ini sudah cocok. Nggak kebesaran, nggak kesempitan. Pas. Aku masih bisa bergerak dengan nyaman," jawab Alaric. Kemudian barulah Kiara keluar dari ruang ganti. Dia sengaja berjalan perlahan mendekati Alaric. Alaric menoleh dengan mata membelalak dan mulut terbuka saking terpananya melihat calon istrinya. "Kamu cantik banget, sayang. Pakaian itu membalut pas tubuhmu," kata Alaric memberikan penilaian tanpa ditanya. "Waktu fitting yang pertama kan kamu sudah lihat aku pakai baju ini," sahut Kiara. "Tapi waktu itu kan pakaiannya belum benar-benar selesai dibuat, ada yang masih dija
Hari itu akhirnya tiba. Acara akad nikah Kiara dan Alaric. Perasaan Kiara tak keruan, antara gugup, senang, takut, tak sabar. Namun dia berusaha terlihat tenang dengan sering tersenyum. Dia sudah mengenakan pakaian pengantin untuk akad nikah yang seluruhnya berwarna putih terang. Wajahnya pun sudah dirias dengan tidak terlalu berlebihan, tapi bisa memunculkan kecantikan Kiara yang lebih dari biasanya yang membuat banyak orang pangling padanya. Dalam bahasa Jawa disebut 'manglingi'. "Liv, please, kamu harus ada di sampingku ya. Aku gugup, Liv," bisik Kiara pada Livia yang selalu setia berada di sampingnya. "Iya, aku akan menemani kamu sebelum pembacaan ijab qabul dimulai. Setelah selesai, Alaric yang akan duduk di samping kamu, bukan aku. Tepatnya, nanti kamu yang mendatangi Alaric dan duduk di sampingnya," sahut Livia juga dengan suara berbisik. "Iya, maksudku selama aku nunggu di sini, kamu harus di sampingku terus," bisik
Resepsi pernikahan Kiara dan Alaric diselenggarakan tidak terlalu lama jarak waktunya dengan akad nikah. Karena resepsi pernikahan ini berkonsep pesta kebun, maka acara sudah dimulai sejak pukul dua siang, dan akan berakhir pukul lima sore. Untuk makanan, di beri atap tenda-tenda agar terlindung dari sinar matahari. Hanya ada sekitar dua ratus tamu yang diundang dan yang datang sekitar lima ratus orang karena masing-masing undangan mengajak rekan atau pasangannya datang ke pesta ini. Kiara menyewa jasa penyanyi baru yang sedang menanjak namanya yang juga teman baiknya untuk menyanyikan lagu-lagu romantis. Alena adalah nama penyanyi itu. Ternyata Alena mengajak tiga temannya untuk bermain musik mengiringinya bernyanyi. Acara dimulai dengan sambutan dari para orang tua. Mereka juga memberi nasihat-nasihat untuk Kiara dan Alaric. Lalu tiba saatnya pasangan pengantin memotong kue. Staf tempat itu membawa kue pengantin Kiara dan Alaric ke hadapan mereka. K
setelah resepsi pernikahan selesai, Alaric memboyong Kiara ke sebuah hotel mewah di Surabaya. Mereka benar-benar tak ingin diganggu. Karena itulah mereka dengan sopan menolak tawaran orang tua Kiara untuk bermalam di rumah mereka. Alaric sengaja memesan kamar bulan madu, walau sebenarnya bagi mereka ini belum bulan madu yang sebenarnya. Kiara dan Alaric punya rencana akan berbulan madu di tempat lain di Indonesia sambil liburan hanya berdua. Mereka sudah berencana akan berbulan madu ke Labuan Bajo, kemudian mereka akan sekalian jalan-jalan ke Danau Kelimutu dan ke Wae Rebo. Mereka menginap di hotel mewah di Surabaya ini hanya untuk menikmati malam pertama mereka. "Akhirnya, kita bisa berduaan dan kita sudah menjadi suami istri," ucap Alaric sambil tersenyum. Kiara baru selesai mandi. Sekarang sudah pukul delapan malam, dan mereka baru sampai di kamar hotel mereka. Karena setelah acara resepsi tadi, mereka masih harus mengurus beberapa hal,
Awalnya ALaric hanya mencium lembut bibir Kiara, lalu mengulumnya. Awalnya Kiara hanya pasrah diam saja membiarkan bibirnya dikulum Alaric, tapi tak lama dia bereaksi membalas mengulum bibir Alaric. Cukup lama mereka saling memagut bibir hingga lidah mereka pun ikut bermain. Hingga akhirnya Alaric melepaskan bibirnya dari bibir Kiara saat dia merasa Kiara mulai sulit bernapas. Mereka saling menatap dengan napas tersengal-sengal. Kemudian mereka berdua tertawa. "Ah, seperti dugaanku, bibir kamu nikmat banget," ucap Alaric sambil tersenyum nakal. Kiara memelotot. "Kamu sering nyium cewek ya, makanya kamu jago banget mencium," sahut Kiara. "Yah, jujur ya. Aku belajar ciuman hebat seperti tadi dari pacarku saat aku kuliah di Paris. Gadis Prancis asli yang sangat pandai mencium. Karena itu ada istilah french kiss, karena cara mereka mencium memang luar biasa," balas Alaric. Kiara terbelalak. "Mas Aric! Ugh, nyebelin! Aku nggak mau
Esok paginya Kiara terbangun dengan tubuh terasa sakit di beberapa bagian. Dia mengerjap. Tirai jendela sudah dibuka, dan sinar matahari sudah tampak terang. Tampaknya sudah lebih dari pukul tujuh pagi. Dia mencium aroma kopi yang baru diseduh. Wangi sekali. Kiara berusaha mengangkat kepalanya. Namun terasa agak berat. Sepertinya dia agak pusing. Tiba-tiba saja keningnya dikecup. Kiara mengerjap lagi beberapa kali, sampai akhirnya matanya bisa melihat dengan jelas wajah seseorang yang menunduk dan mendekat ke wajahnya. "Good morning, Sweetheart," sapa sosok itu lalu tersenyum. Kiara terbelalak sekejap. Itu Alaric. Suaminya. Yang semalam telah membuatnya ... "Kamu mau minum apa, Sayang? Kopi atau teh?" tanya Alaric. "Teh hijau," jawab Kiara. Alaric mencari bungkus teh hijau di kotak berisi beragam teh yang disediakan hotel. "Ah, untung ada satu teh hijau. Aku seduh dulu ya. Kamu nggak mau kopi?" kata Alari
Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat
Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa
Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah
Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.
"He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me
Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di
Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah
"Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap
Di bandara Sokarno Hatta, Kiara dan Alaric berpisah dengan Livia karena tujuan mereka berbeda. Kiara merasa aneh dan belum terbiasa dengan situasi ini. Dia masih belum terbiasa tinggal serumah dengan Alaric dan berpisah dari Livia. Tetapi ini lah hidupnya sekarang. Dia sudah memulai membangun sebuah keluarga bersama Alaric. Sopir Kiara masih bekerja dengannya. Karena Kiara masih membutuhkannya jika dia nanti punya kegiatan yang berbeda dengan Alaric. Kiara sudah meminta sopirnya itu menjemputnya di bandara sejak kemarin. Maka, kini Kiara dan Alaric sudah berada di jok belakang mobil Kiara yang dikendarai sopir Kiara. Kiara menyandarkan kepalanya ke bahu Alaric. Alaric hanya melirik istrinya itu dan tersenyum. Dia biarkan Kiara bersandar padanya. Satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen baru mereka. Kiara tentu saja sudah beberapa kali ke apartemen ini, tetapi tidak pernah menginap. Apartemen yang sebenarnya dibeli Alaric tetapi untuk mereka tinggali
Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa
Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat