Beranda / Romansa / Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi! / Bab 13. Cemburu? Omong Kosong!

Share

Bab 13. Cemburu? Omong Kosong!

Penulis: Solana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-02 18:01:13

‘Mencari perhatian?’

Ucapan Aiden bergaung di benak Primrose, membuat jantungnya seketika berdegup dengan kencang. 

Sepasang matanya memindai sekitar dengan resah. Kasak-kusuk kembali memenuhi ruangan seperti dengung lebah. 

“Ya ampun, Tuan Aiden pasti malu sekali.”

“Bisa-bisanya Primrose membuat drama di pesta anak orang!”

Dada Primrose terasa sesak. Kata-kata Aiden, hinaan di sekitarnya, seperti hantaman keras yang membuatnya kesulitan bernapas.

Mengapa justru dia yang disalahkan? Mengapa orang-orang ini seakan membenarkan apa yang dilakukan oleh Aiden dan keluarganya?

Primrose merasa sem

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 14. Sebuah Penawaran

    Hari ini, Primrose duduk sendirian di bangku taman panti asuhan yang dulu menjadi tempatnya tubuh hingga cukup dewasa.Anak-anak tampak bermain dengan riang sambil bersenda gurau. Primrose menatap keceriaan mereka dengan tatapan hampa. Pikirannya melayang jauh ke masa lampau.Dulu, ketika tinggal di sini, ia tidak pernah merasa kesepian. Semua orang di sana sudah seperti keluarga yang selalu menemaninya. Namun, semuanya berubah ketika Tuan Anthon—pemilik yayasan—mendadak memintanya untuk menjadi istri Aiden, cucu tertuanya.Ketika Primrose bertanya mengapa ia yang dipilih oleh pria tua itu, Tuan Anthon berkata, “Hanya kau yang bisa aku percaya, Primrose. Aku akan merasa tenang kalau kau yang menemani Aiden setelah aku tiada.”Hingga saat ini, Primrose masih tidak mengerti mengapa lelaki tua itu memilihnya.Tuan Anthon adalah orang yang bijaksana. Apakah ada alasan lain yang lebih besar di balik semua ini?“Tapi semua itu sudah tidak penting lagi,” gumam Primrose. Pada akhirnya, perni

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 15. Pria Misterius

    Keesokan paginya, begitu membuka mata, perasaan Primrose terasa jauh lebih ringan dibanding hari-hari sebelumnya.Setelah membersihkan diri, ia langsung bergegas menuju dapur. Ia membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan sederhana untuk membuat sarapan.Primrose sadar, selama ini Aiden tidak pernah memakan apapun yang ia hidangkan untuknya. Pria itu biasanya langsung pergi ke kantor tanpa repot-repot singgah ke meja makan.Akan tetapi, Primrose tetap melakukannya. Ini sudah menjadi rutinitas yang ia jalani selama bertahun-tahun.Tak lama kemudian, Aiden turun dari lantai dua. Ia mengenakan jas berwarna navy yang melekat dengan pas di tubuh atletisnya. Wajahnya datar, tak ada ekspresi khusus yang menunjukkan perasaan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 16. Seperti Mimpi

    “Terima kasih sudah membantuku,” kata wanita paruh baya itu setelah Primrose meletakkan gulungan kain di atas meja. Mereka baru saja tiba di sebuah ruangan dengan beberapa manekin yang berjejer di dekat dinding. Meja panjang di ruangan itu tampak penuh dengan lembaran keras dan dokumen.“Tidak, Nyonya. Justru saya yang berterima kasih,” sahut Primrose, masih merasa tidak enak hati atas kejadian tadi. “Terima kasih karena sudah mengizinkan saya untuk melihat tempat ini.”Wanita itu tersenyum ramah. “Kau ingin menemui seseorang? Atau ada urusan di sekitar sini?” Primrose menelan ludah. “O-oh, itu… saya hanya—”“Prims!” Mereka menoleh ke arah pintu masuk dan mendapati Elise yang berjalan menghampiri mereka. “Kau benar-benar datang!” seru Elise, terlihat begitu senang melihat Primrose di sana. “Kalian saling kenal?” tanya wanita itu. “Dia teman yang kemarin aku ceritakan, Madam,” kata Elise, lalu memperkenalkan mereka. “Prims, ini Madam Sophie, kepala divisi desain. Madam, ini Primro

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 17. Kemarahan Aiden

    Aiden dan Celine akan segera menikah …Istri kedua …Kata-kata itu terus berputar di kepala Primrose hingga esok paginya saat ia dalam perjalanan menuju kantor. Selama enam tahun ini, Primrose tak ubahnya seperti orang ketiga dalam hubungan Aiden dengan Celine. Menjadi istri sah atau istri pertama, itu tidak ada artinya sama sekali.Akan tetapi, membayangkan ia harus tinggal serumah dengan wanita itu … melihat wajahnya setiap hari, mendengar ucapannya yang menyakitkan, Primrose tak sanggup. Membayangkannya saja sudah membuatnya lelah secara mental, apalagi jika menjalaninya dengan kesadaran penuh.“Aku harus pergi,” gumam Primrose. Ya. Bagaimana pun caranya, ia harus segera pergi. Tidak peduli jika Aiden menolak bercerai darinya.‘Aku harus mengumpulkan banyak uang agar bisa hidup mandiri.’ Primrose menjadikan itu sebagai alasan untuk melakukan pekerjaan ini dengan sebaik mungkin. Ia akan bekerja dengan giat, lalu pergi dan memulai hidup yang baru.“Prims!”Wanita itu menoleh bersam

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 18. Selamat Tinggal

    “Kau menyakitiku, Aiden…,” lirih Primrose. Air mata menggenang di pelupuk matanya, napasnya memberat karena Aiden masih menghimpitnya ke dinding.Namun, pria itu tidak lantas melepasnya begitu saja. Kedua tangan Primrose berusaha menjauhkan tangan besar yang mengapit dagu kecilnya. Tapi tenaganya tidak seberapa dengan kekuatan pria itu.“Kau pikir kau punya hak untuk ikut campur?” desis Aiden, semakin memajukan wajahnya hingga hidung mereka nyaris bersentuhan. “Kau bukan siapa-siapa!”Napas Primrose tersengal. Tangannya masih berusaha melepaskan tangan Aiden. “Lepas, Aiden… sakit!”Aiden mendengus lalu menarik tangannya dengan kasar. Primrose terhuyung dan terbatuk hebat. Ia mengusap pipinya yang terasa sakit dan kebas.Pria itu menatapnya dengan dingin, seolah tidak peduli bahwa ia baru saja menyakitinya.“Aku tidak pernah mengajarimu untuk bersikap lancang,” kata Aiden, raut wajahnya menyiratkan begitu banyak hal. Namun tak ada sedikit pun penyesalan. Bibir Primrose gemetar saat b

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 19. Tolong Rahasiakan Ini

    Sudah tiga hari Primrose pergi dari kediaman utama keluarga Reeves.Primrose tidak tahu apakah Aiden berusaha mencari atau menghubunginya, sebab ia sudah mengganti nomor ponselnya dengan yang baru. Dan Primrose berusaha untuk tidak peduli. Tidak ada kabar apapun berarti pertanda baik. Ia berharap tidak akan bertemu lagi dengan Aiden sampai kapanpun. “Primrose, apakah kau sudah menyelesaikan draft-nya?” Salah satu rekan satu tim Primrose menghampiri mejanya, membuat lamunan wanita itu seketika buyar. Ia menyerahkan sebuah dokumen dan tersenyum kecil. “Sudah. Tapi mungkin kau bisa memeriksanya lebih dulu. Kalau ada yang kurang sesuai, aku akan segera memperbaikinya.” “Terima kasih,” kata wanita itu sambil membolak-balik dokumen, membaca draft konsep untuk pameran busana yang akan diadakan dalam waktu dekat ini.Primrose duduk tegang di kursinya sembari memperhatikan rekannya memeriksa hasil kerjanya selama beberapa hari ini. Primrose sebenarnya masih beradaptasi dengan ritme kerja

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 20. Kebetulan?

    “Bagaimana mungkin tidak ada yang tahu Primrose pergi?!” Pagi itu, para pelayan yang berdiri berjajar di depan ruang kerja tersentak mendengar bentakan Aiden. Raut wajah mereka tampak pucat dan gelisah, tidak menduga sang tuan akan semarah ini. Mereka semua tahu bagaimana sikap Aiden pada Primrose selama ini. Mereka pikir, kepergian wanita itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Bahwa Aiden tidak akan peduli. Namun, dugaan mereka ternyata salah. Dan mereka tidak siap menerima kemarahan pria itu.“Kami pikir Nyonya hanya pergi sebentar, Tuan,” sahut kepala pelayan dengan kepala tertunduk dalam. Suaranya tercekat dan ragu-ragu. “Tapi Nyonya tidak juga kembali. Saya mohon maaf karena tidak sempat menanyakan ke mana Nyonya pergi.”Rahang Aiden masih tampak mengetat. Ia lalu menyergah napas kasar sambil berkacak pinggang. “Paling tidak, kau bisa menghubungiku.”“Maaf, Tuan.” Pelayan itu membungkukkan badan, memohon ampun atas kelalaiannya. “Saya akan membuat laporan ke kepolisian untuk menca

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 21. Bersembunyi

    Primrose menelan ludah sambil memutari pilar untuk menyembunyikan tubuhnya. Ia tak punya ruang gerak yang leluasa untuk berlari menjauh karena Aiden pasti akan melihatnya. ‘Semoga dia tidak melihatku….’ Primrose membatin gugup. Ia mengintip dan melihat Aiden tengah berbincang serius dengan asistennya.Tepat saat Aiden hanya berjarak beberapa meter darinya, pria itu berbelok ke arah kanan, menjauhi Primrose dan tempat persembunyiannya. “Prims?” Primrose terlonjak kaget saat Wendy tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya dan menatapnya terheran-heran. “Sedang apa di sini? Bukankah tadi kau mau ke toilet?” Primrose menatap Wendy sejenak sebelum menoleh ke arah perginya Aiden. Tepat saat itu, Aiden juga menatap ke arahnya. Primrose buru-buru berbalik dan menarik tangan Wendy untuk pergi dari sana. “Hey, ada apa? Kenapa tiba-tiba menarikku?” tanya Wendy bingung, tapi ia mengikuti langkah Primrose yang tergesa ke arah toilet. “Temani aku ke toilet!” desis Primrose panik. Mereka berjal

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 31. Bertemu di Pameran Pernikahan

    Primrose keluar dari ruang rapat dengan wajah tegang. Keputusan perusahaan untuk tetap bekerja sama dengan Kings Hotel membuat perasaannya campur aduk. Primrose tahu, itu adalah pilihan terbaik dari yang terburuk. Bagaimanapun, mereka sudah terlanjur kesal dengan pihak hotel yang terkesan mempermainkan mereka. Hanya saja, itu adalah tempat yang paling cocok dengan konsep yang sudah disusun. Ditambah lagi, semua persiapan sudah hampir rampung.“Hah … menyebalkan sekali!” gerutu Wendy di sebelahnya. “Kita jadi harus bolak-balik merapikan venue gara-gara pihak hotel yang labil!”Primrose tersenyum kecut. “Paling tidak, itu masih lebih baik daripada pindah tempat,” katanya.Wendy mengerucutkan bibir. “Tapi bagaimana dengan Hartington Hotel? Bukankah itu hotel milik kenalanmu yang kapan hari kita tidak sengaja bertemu?”“Dari mana kau tahu?” tanya Primrose balik.“Gosip menyebar dengan cepat di tempat ini, kau tahu?”Primrose tersenyum miris. “Benar juga,” katanya. “Kurasa Hartington ba

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 30. Peringatan dari Aiden

    Istriku …Istriku.Kata itu bergema di telinga Primrose seperti kaset rusak. Selama enam tahun menikah, tak pernah sekali pun Aiden memperlakukannya sebagaimana istri pada umumnya. Tapi kini, Aiden tiba-tiba mengklaimnya sebagai istri di depan pria lain. Untuk apa? Mengapa baru sekarang setelah Primrose ingin menyerah dan membangun hidupnya yang baru tanpa Aiden di dalamnya?“Aku tidak suka mengulang ucapanku, Matthias,” kata Aiden, penuh penekanan di setiap katanya. Ekspresi wajahnya masih tampak mengeras. Begitu pula dengan Matthias yang masih mencengkeram salah satu pergelangan Primrose, tak berniat melepaskannya meski tatapan Aiden seolah siap membunuhnya.Aiden lantas menarik tubuh Primrose hingga wanita itu terhuyung membentur dadanya.“Akh!”Tapi Matthias tidak melepas tangannya begitu saja.“Primrose pulang bersamaku,” balas Matthias sama keras kepalanya.Primrose menelan ludah melihat kedua pria itu saling melempar tatapan permusuhan yang begitu kental. Udara di sekitar

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 29. Menjauh dari Istriku!

    “Prims, seseorang dari divisi pemasaran mencarimu.” Primrose menoleh pada salah satu rekan kerjanya itu. “Di mana dia?” tanyanya. “Dia menunggumu di pantry.”“Baik. Terima kasih,” sahut Primrose. Ia merapikan kertas-kertas yang berserakan di mejanya, lalu pergi ke arah pantry. Sudah sejak kemarin ia ingin menemui Elise, tapi temannya itu seperti hilang ditelan bumi.“El,” panggilnya begitu tiba di pantry kantor yang tampak sepi. Hanya ada Elise yang duduk sendirian di kursi bar.“Aku mencarimu dari kemarin,” kata Primrose. “Apa yang terjadi?”Elise tampak murung. Kilatan sedih di matanya tidak dapat disembunyikan. “Maafkan aku, Prims….”Primrose mengerutkan kening. Ia belum sempat bertanya kenapa ketika Elise kembali bersuara.“Aku tidak tahu kalau Aiden ternyata orang yang seperti itu,” lirihnya sedih.Primrose mencekal pergelangan tangan temannya khawatir. “El, apa yang dia lakukan padamu?” Elise menggelengkan kepala. “Tidak ada. Dia hanya berkata agar tidak ikut campur dalam ur

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 28. Sudah Berani Terang-terangan

    “Ada apa, Prims?” tanya Matthias saat melihat Primrose memucat usai berbicara dengan seseorang di telepon. Wanita cantik itu menatapnya sejenak sebelum memaksakan senyum tipis. “Aku harus kembali ke kantor,” katanya. “Aku akan menghubungimu lagi nanti.”Primrose tidak menunggu tanggapan dari Matthias. Ia langsung berbalik dan keluar dari lobi dengan langkah tergesa. Matthias menatap kepergiannya dengan tatapan penuh perhitungan. “Padahal aku bisa mengantarmu,” gumamnya pada diri sendiri.Di sisi lain, Primrose tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini.Ia menduga-duga apakah Elise sudah mengatakan yang sebenarnya kepada Madam Sophie, atau Aiden yang menemui atasannya itu secara langsung. Primrose menghela napas panjang. Sepertinya, ia harus mulai mencari pekerjaan yang lain. Ia tidak akan bertahan lama di kantor ini jika Aiden sudah ikut campur.Sesampainya di kantor, Primrose langsung berjalan menuju ruangan Madam Sophie. Ia mengetuk pintu dan membukanya begitu wa

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 27. Bantuan Tidak Terduga

    Primrose bergeming. Sementara Elise terkesiap di sebelahnya. “Prims, bukankah dia suami—”Elise tak sempat melanjutkan ucapannya karena Aiden kini sudah berdiri di hadapan mereka. Tatapannya masih terpaku pada Primrose, tampak menikmati kilatan gugup yang mewarnai raut pias wanita itu. Primrose menelan ludah, tidak berani membayangkan apa yang akan dilakukan pria ini di tempat umum! Apalagi, saat ini semua mata tengah tertuju pada mereka, seolah menanti tontonan apa yang akan disuguhkan.Namun, tatapan Aiden berpindah pada wanita berambut pendek di sebelah Primrose. Pria itu mengulas senyum tipis yang membuat siapapun akan terkesima, tidak terkecuali Elise. “Selamat pagi, Nona,” sapanya ramah. Terlalu ramah. Sangat tidak cocok dengan citra Aiden yang selama ini Primrose kenal.“Se-selamat … pagi ….” sahut Elise dengan suara pelan dan terbata, seolah nyawanya tidak benar-benar di sana. Wajahnya bersemu merah muda karena ditatap sedemikian rupa. “A-ada yang bisa saya bantu, Tuan?”

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 26. Pembawa Sial

    Selama beberapa detik, Primrose tidak berani membuka matanya. Ia diam di posisi yang sama hingga tubuhnya yang kebas mulai gemetar. Napas Aiden masih terasa begitu dekat, namun tidak ada yang terjadi. Aiden tidak melakukan apapun selain diam menikmati ketakutan yang menjalari wanita di bawah kungkungannya itu. Primrose dapat merasakan udara di sekitarnya yang tadinya menyempit mulai mengembang. Hangat yang menguar dari tubuh Aiden seolah menguap, digantikan kelegaan hingga ia bisa menarik napas dalam-dalam.Ia membuka mata dan melihat Aiden sudah menarik diri. Pria itu berdiri selangkah di depannya sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana, tampak angkuh dan puas melihat Primrose yang menciut seperti anak anjing yang ketakutan. “Kalau kau mengaku bersalah dan memohon padaku, aku akan mempertimbangkan ulang pembatalan kerjasama itu,” kata Aiden memberi penawaran yang lebih terdengar seperti ancaman. Primrose menggertakkan gigi, tangannya mengepal seolah berusaha menguatkan diri

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 25. Di Gang Sempit

    Primrose mengepalkan tangan dengan kuat. Intonasi arogan pria itu membuat darahnya seolah membara oleh amarah. Ia tahu dengan pasti, Aiden melakukan ini dengan sengaja. “Tidak bisakah kau membiarkanku pergi, Aiden?” tanya Primrose dengan suara yang ia jaga setenang mungkin, meski sebenarnya ia ingin meledak dan menumpahkan kekesalannya pada pria itu. Aiden berjalan lebih dekat. Seringai keji dari bibirnya masih belum lenyap. “Kalau kau memang berniat pergi, kenapa tak pergi lebih jauh?” sindirnya. “Apa kau sengaja agar aku masih bisa menemukanmu?”Buku-buku jemari Primrose tampak memutih saking kuatnya ia mengepalkan tangan. “Aku tidak pergi untuk dicari, Aiden,” tekannya dengan nada tegas. “Aku hanya ingin memulai semuanya dari awal lagi!”Aiden terkekeh, tampak tidak terpancing oleh kemarahan wanita di hadapannya itu. Ia kemudian berkata dengan nada mengejek, “Setelah memiliki seseorang yang berpihak padamu, kau pikir kau bisa melakukan apapun sesukamu?”Primrose tertegun mendeng

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 24. Kau Suka Kejutan Dariku?

    “Dibatalkan? Apa maksudmu?!” Suara Madam Sophie menggelegar hingga terdengar sampai ke ruangan staf. Suasana di kantor pagi itu begitu menegangkan setelah Camille & Co. mendapatkan kabar bahwa pihak Kings Hotel membatalkan kerjasama secara sepihak dan mendadak tanpa pembicaraan apapun sebelumnya. “Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?! Acara akan diadakan dua minggu lagi! Orang gila mana yang tiba-tiba membatalkan kerjasama begitu saja?!” Setelah rentetan kalimat penuh kemurkaan itu, pintu ruangan kepala divisi desain menjeblak terbuka. Madam Sophie keluar dari ruangannya dan berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang. Dadanya naik turun dan kemarahan menguasai wajahnya hingga tampak memerah. “Aku akan bertemu dengan direktur. Kalian tetap bekerja seperti biasa,” kata wanita paruh baya itu dengan nada tegas. “Damian, ikut aku!” Ketua tim satu itu dengan gegas mengikuti langkah Madam Sophie meninggalkan ruangan. Keheningan yang pekat memerangkap ruangan divisi desain. Tak ada

  • Tuan Pewaris, Jangan Kejar Aku Lagi!   Bab 23. Keputusan Impulsif Aiden

    “Ada apa, Tuan?” tanya Thomas saat Aiden berjalan masuk ke dalam hall dan hanya diam menatap hiruk pikuk hall yang sudah disulap menjadi tempat peragaan busana, dengan panggung catwalk yang berdiri megah di tengah-tengahnya. Aiden memasukkan tangan ke dalam saku celana, menunggu dengan tenang, sementara matanya memicing ke arah pintu bertirai hitam di sisi panggung. Ia yakin baru saja melihat Primrose masuk ke dalam sana, entah melakukan apa. Namun, Aiden sudah menyusun beberapa praduga di benaknya. Dan ia ingin memastikan apakah dugaannya benar.Thomas terdiam di sebelahnya, ikut menunggu meski tidak tahu apa yang tengah dinantikan oleh sang tuan. Tak berapa lama kemudian, sosok yang ditunggu akhirnya muncul dari balik tirai hitam itu, tampak berbincang dengan seorang wanita paruh baya berpenampilan modis. “Bukankah itu Nyonya Primrose?” Thomas berujar, terkejut saat menangkap pemandangan yang tidak biasa itu.Tapi Aiden hanya membisu. Sepasang mata elangnya mengikuti Primrose ya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status