“Kamu jangan bercanda, kamu mendapatkan dua proyek besar berturut turut untuk perusahaan, dan proyek ini sudah dipastikan jika perusahaan kita tidak bisa mendapatkannya. Maka dari situ kita bisa melihat jika kemampuanmu memang luar biasa, direktur Sean pasti akan memilih manajer Mega untuk menjadi orang pertama yang dipindahkan ke Perusahaan Champion,” Khair tersenyum sumringah, meskipun hatinya merasa tidak nyaman. Tetapi, dia juga tidak berani menunjukkannya, karena suami Mega merupakan orang yang begitu hebat. “Itu karena keberuntunganku sedang bagus saja, sebenarnya ada seseorang yang membantuku mendapatkan kedua proyek itu,” Mega tersenyum, dia tidak khawatir jika Khair akan berkata yang tidak-tidak, jika ada seseorang yang membantunya juga merupakan kemampuan yang dia miliki. “Kamu terlalu rendah diri, sungguh, mengenai bagian pemasaran yang kita jalani ini, memiliki relasi yang kuat juga merupakan suatu kemampuan,” Khair mengatakannya dengan sungguh sungguh.
Di sisi lain, Sean tidak menunggu terlalu lama, Amar sudah membawa Fikri ke ruangan Chandra. Melihat Sean yang duduk di kursi pimpinan, Fikri menjadi tercengang, bukankah dia hanyalah satpam dari Arthaguna? Jika seperti ini maka dia adalah pimpinan dari Arthaguna namanya! Meskipun hatinya begitu tercengang, begitu teringat akan Sean yang hanya dengan satu kata saja bisa membuat perusahaan milik keluarganya mengalami kesusahan, dia merasa jika segalanya terasa begitu normal. Jika Sean merupakan satpam di perusahaan ini, maka dia malah harus merasa curiga. “Kak, dia mengatakan jika kamulah yang memintanya untuk datang kemari, jadi aku membawanya kemari,” Amar menjelaskan. “Iya, aku yang memintanya datang kemari, kamu keluarlah dulu,” Sean mengangguk mengiyakan,dan pandangannya terjatuh kepada Fikri. “Tu-tuan…” Fikri bertemu hanya berdua dengan Sean, terlihat jika dia sedikit ketakutan hingga gemetaran. Pasukan Azure saja dihadapannya bukanlah apa-apa, dan a
Tetapi jika tidak memberikannya kepada Sean maka Perusahaan milik keluarganya itu tidak akan sanggup berkembang di kota Bandung. Dan dia juga tidak mencurigai apa yang dikatakan oleh Sean, jika dia sudah mengatakan bahwa dia akan mematikan brand milik keluarganya, maka dia pasti akan melakukannya. Terutama pada zaman teknologi internet yang secepat ini, sampai-sampai jika dia mengetahui dimana keluarganya kembali membuka Perusahaan, maka Sean pasti akan memiliki cara agar usahanya itu tidak berjalan lancar. Kesulitan yang dia alami kali ini sebagai buktinya. Jika Sean tidak menghentikan tekanannya maka keluarga mereka tidak akan sanggup menghentikan opini publik yang semakin memanas di internet. Sampai-sampai untuk beberapa hari ini jika mereka menginginkan pertolongan maka mereka tidak bisa melakukan apapun. Hal yang paling berharga dari Perusahaan milik keluarganya adalah brand yang mereka miliki. Jika brand itu tercoreng maka usaha yang dia rintis juga akan tamat. Ji
Jika bukan karena Erwin yang membuat grup chat dan mengadakan reuni teman sekolah maka mereka tidak akan tahu lagi kapan mereka bisa saling bertemu. “Kak Sean bagaimana keadaanmu beberapa tahun ini?” Irfan bertanya. “Ya beginilah,” Sean menjawab dengan mengambil posisi duduk disebelah Irfan. Yang membuat dia penasaran adalah Irfan dulu merupakan seseorang yang memiliki hubungan baik dengan setiap orang di kelas. Kenapa sekarang saat bertemu lagi setelah beberapa tahun murid yang lain memperlakukannya dengan sedikit menjauh? “Bagaimana denganmu, dengar-dengar ayahmu membuka usaha pertanian, usaha yang kalian jalankan baik-saja kan?” Pertanyaan yang dilontarkan oleh Sean setelah dia duduk di kursinya. Seketika wajah Irfan berubah menjadi suram, tetapi dengan cepat dia menjawab dengan tersenyum, “Beberapa tahun ini pupuk yang di jual di pasaran harganya melonjak tinggi dan cuaca yang kurang mendukung. Jadi tidak seperti beberapa tahun yang lalu yang begitu m
Sean melihat kearah laki-laki yang menyindir Irfan, laki-laki itu bernama Devan. Dulu kondisi keluarganya juga begitu baik, tetapi dia memiliki dendam kepada Irfan dan membuat mereka menjadi musuh. Irfan memandang tepat ke arah Devan, karena kemarahan yang berlebihan hingga membuat wajahnya memerah dan tubuhnya gemetaran. “Kita adalah teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, kenapa harus ribut-ribut seperti ini?“ Sean sudah tidak bisa melihat lebih lanjut lagi dan dia bertanya dengan datar. “Ya, ternyata kamu benar-benar sahabat sejatinya, begini saja kamu sudah muncul dan membantunya,” Devan melihat kearah Sean dan menyindirnya. “Yang aku maksud adalah, jika kalian memiliki dendam maka bisa diselesaikan secara pribadi. Hari ini merupakan reuni teman sekolah dan bukan saat yang tepat untuk kalian meluapkan kemarahan. Tentu saja aku sedang membantu Irfan, jika kamu tidak terima maka kamu bisa mencariku secara pribadi,” Sean tersenyum mengejek, dia memang
“Apa kamu masih ingat saat perlombaan sepak bola waktu itu, pada menit terakhir kelas kita masih ketinggalan 1 angka, jadi semua orang mengira jika kita akan kalah. Tetapi siapa sangka jika di menit tambahan kita bisa membalikan keadaan dan lompatan yang dilakukan oleh Davindra membuat kita menyamakan kedudukan. Dan pada akhirnya perlombaan diputuskan untuk dilakukan penambahan waktu dan kita mengandalkan tendangannya waktu itu.” “Iya benar sekali, sundulan yang dilakukan oleh Davindra benar-benar menakjubkan, dia memberikan kenangan terindah pada saat kita kuliah dulu, kita benar-benar menikmati pada masa itu, hahaha.” “Dan juga pada saat acara makan-makan setelah pertandingan, semua orang minum sampai mabuk. Dan pada akhirnya mereka mengantar Rini ke asrama laki-laki dan keesokan harinya Rini yang mengetahui hal itu berteriak, hingga membuat semua orang terkaget-kaget. Aku masih ingat saat itu Sandi yang ketakutan hanya menggunakan celana pendek berlari ke kamar mandi
Langit terlihat semakin gelap dan banyak murid yang sudah sampai, tidak lama kemudian pintu ruangan itu kembali terbuka. Mereka melihat Erwin dan Yasmin yang masuk beriringan, pada saat itu pandangan semua orang yang berada diruangan itu tertuju pada Erwin. Meskipun Yasmin juga merupakan bunga kelas diangkatannya tetapi pandangan mereka masih saja tertuju pada Erwin. Karena pada malam hari ini Erwin merupakan tokoh utama dari acara kali ini.Erwin memiliki latar belakang keluarga yang begitu bagus dan sekarang umurnya yang begitu muda sudah bisa menduduki jabatan kepala bagian, dan dia juga merupakan kepala dari bagian terpenting dalam sebuah perusahaan. Dan pamannya juga seorang wakil pimpinan, membuatnya semakin bangga dan masa depannya begitu cemerlang. “Hallo kepala Erwin !” “Pak Erwin ini kartu namaku !” “Ayo Pak Erwin lama kita tidak berjumpa, malam ini kita tidak akan kembali jika tidak mabuk !” Kedatangan Erwin pada saat itu membuat keramaian acar
Irfan sedikit ragu-ragu tetapi keraguan itu dia tepis dan mengikuti Sean yang berjalan menuju meja yang diduduki oleh Erwin. Tidak ada tempat lagi di meja lainnya, mereka tidak mungkin makan sambil berdiri. Melihat Sean dan Irfan kedua orang miskin itu berani duduk di meja utama, dan orang lain yang melihatnya seketika menjadi tidak senang. Mereka menunjukan senyum merendahkan. Meja utama yang diduduki oleh Erwin masih ada 2 kursi kosong yang tersisa, lalu mereka mendudukinya. Orang-orang yang sudah duduk di meja itu melihat mereka dengan tatapan aneh. Meskipun tidak ada pembagian jelas mengenai tempat duduk dan tidak ada aturan siapa yang harus duduk dimana. Mereka semua sudah dewasa asalkan memiliki pengalaman dalam bersosialisasi ataupun kesadaran diri, tentu saja mereka tahu jika mereka harus duduk dimana jika berada di acara saat ini. Jika kamu ingin duduk di meja utama maka kamu harus memiliki kemampuan dan kekuasaan, jika tidak dimata orang lain kamu dianggap tid