Aku mendadak takut karena kepergok dua hari berturut-turut dengan laki-laki yang sama.Setelah menyapa Jack, David berjalan mendekati kami. Ia lalu menggamit pinggangku untuk menunjukkan jika aku adalah miliknya.“Halo, Tuan Young. Perkenalkan, nama saya David Wales, suaminya Ana Lopez.” David mengulurkan tangannya kepada Jack dan Jack pun menerima jabat tangan dari David.Awalnya aku mengira jika Jack akan kecewa. Tapi ia malah tersenyum setelah bergantian memandangi wajah kami. “Baiklah, saya pamit dulu. Selamat malam.”“Selamat malam, Jack.” ucapku.Jack langsung naik ke mobilnya dan meninggalkan kami.Dan tiba-tiba saja David menyeretku ke basement. “Siapa dia? Kenapa kalian sangat dekat. Apakah kau lupa dengan isi perjanjian yang sudah kau tanda tangani?”“Dia ….” sebelum aku menjawab, David tidak sabar lalu membuka gaunku.“David, apa yang kau lakukan?” Aku terkejut dengan ulah David.“Meminta hakku, kau adalah istriku. Tentu kau harus melayaniku karena saat ini aku ingin.”“Apa?
“Tentu saja bayi suamiku,” entah kenapa aku langsung mengakui jika bayi dalam kandunganku adalah anaknya David.“Bagaimana dengan bayimu, anak siapa itu?” Aku tahu saat di bangku kuliah, Lily pernah aborsi dua kali. Karena tidak ingin rahasuanya terbongkar, Lily mengajakku untuk menemaninya. Ia mengancamku supaya aku tidak buka mulut tentang rahasianya.“Kau ….” Lily melotot sambil mengacungkan jari telunjuknya padaku. Kulihat tubuhnya bergetar menahan marah. Ia meremas kertas hasil pemeriksaan kandungannya.“Ana Lopez, aku tidak akan membiarkanmu melahirkan anaknya David ke dunia ini!”.puas mengancamku, Lily pergi begitu saja dari hadapanku.Aku langsung terduduk dengan hati yang bergetar. Sebenarnya aku takut dengan ancaman Lily. Gadis itu selalu mempunyai niat buruk padaku. Dan kali ini aku takut jika ancamannya jadi kenyataan. Bagaimanapun, dia akan selalu did ujung David. Kejahatannya pasti akan selalu terlindungi.Aku menimbang, haruskah aku memberitahu David tentang kehamilanku
Waktu berlalu begitu cepat. Seminggu kemudian Jack sudah muncul kembali di kantor. Ia datang ke meja kerjaku dengan senyum yang mengembang.“Ana, apa kabar?”“Aku baik, Jack.”“Maaf, aku tidak pamit saat Bos menugaskanku ke luar negri untuk mengurus suatu kontrak kerja dengan perusahaan asing. Waktu itu sangat larut dan aku harus pergi malam itu juga.”“Tidak apa, Jack. Aku mengerti.”“Ana, maukah kau mengantarku ke mal untuk membeli baju? Aku pindah ke sini secara mendadak. Dan sekarang musim mulai dingin. Aku tidak mempunyai baju tebal yang cukup untuk kupakai sehari-hari.”“Oke,” aku tidak bisa menolak ajakan Jack karena dia banyak membantuku selama ini. Hanya mengantar ke mal membeli baju tidaklah hal yang menyulitkan bagiku.“Ana, bagaimana dengan yang ini?” tanya Jack setelah kami tiba di outlet penjual baju laki-laki. Jack mengambil jaket parasit yang berisikan bulu angsa. Warna jaket itu sangat terang dan aku tidak menyukainya. Aku lebih suka warna-warna gelap seperti jaket ya
Aku menatap Jack dengan saksama.“Ah lupakanlah, aku hanya bercanda.” Jack menggaruk rambutnya.“Jika ada masalah, datanglah padaku. Aku pasti akan membantumu.” Jack mengelus rambutku lalu keluar dari lift. Dari dulu Jack selalu begitu. Tidak pernah mendesakku atau memaksakan kehendaknya. Semua berjalan natural dan apa adanya. Satu hal yang kusukai dari Jack. Selalu membuatku nyaman ketika berada di sisinya.***Aku kembali ke duniaku yang sibuk dengan pekerjaan. Tiba-tiba saja telepon dari pelanggan yang terkenal rese menelponku. Pelanggan itu adalah selebgram terkenal yang sedang naik daun. Gadis itu terkenal dengan attitude yang kurang baik. Tapi anehnya dia terkenal dan selalu banjir job dari brand-brand ternama.“Halo, Nona Phillips.” Aku terpaksa mengangkat telepon dari Amanda Philips, klien yang desainnya aku tangani.“Oke, silakan.” Aku mulai mendengarkan kemauan Amanda tentang desain interior untuk pesta pernikahannya. Walaupun terkesan berbelit-belit, aku mendengarkannya deng
“Anda tidak bisa mengelak, Nona. Bukti sudah jelas.”“Tidak, saya tidak melakukan itu. Saya dijebak.”Beberapa kali aku membela diriku. Tetap saja tidak ada gunanya. Aku tetap dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam keremangan, aku melihat seseorang datang mendekati sel yang kuhuni. Dan bisa kutebak jika orang itu adalah David. Apa pun bisa dibelinya. Menemuiku di dalam penjara adalah hal mudah baginya. Aku diam menanti dia bicara. Bagaimanapun aku harus menunggu kata-kata apa yang keluar dari mulutnya. Aku takut berharap yang akhirnya aku kecewa berat.“Ana!” teriak David dalam kegelapan.Aku diam di pojokan tanpa bersuara. Aku tidak akan menggantungkan harapan padanya.“Ana, kenapa kau melukai Lily?” David mencengkram kerah bajuku.“Aku tidak pernah menyentuhnya. Dalam sebulan ini kami tidak pernah bertemu. Malah dia yang ingin menyakitiku.” Walaupun aku tahu pembelaanku akan sia-sia. Aku tetap mengatakan kejadian yang sebenarnya kepada David.“Kau masih mengelak? Bukti-bukti sudah
Teriakanku sia-sia karena setelah pukulan itu. Aku merasakan perut bawahku kram. Mereka berempat melepaskan kedua tangan dan kakiku.Mereka tertawa terbahak-bahak setelah melihat gumpalan darah keluar dari selakanganku.“Itu hadiah dari seseorang yang terusik dengan kehadiran darah itu.” Selesai mengatakan hal itu mereka pergi begitu saja meninggalkanku.Aku menangis lalu mengambil gumpalan darah itu. Baru saja darah itu masih menempel di rahimku dalam keadaan hidup. Tapi sekarang darah itu sudah terlepas dari rahimku dan sudah tidak bernyawa.“David, Lily!” Aku berteriak sekencangnya lalu semuanya menjadi gelap. Aku pingsan hingga keesokan harinya sipir penjara membangunkanku untuk menjalani piket.“Hei, bangun!” sipir itu menggunakan kakinya untuk membangunkanku.“Bu sipir, semalam ada orang yang mencelakai saya. Mereka memukul saya hingga saya keguguran. Bu sipir saya meminta keadilan.”“Kau pasti sedang bermimpi. Semalam tidak ada seorang pun yang masuk ke sini. Mana mungkin ada s
Aku segera memundurkan langkahku ke belakang. Aku tidak ingin bertemu dengan laki-laki kejam itu.Dan aku pun terkejut saat seseorang menarik tanganku. Ternyata orang itu adalah Jack. Ia menarikku keluar dari lobi lalu membukakan pintu untukku. Sekilas kulirik David menatap ke arah kami. Mungkin ia mengenali Jack, tapi aku yakin ia tidak akan mengenaliku. Karena penampilanku berubah total. Gaya pakaianku juga sangat berbeda.***“Jack, kau akan membawaku ke mana?” Aku tidak mengenali jalanan yang kami lalui.“Aku akan memberi kejutan untukmu, Ana.”Aku menatap bingung Jack yang sedang tersenyum.“Ini adalah rumahmu.” Jack menunjukkan sebuah apartemen minimalis padaku setelah kami turun dari mobil.“Jack, kau berlebihan. Aku tidak pantas menerima semua ini.” Aku tidak ingin berhutang terlalu banyak kepada Jack.Namun Jack tidak mendengarkanku. Ia mendorong tubuhku sehingga kami berhasil masuk ke dalam. Hanya dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu gabung dengan ruang makan dan dap
Kini aku tahu penyebab Sherly memusuhiku. Ternyata ia mempunyai hati kepada Jack dan menganggapku sebagai musuhnya.“Tok, tok, tok!” Aku mengetuk pintu agar Sherly mengetahui kedatanganku.“Saat ini aku tidak memerlukanmu, kau bisa istirahat. Aku ingin bekerja dan jangan menggangguku sebelum aku memanggilmu.” ucap Sherly dingin.“Baik Nona Hugh, saya tahu. Tapi sebelum saya keluar, saya ingin memberitahu Nona sesuatu.”Sherly yang memegang kertas sketsa dan pensil pun menoleh padaku. “Ada apa? Apa kau sudah tidak sanggup untuk menjadi asistenku?” tebak Sherly.Aku pun mengulum senyum lalu balik menatap Sherly. “Sebenarnya ada sesuatu yang ingin saya katakan. Saya dengan tuan Young tidak ada hubungan apa pun. Kami hanya sekedar teman biasa. Dulu saat di sekolah dia adalah senior saya dan saya adalah juniornya, selebihnya tidak ada hubungan apabpun. Saya sudah menikah dan pernah mengandung walaupun saya keguguran. Bagaimana mungkin tuan Young bisa menyukai saya? Lagi pula jika saya men
Akan kukatakan padanya agar tidak terlalu keterlaluan Hanya itu yang diucapkan oleh DavidHati aku berdecih karena aku masih berharap David akan peduli padaku dan lebih membelaku daripada lele nyatanya hanya kata itu yang diucapkan ketika aku mengatakan bahwa Lili telah menggangguku dan membuatku untuk sulit bernafasAku tidak perlu apapun darimu lagi status sebagai Nyonya David tidak berarti apa-apa bagiku tetap saja Lili Yang kau prioritaskanAku sudah membuat keputusan lepaskan aku juragan aku David menyandang gelar sebagai istrimu membuatku sangat menderita dan kehilangan banyak halDavid mengerutkan keningnya lalu menatapku tajam wajahnya terlihat tidak suka anak Aku sangat lelah malam ini jangan bicarakan hal itu denganku Aku ingin istirahat sekarangMengecapnya berdebat tapi David malah dengan santainya duduk di sofa lalu mengeluarkan laptopnya tanpa mempedulikanmu sedikitpun David mulai Menatap layar laptop dan sepertinya ia sedang merampungkan pekerjaannya yang tertunda Aku h
Akan kukatakan padanya agar tidak terlalu keterlaluan Hanya itu yang diucapkan oleh DavidHati aku berdecih karena aku masih berharap David akan peduli padaku dan lebih membelaku daripada lele nyatanya hanya kata itu yang diucapkan ketika aku mengatakan bahwa Lili telah menggangguku dan membuatku untuk sulit bernafasAku tidak perlu apapun darimu lagi status sebagai Nyonya David tidak berarti apa-apa bagiku tetap saja Lili Yang kau prioritaskanAku sudah membuat keputusan lepaskan aku juragan aku David menyandang gelar sebagai istrimu membuatku sangat menderita dan kehilangan banyak halDavid mengerutkan keningnya lalu menatapku tajam wajahnya terlihat tidak suka anak Aku sangat lelah malam ini jangan bicarakan hal itu denganku Aku ingin istirahat sekarangMengecapnya berdebat tapi David malah dengan santainya duduk di sofa lalu mengeluarkan laptopnya tanpa mempedulikanmu sedikitpun David mulai Menatap layar laptop dan sepertinya ia sedang merampungkan pekerjaannya yang tertunda Aku h
[Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti apa maksudmu?] Lily berpura-pura tidak paham. "Kau tidak usah berpura-pura. Sudah jelas apa maksudku. Jika aku memanggil wartawan dan membocorkan tentang rahasia ini, tamatlah riwayat karirmu untuk menjadi seorang desainer terkenal." [Kau pikir, orang di luar sana akan mempercayaimu?] ucap Lily seakan-akan menantangku. Tapi aku tahu pasti, nada suaranya terdengar kesal dan putus asa. "Aku katakan padamu, aku dan Elma berteman sangat baik. Jadi aku sangat tahu pasti rancangan bajunya mempunyai keunikan tersendiri. Kau pasti tahu seorang desainer akan berkelanjutan membuat suatu karya yang mempunyai ciri khusus yang sangat mirip antara satu rancangan dengan rancangan yang lainnya. Kau tidak bodoh, kan? Untuk mengartikan apa kata-kataku ini. Jika orang lain mengetahui kau menjiplak rancangan Elma. Semua orang di luar sana akan segera mencari tahu koleksi rancangan Elma yang terdahulu. Sudah dipastikan kebohonganmu akan segera terbongkar." Aku
Kenapa sikapnya berubah dalam satu malam? Kemarin saat kami menyambangi rumah duka, wanita itu sangat lembut dan beberapa kali mengucapkan kata terima kasih kepada kami karena telah membantunya mengurus jenazah suaminya. Dengan fakta ini aku semakin yakin jika ada seseorang yang mengajari dan membimbingnya untuk memeras kami.“Di perusahaan ini banyak karyawan wanita. Kenapa Anda yakin jika saya yang berurusan dengan suami Anda?”Wanita itu terkejut dan salah tingkah dengan pertanyaanku. Ia kemudian menatap lantai dengan kedua tangan yang saling bertaut. “Feeling seorang istri selalu tepat. Saat pertama kali melihatmu, aku tahu jika kau orangnya. Aura kejahatan dari tubuhmu terasa sangat kuat.”Aku berdecih sinis, bisa-bisanya wanita itu mengatakan sesuatu tanpa dasar. “Pak polisi, wanita ini mempunyai kekuatan supranasional. Dia bisa memprekdisikan sesuatu dengan benar. Sebaiknya departemen kepolisian menggunakan jasanya dalam memecahkan kasus kejahatan.”“Apa maksudmu?” Wanita itu m
Karena keadaan hatiku yang tidak baik-baik saja, aku menceritakan segala kejadian yang telah kulalui seharian ini kepada David. Tentang kematian laki-laki itu yang merupakan tulang punggung bagi keluarganya dan nasib anak-anak mereka. Bahkan aku masih mengingat ketika laki-laki itu masih berdrama untuk memfitnahku atas perintah dari Lily.“Hei, ini di luar kuasa kita.” David mendekatiku lalu memelukku.Aku yang sedang dalam mood yang buruk, langsung menangis dalam dekapannya. Dada bidang David menjadi tumpuanku untuk meluapkan kesedihan hatiku. Perasaan kesal padanya entah menguap begitu saja. Kehadiran dan perhatiannya membuatku merasa tidak sendiri.“Sudah, jangan menangis lagi. Kita bukan malaikat yang bisa menyelamatkan orang yang sedang mengalami musibah. Tapi jika ada orang yang ingin kau tolong, aku akan menolongnya untukmu.” David menghiburku sambil menciumi puncak kepalaku berulang-ulang.“Ana, jangan bersedih akan hal ini. Ada aku di sini. Suamimu ini punya kuasa untuk menduk
"Aku ingin mandi sekarang." ucap David tenang. "Silakan, aku ingin istirahat." Ingin aku mengusir David. Tapi melihat keadaannya, tidaklah mungkin. Bagaimana aku bisa mengusirnya di saat ia sedang sakit. Aku segera keluar dari kamar mandi lalu menatap ranjang king size milikku. Sungguh miris, malam pertama di rumahku aku harus mengalah untuk memberikan ranjangku kepada David. Aku memutuskan untuk tidur di kamar tamu karena aku tidak ingin seranjang dengan David. Sedangkan Mary kembali menghubungiku untuk bertanya tentang perkembangan sikap David padaku. Dan kami pun berbicara hingga aku tertidur. Aku merasa dingin ketika selimutku ditarik oleh seseorang. Mataku sangat berat untuk kubuka. Saat aku terkejut dan ingin berteriak karena tubuhku melayang di udara. Suara David menyadarkanku jika aku tidak sendirian malam ini. “Kenapa kau tidur di sini?” Aku tidak bisa menjawab di saat wajahku menempel di dadanya David yang terbuka. Kulit itu masih basah dan aroma wangi bunga mawar mengu
“Ana, ambilkan nasi untukku.” “Hah, kau ingin tambah nasi lagi?” Ini adalah piring ketiga David meminta tambah nasi.“Ana, cepatlah. Kau tidak mendengar?” David menggerakkan piring yang telah disodorkan di hadapanku. Aku menggelengkan kepala. “David, ini sudah terlalu banyak. Apakah selama ini kau tidak pernah makan dengan baik?” omelku.David tidak menjawab apa pun. Namun menatapku seolah menanti untuk memberinya nasi yang diinginkannya.Tidak butuh lama David menghabiskan apa yang aku masak. Hanya menyisakan satu piring lauk untukku. Bahkan sup yang kumasak pun telah habis diminumnya.“Terima kasih, Ana. Aku sangat kenyang malam ini.” David mengelus perutnya.“Oke, karena kau sudah kenyang dan selesai makan. Sekarang kau pulanglah ke rumahmu aku ingin istirahat.”“Aku pinjam tabletmu, ada satu pekerjaan yang belum aku selesaikan.” David tidak mendengar ucapanku malah memintaku untuk meminjamkannya tablet.“David Wales, kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Aku ingin istirahat.”
Aku tidak ingin berbohong, jadi aku katakan saja sejujurnya. “Nenek Lucy sudah tahu tentang keadaan pernikahan kita yang buruk. Beliau membelikanku rumah dan melarangku hidup bersamamu.”“Ana Lopez, di mana kau bisa hidup tanpa aku? Cepat pulang dan aku tidak akan menjemputmu secara paksa.” Suara David terdengar marah.“Tuan Wales, aku tinggal di rumahmu. Namun kau tidak pernah pulang. Apa bedanya jika aku tidak tinggal satu atap denganmu?” David memang tidak pernah pulang ke penthouse-nya. Ia hanya akan pulang jika ingin menyalurkan hasrat biologisnya.“Ana, jangan pancing kemarahanku!” teriak David.Langsung kumatikan saja ponselku dan tidak ingin mendengar bentakannya. Sebenarnya jantungku berdebar saat David membentakku. Tapi aku ingin keluar dari cengkramannya David. Aku tidak ingin selamanya dikendalikan laki-laki itu.Perhatianku kembali ke komputer lamaku. Aku pun berdecak kesal, ternyata komputerku kembali tidak bisa dinyalakan. Sehingga memaksaku untuk membawa komputer terseb
Nenek Lucy sepertinya bisa menebak pikiranku. Ia langsung meletakkan kunci rumah di telapak tanganku lalu menggenggamkannya. “Dan ini,” sebuah kartu debit juga diserahkan padaku. “Sisa uang simpanan ada di sini. Cukup untukmu biaya hidupmu selama satu tahun jika kau berhemat."“Nek, ini terlalu banyak.” Aku memberikan kembali kartu debit bank itu kepada nenek Lucy.“Ini tidak sebanding dengan penderitaan yang selama ini kau terima. Nenek tidak bermaksud untuk membeli penderitaanmu. Nenek hanya ingin memastikan hidupmu terjamin di luar sana.”Aku tidak bisa berkata apa pun setelah mendengar perhatian nenek Lucy yang sangat besar. Aku pun berada di rumah nenek Lucy sampai jam sepuluh malam. “Ada satu barang lagi yang harus kau terima.” Nenek Lucy mengajakku masuk ke dalam gudang.Mataku terbelalak saat melihat barang yang sedang aku cari. Komputer yang menyimpan gambar desain milik Elma.“Setelah kau menikah, George membuang seluruh barangmu. Kebetulan saat itu Nenek melihatnya. Nenek