Clara melepaskan gaunnya yang mewah dan perhiasannya yang mahal. Dia baru berhasil menghilangkan gel di rambutnya setelah mencucinya dengan setengah botol shampo. Setelah keluar dari kamar mandi, dia mengenakan jubah mandi sutra berwarna putih kebiruan.Setelah seharian yang sibuk, Clara tetap tidak lupa untuk merawat diri. Dari pantulan cermin yang besar, tampak rambut hitam yang tergerai di bahunya, kulitnya terlihat halus dan cerah. Karena hidupnya yang cukup nyaman, pembawaan Clara sangat tenang. Saat mengambil produk perawatan kulit di meja, setiap gerak-geriknya juga terlihat sangat lembut.Angin malam bertiup di luar jendela kaca, sehingga mengeluarkan suara gemerisik yang halus. Clara tidak terlalu memperhatikannya. Dia tetap mengoleskan produk perawatan kulit dengan teliti, bahkan memutar musik klasik dan menikmati malam yang tenang ini ....Tiba-tiba, jendela dibuka oleh seseorang dan terlihat Satya yang sedang berdiri di jendela. Garis wajahnya yang tegas tampak lebih menonj
Clara masih berbaring di sofa dengan kaki yang lemas. Dia bergumam dengan pelan, "Nggak bisa."....Cahaya bulan masih bersinar dengan lembut, tetapi situasi mereka telah berbeda saat ini.Setelah Satya pergi, dia pergi ke bar untuk minum hingga mabuk. Manajer di bar itu sangat akrab dengan Satya. Dia juga sudah melihat berita tentang istri Satya yang merupakan putri Keluarga Sadali dan saat ini sedang menetap di rumah keluarganya.Manajer itu sangat perhatian. Dia duduk di samping Satya untuk menghiburnya, lalu memberi isyarat ke pintu untuk menyuruh orang membawakan seorang wanita. Manajer itu memperkenalkannya, "Baru lulus sekolah. Saat ini belum dapat pekerjaan, jadi dia kerja di tempatku dulu." Setelah itu dia menambahkan, "Dia sangat bersih!"Satya tidak tertarik. Dia melambaikan tangan hendak mengusir wanita itu, tapi langsung terkejut saat melihatnya. Wanita itu mirip sekali dengan Clara saat masih berusia 20 tahun. Sebenarnya, saat ini Clara memang masih berusia 25 tahun. Namu
Satya berbaring di ranjang dengan kepala yang terasa sangat sakit. Gadis itu membukakan pintu ruangan. Orang yang berdiri di luar sana adalah Gracia. Gracia melirik sekilas gadis itu. Wajahnya terlihat mirip dengan Clara. Hanya dalam sekejap, dia langsung bisa menebak isi hati Satya. Gracia terus mengutuk pria itu dalam hati, tapi dia tetap menahan emosinya dan berjalan mendekati Satya.Gracia berjalan melewati gelas-gelas anggur itu dan berjongkok di samping Satya. "Pak Satya, Anda harus ke kantor sekarang. Ada masalah gawat!"Satya menutup matanya dengan punggung tangannya, lalu bertanya, "Ulah Malik?"Gracia terdiam. Setelah berhenti sejenak, dia baru menjawab, "Anda paling jelas dengan koneksi dan sumber daya Pak Malik. Beberapa proyek yang sudah disetujui sebelumnya juga sekarang sudah batal. Kita juga nggak bisa berbuat apa-apa. Bagaimanapun, kita nggak punya kelemahan Pak Malik sama sekali.""Rubah licik ini bahkan nggak bisa nunggu satu malam." Setelah berkata demikian, Satya l
Setelah mobil itu menghilang dari pandangan mereka, Gracia berkata sembari memandang Satya, "Bu Aliyah langsung memenangkan 40 miliar dalam waktu 1 malam. Dia pasti senang sekali."Satya menyalakan rokok. Asap rokok mengepul, dia tersenyum sinis dan menanggapi, "Kalau Bu Aliyah nggak mau membantu, dia nggak mungkin berani memenangkan uang 40 miliar ini."Satya tidak memberi tahu Gracia bahwa dia pernah menjebak Aliyah demi berhubungan dengan Adanu. Seorang mahasiswa tampan berhasil menggoda Aliyah dan tidur dengannya. Satya menyuruh orang untuk merekam mereka berdua dan sampai sekarang Satya masih menyimpan video itu.Sekarang mahasiswa itu sudah hampir berusia 27 tahun. Pagi harinya, dia adalah karyawan di perusahaan investasi asing. Malam harinya, dia akan melayani Aliyah. Mahasiswa ini cukup hebat karena dia masih disayang Aliyah sampai saat ini.Kemudian, Adanu pun turun tangan untuk melawan Malik dan Malik juga melawan balik. Tekanan Satya memang berkurang, tetapi permasalahan yan
Veren melanjutkan, "Harus diakui, Satya memang cukup hebat karena bisa meminta bantuan Pak Adanu. Aku tebak Bu Aliyah pasti punya kelemahan yang dipegang Satya. Mungkin itu rahasia yang memalukan. Jadi, Bu Aliyah hanya bisa membujuk suaminya untuk membantu Satya."Kebetulan Satya juga melihat ke arah Clara dan Clara langsung memalingkan wajahnya. Clara berucap kepada Veren, "Satya memang orang yang licik."Veren pun mengangguk. Tiba-tiba, seorang pelayan masuk sambil membawa nampan yang dipenuhi buah-buahan. Pelayan itu meletakkan nampan di atas meja, lalu menjelaskan, "Ini pemberian Pak Satya. Selain itu, juga ada kudapan. Nanti aku akan mengantarkannya kemari."Clara berniat menolaknya, tetapi Veren malah menerimanya. Sesudah pelayan pergi, Veren berkata, "Satya pasti akan merasa bangga kalau kamu menolaknya. Sebaiknya kamu menanggapinya dengan santai supaya dia nggak bisa menebak pemikiranmu. Biar dia tahu perhatian yang nggak seberapa ini sama sekali nggak ada apa-apanya bagi anggo
Satya tidak melakukan apa-apa. Dia hanya mengikat pergelangan tangan Clara dengan dasinya dan mendekap Clara. Alhasil, Clara tidak bisa bergerak. Dia juga tidak berani berteriak karena Satya membuka pakaiannya. Satya menindih Clara sambil menatapnya lekat-lekat.Setelah beberapa saat, Satya bersandar di pelukan Clara. Tubuhnya Satya sangat kekar, sedangkan tubuh Clara sangat mungil. Namun, Satya terlihat lemah dan ketakutan. Selama ini, Satya sangat percaya diri. Dia merasa Clara tidak akan meninggalkannya apa pun yang terjadi. Hal ini karena Satya berkuasa dan dia bisa menggunakan berbagai cara untuk membatasi kebebasan Clara.Sekarang, sesuatu yang tak terduga terjadi. Malik merupakan ayah kandung Clara. Masalahnya, Malik sangat berpengaruh. Satya pun bertaruh dengan menggunakan semua yang dimilikinya. Dia tidak takut kalah dan kehilangan segalanya. Dia hanya takut Clara tetap akan meninggalkannya.Mungkin Satya membutuhkan waktu beberapa tahun untuk bangkit lagi. Saat itu, Satya sud
Sesudah beberapa saat, Satya bertanya, "Alamatnya di mana?"Malik tersenyum dan menyahut, "Di kediamanku saja. Aku nggak suka membicarakan urusan pribadi di kantor. Lagi pula, nanti masalahnya repot kalau diketahui banyak orang."Satya mengakhiri panggilan telepon. Dia menunduk, lalu bertanya kepada Gracia sembari menopang dagunya, "Aku sudah kalah telak, 'kan?"Gracia tidak menjawab pertanyaan Satya. Sementara itu, Satya bersandar di kursi dan melanjutkan seraya menatap Gracia, "Para dewan direksi takut kepada Malik. Mana ada yang berani membelaku secara terang-terangan dan menentang Malik? Aku rasa mereka diam-diam menjual saham Grup Chandra."Satya berkata kepada Gracia, "Aku akan membeli semua saham yang mereka jual."Gracia merasa cara ini kurang tepat. Satya menyalakan rokok, lalu meneruskan perkataannya, "Aku nggak bisa menang dari Malik. Tapi, aku nggak boleh kehilangan perusahaanku. Aku nggak membutuhkan semua uang itu dan aku hanya mau mempertahankan Grup Chandra. Dengan begi
Satya hanya tersenyum. Malik memang merupakan tokoh hebat. Setelah menyiksa Satya sekitar 1 bulan, sekarang Malik memberi Satya keuntungan. Dia meminta Satya untuk bercerai dengan Clara, tetapi dia juga memberi Satya proyek energi alternatif berskala besar di daerah utara. Proyek ini sudah cukup untuk membuat Grup Chandra yang terpuruk bangkit lagi.Satya mendengarkan ucapan Malik dengan saksama, lalu dia berkata, "Aku setuju untuk bercerai. Tapi, aku nggak mau terima keuntungan yang kamu berikan. Dulu aku bisa sukses setelah keluar dari penjara, sekarang juga sama."Malik mengamati ekspresi Satya. Dia mencibir dan berkomentar, "Waktu itu kamu masih muda."Satya mengabaikan sindiran Malik. Saat hendak berdiri, Satya baru teringat sebenarnya dia mempertimbangkan banyak hal sewaktu dalam perjalanan ke kediaman Keluarga Sadali. Dia berniat untuk bernegosiasi dengan Malik dan memikirkan pertimbangan lain. Namun, akhirnya Satya memutuskan dia tidak ingin pernikahannya dengan Clara menjadi s