Suasana di restoran terasa canggung.Molly sebenarnya bisa menyangkal bahwa hubungannya dengan Brandon belum sejauh itu, melainkan sebatas teman. Carla khusus datang jauh-jauh kemari. Jika menyangkal, Molly akan melukai perasaan Carla. Dia juga akan kehilangan pertemanan dengan Brandon.Yang dimiliki Molly tidak banyak. Apalagi, Ivander sudah punya pacar. Tidak ada gunanya juga jika Molly menyangkal. Di dalam hati Molly, dia sudah menyerah pada Ivander.Cahaya lampu yang terang membuat wajah mungil Molly tampak pucat. Dia berbisik, "Benar. Aku sudah punya pacar. Namanya Brandon. Pak Ivander seharusnya juga mengenalnya."Ivander memandang Brandon dan Carla dengan tatapan dingin. Dengan statusnya yang tinggi, Ivander tentu tidak perlu berbicara dengan segan pada mereka. Terlebih lagi, Brandon adalah pacar Molly sekarang.Ivander mengangguk pelan sambil bertanya, "Kalian jatuh cinta saat syuting iklan?"Wajah Molly bertambah pucat. Ketika syuting iklan dengan Brandon, Molly jelas-jelas be
Ketika suasana hati Ivander sedang tidak baik, Vloryne menyodorkan sepiring kecil kue kepada Ivander dan bertutur, "Kak Ivander, makan kue biar lebih tenang. Lagian, ke depannya kamu akan sering merasakan suasana hati seperti ini.""Menurutku, Brandon lumayan. Aku pernah menonton dramanya. Orang aslinya lebih tampan daripada di layar," sambung Vloryne.Ivander mana mungkin bisa mendengar ucapan ini? Ekspresinya muram.Vloryne bertopang dagu sambil menatap Ivander. Katanya, "Sudahlah. Kalau benaran nggak rela, kejar saja."Ivander menuangkan anggur, lalu menyesapnya dan merasakan sensasi pedas di ujung lidahnya. Setelah itu, dia membalas dengan datar, "Siapa yang nggak rela? Aku dan dia nggak akan ada masa depan."Vloryne merasa Ivander sedang berpura-pura. Orang yang berpura-pura ditakdirkan menangis sendirian saat malam hari, seperti seseorang. Vloryne seketika melamun.....Di sisi lain, Molly dan Carla meninggalkan restoran satu jam kemudian. Ketika pergi, Molly berpikir sejenak, te
Angin malam bertiup, membuat dedaunan di atas pohon berdesir halus. Seolah-olah sedang menceritakan kisah dari seribu tahun lalu.Mobil hitam Brandon berhenti. Molly tidak segera turun. Dia menoleh ke arah pria itu dan menyerahkan sebuah kotak yang sangat mahal padanya sembari berbisik pelan, "Maaf."Kotak itu diberikan oleh Carla. Di dalamnya ada gelang giok putih yang merupakan warisan turun-temurun dari keluarga Brandon. Molly tahu gelang itu sangat berharga. Jadi, dia tidak berani menerimanya.Di dalam mobil yang temaram, mata hitam Brandon menyorot lebih gelap dari malam. Satu tangannya membelai kemudi dengan lembut, seolah-olah sedang menyentuh hati kekasihnya.Brandon menatap wajah Molly yang polos dan rapuh, lalu berucap pelan, "Ini bukan keputusan mendadak, aku sudah lama merencanakannya."Brandon berbalik dan memandang ke kaca depan mobil. Dia melanjutkan dengan suara rendah, "Industri hiburan nggak bisa dibilang besar, tapi juga nggak kecil. Biarpun kita belum pernah satu pr
Molly melihat Ivander. Air matanya mengalir saat mobil pria itu melewati mereka.Namun, Ivander tidak lagi memandangnya. Dia hanya melihat Molly berada di pelukan Brandon. Semuanya sudah berakhir.Ivander merasa akhir seperti ini cukup baik. Molly sudah menemukan kebahagiaannya. Terlepas apakah dirinya akan menikah atau tidak, Ivander juga tidak perlu tersiksa lagi setiap malam. Dia tidak akan merindukan wanita itu lagi. Tidak perlu terjerat dalam cinta dan benci yang menyiksanya lagi.Brandon juga melihat Ivander. Dia bertanya pada Molly, "Apa kamu mau menjelaskan padanya? Sekarang belum terlambat."Brandon bukan orang suci. Dia mencintai Molly, tetapi cintanya juga bercampur rasa iba. Meski Molly tidak bersamanya, dia tetap berharap wanita itu bisa hidup bahagia.Molly berbeda dengannya. Meski wanita itu adalah seorang bintang, ada kalanya Brandon merasa dia seperti hewan kecil yang tidak diinginkan siapa pun. Dia ingin membawanya pulang dan menyayanginya.Brandon pikir, berhubung I
Molly tertegun sejenak. Sutradara terlihat tidak senang dan hendak menegurnya, tetapi Ivander sudah selesai menggantungkan mantelnya. Saat dia berbalik, tatapannya yang diarahkan kepada Molly begitu dalam.Sutradara yang sangat peka, langsung menyadari bahwa Ivander menaruh perhatian khusus pada Molly. Dia pun berpikir, kalau mereka benar-benar punya hubungan, bukankah itu akan menguntungkan?Segera, sutradara mengatur agar Molly duduk di sebelah Ivander. Bahkan, dia secara khusus meminta Molly untuk menyajikan makanan untuk Ivander dan menemaninya minum agar pria itu merasa senang.Namun, Molly mengatakan dengan suara kecil bahwa dia tidak bisa melakukannya. Mendengar itu, sutradara sontak kesal dan menegur dengan nada ketus, "Gimana kalian melakukannya dulu, lakukan saja seperti itu sekarang. Apa susahnya?"Wajah Molly menjadi sedikit pucat. Hal yang paling tidak ingin dia lakukan adalah memanfaatkan hubungan dengan Ivander demi keuntungan. Namun dalam situasi seperti ini, dia tidak
Di dalam lift, Ivander menatap angka-angka merah yang berubah di layar. Suaranya datar saat bertanya, "Kamu sering ikut acara begini? Sering menuangkan minuman untuk pria? Sering menyajikan makanan? Sering juga membersihkan celana mereka? Apa Brandon nggak peduli?"Setahu Ivander, Brandon juga memiliki perusahaan yang cukup menghasilkan selain sebagai aktor. Bukankah Molly adalah pacar Brandon? Mana mungkin dia membiarkan Molly keluar seperti ini, tampil di depan umum tanpa rasa malu, dan mengorbankan harga dirinya demi uang?Ivander benar-benar memandang rendah Molly. Namun, masa lalu mereka nyata. Kenyataan bahwa dia tidak bisa melupakannya juga nyata. Cinta pertama memang memiliki kekuatan yang luar biasa.Setengah menit kemudian, lift berhenti di lantai paling atas. Ketika keluar, mereka tiba di sebuah hotel internasional yang mewah.Ivander langsung menggunakan kartu untuk membuka pintu sebuah suite. Berdiri di depan pintu, dia menatap Molly sambil berujar, "Masuklah! Tenang saja,
Annika tidak tahu apakah semua pria yang berselingkuh itu memiliki dua ponsel. Ketika Zakki sedang mandi, pacar Zakki mengirimkan sebuah swafoto. Gadis itu cantik dan masih sangat muda, tetapi dia mengenakan pakaian mewah yang tidak sesuai dengan usianya, jadi dia terlihat sedikit tidak nyaman.“Pak Zakki, terima kasih hadiah ulang tahunnya.”Annika menatap pesan itu untuk waktu yang lama hingga matanya sakit. Dia tahu bahwa Zakki berselingkuh, tetapi dia tidak menyangka suaminya berselingkuh dengan gadis seperti itu. Annika merasa patah hati dan terkejut ketika melihat wanita yang disukai oleh suaminya. Dia benar-benar menyesal telah mengetahui rahasia Zakki. Kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Sesaat kemudian, Zakki keluar dalam keadaan basah kuyup. Jubah mandi berwarna putih membalut otot perut dan dadanya yang kekar. Lelaki itu tampak tampan dan seksi. "Sampai kapan kamu akan menatapnya?" Zakki mengambil ponselnya dari tangan Annika. Dia melirik ponseln
Dia sudah mencintai Zakki selama enam tahun!Annika tiba-tiba memejamkan matanya. Dia tidak menunggu Zakki kembali. Pada Jumat malam, sesuatu yang besar terjadi pada Keluarga Chandra. Dikabarkan bahwa Satya, putra tertua dari Keluarga Chandra, mungkin akan dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara karena kasus ekonomi Grup Chandra. Sepuluh tahun itu sudah cukup untuk menghancurkan seseorang.Malam itu, ayah Annika dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan otak akut. Kondisinya kritis dan dia memerlukan pembedahan secepatnya. Annika berdiri di koridor rumah sakit sambil terus menelepon Zakki berkali-kali, tetapi Zakki tidak menjawab. Ketika Annika ingin menyerah, Zakki mengirimkan pesan WhatsApp kepadanya. Jawabannya sangat singkat seperti biasanya.“Aku masih di Kota Handa. Kalau ada perlu, hubungi Sekretaris Dania saja.”Annika menelepon lagi dan kali ini Zakki menjawab. Dia segera berkata, "Zakki, ayahku ...." Zakki menyela perkataan Annika. "Kamu butuh uang? Aku sudah bilang be
Di dalam lift, Ivander menatap angka-angka merah yang berubah di layar. Suaranya datar saat bertanya, "Kamu sering ikut acara begini? Sering menuangkan minuman untuk pria? Sering menyajikan makanan? Sering juga membersihkan celana mereka? Apa Brandon nggak peduli?"Setahu Ivander, Brandon juga memiliki perusahaan yang cukup menghasilkan selain sebagai aktor. Bukankah Molly adalah pacar Brandon? Mana mungkin dia membiarkan Molly keluar seperti ini, tampil di depan umum tanpa rasa malu, dan mengorbankan harga dirinya demi uang?Ivander benar-benar memandang rendah Molly. Namun, masa lalu mereka nyata. Kenyataan bahwa dia tidak bisa melupakannya juga nyata. Cinta pertama memang memiliki kekuatan yang luar biasa.Setengah menit kemudian, lift berhenti di lantai paling atas. Ketika keluar, mereka tiba di sebuah hotel internasional yang mewah.Ivander langsung menggunakan kartu untuk membuka pintu sebuah suite. Berdiri di depan pintu, dia menatap Molly sambil berujar, "Masuklah! Tenang saja,
Molly tertegun sejenak. Sutradara terlihat tidak senang dan hendak menegurnya, tetapi Ivander sudah selesai menggantungkan mantelnya. Saat dia berbalik, tatapannya yang diarahkan kepada Molly begitu dalam.Sutradara yang sangat peka, langsung menyadari bahwa Ivander menaruh perhatian khusus pada Molly. Dia pun berpikir, kalau mereka benar-benar punya hubungan, bukankah itu akan menguntungkan?Segera, sutradara mengatur agar Molly duduk di sebelah Ivander. Bahkan, dia secara khusus meminta Molly untuk menyajikan makanan untuk Ivander dan menemaninya minum agar pria itu merasa senang.Namun, Molly mengatakan dengan suara kecil bahwa dia tidak bisa melakukannya. Mendengar itu, sutradara sontak kesal dan menegur dengan nada ketus, "Gimana kalian melakukannya dulu, lakukan saja seperti itu sekarang. Apa susahnya?"Wajah Molly menjadi sedikit pucat. Hal yang paling tidak ingin dia lakukan adalah memanfaatkan hubungan dengan Ivander demi keuntungan. Namun dalam situasi seperti ini, dia tidak
Molly melihat Ivander. Air matanya mengalir saat mobil pria itu melewati mereka.Namun, Ivander tidak lagi memandangnya. Dia hanya melihat Molly berada di pelukan Brandon. Semuanya sudah berakhir.Ivander merasa akhir seperti ini cukup baik. Molly sudah menemukan kebahagiaannya. Terlepas apakah dirinya akan menikah atau tidak, Ivander juga tidak perlu tersiksa lagi setiap malam. Dia tidak akan merindukan wanita itu lagi. Tidak perlu terjerat dalam cinta dan benci yang menyiksanya lagi.Brandon juga melihat Ivander. Dia bertanya pada Molly, "Apa kamu mau menjelaskan padanya? Sekarang belum terlambat."Brandon bukan orang suci. Dia mencintai Molly, tetapi cintanya juga bercampur rasa iba. Meski Molly tidak bersamanya, dia tetap berharap wanita itu bisa hidup bahagia.Molly berbeda dengannya. Meski wanita itu adalah seorang bintang, ada kalanya Brandon merasa dia seperti hewan kecil yang tidak diinginkan siapa pun. Dia ingin membawanya pulang dan menyayanginya.Brandon pikir, berhubung I
Angin malam bertiup, membuat dedaunan di atas pohon berdesir halus. Seolah-olah sedang menceritakan kisah dari seribu tahun lalu.Mobil hitam Brandon berhenti. Molly tidak segera turun. Dia menoleh ke arah pria itu dan menyerahkan sebuah kotak yang sangat mahal padanya sembari berbisik pelan, "Maaf."Kotak itu diberikan oleh Carla. Di dalamnya ada gelang giok putih yang merupakan warisan turun-temurun dari keluarga Brandon. Molly tahu gelang itu sangat berharga. Jadi, dia tidak berani menerimanya.Di dalam mobil yang temaram, mata hitam Brandon menyorot lebih gelap dari malam. Satu tangannya membelai kemudi dengan lembut, seolah-olah sedang menyentuh hati kekasihnya.Brandon menatap wajah Molly yang polos dan rapuh, lalu berucap pelan, "Ini bukan keputusan mendadak, aku sudah lama merencanakannya."Brandon berbalik dan memandang ke kaca depan mobil. Dia melanjutkan dengan suara rendah, "Industri hiburan nggak bisa dibilang besar, tapi juga nggak kecil. Biarpun kita belum pernah satu pr
Ketika suasana hati Ivander sedang tidak baik, Vloryne menyodorkan sepiring kecil kue kepada Ivander dan bertutur, "Kak Ivander, makan kue biar lebih tenang. Lagian, ke depannya kamu akan sering merasakan suasana hati seperti ini.""Menurutku, Brandon lumayan. Aku pernah menonton dramanya. Orang aslinya lebih tampan daripada di layar," sambung Vloryne.Ivander mana mungkin bisa mendengar ucapan ini? Ekspresinya muram.Vloryne bertopang dagu sambil menatap Ivander. Katanya, "Sudahlah. Kalau benaran nggak rela, kejar saja."Ivander menuangkan anggur, lalu menyesapnya dan merasakan sensasi pedas di ujung lidahnya. Setelah itu, dia membalas dengan datar, "Siapa yang nggak rela? Aku dan dia nggak akan ada masa depan."Vloryne merasa Ivander sedang berpura-pura. Orang yang berpura-pura ditakdirkan menangis sendirian saat malam hari, seperti seseorang. Vloryne seketika melamun.....Di sisi lain, Molly dan Carla meninggalkan restoran satu jam kemudian. Ketika pergi, Molly berpikir sejenak, te
Suasana di restoran terasa canggung.Molly sebenarnya bisa menyangkal bahwa hubungannya dengan Brandon belum sejauh itu, melainkan sebatas teman. Carla khusus datang jauh-jauh kemari. Jika menyangkal, Molly akan melukai perasaan Carla. Dia juga akan kehilangan pertemanan dengan Brandon.Yang dimiliki Molly tidak banyak. Apalagi, Ivander sudah punya pacar. Tidak ada gunanya juga jika Molly menyangkal. Di dalam hati Molly, dia sudah menyerah pada Ivander.Cahaya lampu yang terang membuat wajah mungil Molly tampak pucat. Dia berbisik, "Benar. Aku sudah punya pacar. Namanya Brandon. Pak Ivander seharusnya juga mengenalnya."Ivander memandang Brandon dan Carla dengan tatapan dingin. Dengan statusnya yang tinggi, Ivander tentu tidak perlu berbicara dengan segan pada mereka. Terlebih lagi, Brandon adalah pacar Molly sekarang.Ivander mengangguk pelan sambil bertanya, "Kalian jatuh cinta saat syuting iklan?"Wajah Molly bertambah pucat. Ketika syuting iklan dengan Brandon, Molly jelas-jelas be
Seharusnya Brandon datang untuk liburan. Dia memakai kacamata hitam. Sosoknya tampak menonjol. Brandon dan Molly kebetulan duduk di kereta bagian depan.Molly membawa sekantong telur yang diberikan orang tua murid. Dia tidak berpakaian mewah. Hari ini, Molly hanya memakai sweter dan sepatu putih. Rambut Molly yang panjangnya sebahu tergerai, dia tampak sangat polos.Brandon mengamati Molly sejenak, lalu bertanya, "Kamu pergi ke gunung untuk bantu murid miskin?"Molly mengangguk. Dia jarang berhubungan dekat dengan orang-orang dari dunia hiburan. Molly juga tidak ingin berhubungan dengan Brandon.Jadi, Molly bersandar di kursi dan memejamkan matanya. Tidak disangka, Brandon lebih ramah dari biasanya. Dia melihat rambut Molly dan bertanya, "Kamu berencana mundur dari dunia hiburan?"Molly tidak menyangkal. Masih ada setengah tahun lagi sebelum kontraknya berakhir. Setelah itu, Molly memang ingin mundur dari dunia hiburan.Molly berencana pindah ke kota kecil, lalu membeli rumah dan seeko
Wajah Molly memucat. Wanita itu mengambil bunga dari tangan Molly, lalu menciumnya dan berkata kepada Ivander dengan ekspresi gembira, "Ini bunga kesukaanku. Ivander, bagaimana kamu bisa tahu?"Wanita itu terlihat dekat dengan Ivander, sepertinya mereka sudah kenal cukup lama. Molly merasa sangat malu sehingga tidak berani berlama-lama di tempat itu lagi. Hatinya terasa sakit. Molly berucap, "Bunganya sudah kuantar, aku pergi dulu."Wanita itu berterima kasih pada Molly. Dia tersenyum manis. Molly juga buru-buru pergi.Setelah masuk ke lift, air mata Molly mengalir. Dia tahu kelak wanita tersebut akan menjadi nyonya di rumah itu. Molly tidak berani masuk ke rumah itu lagi. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan mereka.Lift terus bergerak turun. Saat sampai di lantai 1, pintu lift terbuka. Molly yang hendak keluar dihalangi seorang pria. Baju pria itu sangat familier. Molly mendongak, lalu tertegun ketika melihat Ivander.Bukannya Ivander menemani pacarnya? Kenapa dia turun ke lantai bawa
Dalam situasi seperti itu, mana mungkin Molly bisa mengatakannya dengan jujur? Dia bahkan tidak berani menatap mata Ivander.Molly hanya menyandarkan wajah kecilnya ke lekukan bahunya, lalu membalas pelan, "Kamu pasti tahu maksudku."Ivander menoleh dan ingin menciumnya. Molly sempat menghindar beberapa kali, tetapi akhirnya tak bisa mengelak. Pria itu berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya.Seorang pria yang berada di usia penuh gairah memang benar-benar menakutkan. Namun, Molly tidak pernah sepenuhnya lepas kendali.Di satu sisi, Molly merasa kasihan padanya. Di sisi lain, dia juga takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Sepanjang proses itu, alisnya tetap berkerut dan wajahnya menunjukkan ketakutan yang jelas.Ivander memandangnya dari atas dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Malam itu, sikapnya lebih lembut dan perhatian dibandingkan sebelumnya sejak mereka bertemu kembali.Usai bermesraan, kedua orang itu berpelukan erat dalam keheningan. Tubuh mereka penuh dengan keringat.