Home / Fiksi Remaja / Tingkat Dua / Part 43 • Raditya

Share

Part 43 • Raditya

Author: coochocinoou
last update Last Updated: 2024-11-30 20:55:58

Rapport adalah salah satu prinsip dan teknik dalam berkomunikasi untuk membangun sebuah hubungan. Dari buku yang aku baca, rapport ini bisa dibangun dengan prinsip pacing-leading dan matching-mirroring. Pacing berarti menyamakan atau menyesuaikan, yang dalam hal ini berarti menyamakan frekuensi atau menyesuaikan keadaan sehingga obrolan menjadi nyambung dan hubungan dapat terjalin dengan baik. Dengan terjalinnya kenyamanan, maka prinsip leading bisa dilakukan. Sedangkan untuk matching-mirror, seseorang bisa menjalankannya dengan melakukan berbagai penyesuaian baik dalam gerak-gerik, verbal, mimik, dan sebagainya.

Aku tidak paham apa yang sebenarnya sedang terjadi. Terlalu lelah atau terlalu rindu yang berhasil membuatku berubah menjadi seperti bukan seorang Raditya seperti biasanya. Bersikap cringe dengan berkali-kali mencoba menggoda Ika saat kami memutuskan untuk menonton film melalui salah satu aplikasi conference beberapa waktu lalu.

Udah nggak ketolong lo, Dit!

"Kamu cantik Ka ka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tingkat Dua   Part 44 • Raditya

    Setelah melakukan hal gila - menyatakan perasaan di depan restoran dengan serba dadakan, aku sudah memikirkan bahwa aku harus mengulangi momen bersejarah itu. Aku harus membuat kenangan yang nyaman diingat, apalagi yang berkaitan dengan menyatakan perasaan pada seorang perempuan. Kan nggak lucu kalau gue nggak ngulang confes secara proper, nanti setiap kali anniversary yang keinget cuma kekonyolan gue.Walaupun sebenarnya Ika belum memberikan jawaban, sebagai laki-laki gentle aku memang harus percaya diri. Percaya bahwa dia pasti akan menerimaku, apalagi dengan tampangku yang sangat lumayan ini. Perempuan mana yang akan menolak? Siang ini aku mengajak Ika untuk bertemu di chocoscafe. Aku ingin memberitahukan padanya bahwa aku punya usaha kecil-kecilan setahun belakangan ini. Bukan bermaksud untuk menyombong, tapi aku ingin mengatakan secara tidak langsung bahwa aku adalah laki-laki yang bisa bertanggung jawab, setidaknya untuk diri sendiri dan mereka yang menggantungkan hidup padaku

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tingkat Dua   Part 45 • Arunika

    "ARUNIKA AAA!!!!!" Raini berteriak-teriak tepat setelah membuka pintu kamarku."Kenapa, Rain?" Tanyaku pada salah satu sahabatku yang baru pulang semalam."APA YANG TERJADI SELAMA GUE PERGI KEMARIN!!"Aku yang sedang mengerjakan tugas hanya menengok ke arahnya sekilas, lalu kembali fokus pada layar laptopku. "Nggak ada apa-apa.""Jangan bohong ya, Run! Gue tau dari Fayka kalo progres hubungan lo sama Bang Radit besar banget."Aku mendengus mendengar pernyataannya. Fayka ini benar-benar orang yang hobi berbicara dan senang membicarakan ku di belakang. "Jangan bohong juga ya Rain... Gue tau Fayka udah cerita banyak ke elo. Iya kan?" Tanyaku balik padanya.Raini terdiam seketika. Membuka mulutnya dan menutupnya kembali, lalu membukanya dan mengatupkannya sekali lagi."Ya dia bilangnya gitu, kurang detail." Jawabnya kemudian, lalu duduk di sisi ranjang di kamarku.Aku memang tidak punya kursi lain selain kursi yang aku duduki ini. Jadi jika ada orang yang masuk kamar, maka mereka bisa du

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tingkat Dua   Part 46 • Raditya

    "Cewek yang lo upload fotonya itu yang namanya Arunika?" Gerakan tanganku yang sedang mengetik di laptop langsung terhenti.Aku menoleh ke pemilik suara dengan wajah sesantai mungkin. "Iya."Satria langsung menonjok lengan gue. "Cantik!"Aku mendelik ke arahnya. Apa jangan-jangan Satria sudah move on dari mantannya dan tertarik sama Ika?"DIT!""Lo dengerin gue nggak sih?""Apaan sih Sat? Sabar kek!" Sungutku mendengar omelan Satria yang cukup mengagetkan. Apalagi di kepalaku sedang berseliweran asumsi-asumsi yang tidak jelas.Aku mengirimkan email terakhir yang sudah ku ketik, lantas membiarkan laptopku tetap menyala sebelum menatap Satria dengan muka kesal. "Nanya apa lo barusan?"Satria mendengus kesal. Sedangkan Ruben yang duduk disebelahnya hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Parah lo, Dit! Si Satria udah ngomong panjang lebar dan lo malah nggak denger sama sekali.""Kayak nggak ngerti aja deh lo pada, muka berbunga-bunga begini nih pasti lagi ngebayangin pacar!" Rayhan yang dudu

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tingkat Dua   Part 47 • Arunika

    Ada yang bilang jika manusia tidak bisa mengatur apa yang orang lain lakukan, baik itu dalam perkataan maupun dalam perbuatannya. Untuk itulah manusia diberi akal dan pikiran untuk menentukan sikap dari apa yang sedang dihadapinya.Aku tidak tahu sebenarnya kenapa orang-orang suka mencampuri urusan orang lain. Seolah-olah pendapatnya yang paling benar hingga tidak peduli dengan apa dampak dari perbuatannya yang tidak dipikirnya dulu.Sebagai adik seorang influencer, aku tentu tau konsekuensi berhubungan dengan orang yang cukup terkenal. Belajar dari pengalaman pacar-pacar Bang Saka yang tergolong kelompok orang sepertiku, menghindari melihat-lihat kolom komentar adalah hal pertama yang harus dilakukan. Meski merasa penasaran, sesungguhnya jika dilakukan hanya akan mendatangkan penyakit. Sakit hati yang tidak berkesudahan.Sebenarnya apa yang salah dari orang biasa?Apa yang salah dari orang yang memilih tidak aktif dalam berorganisasi?Dan alasan apa juga yang membuatku harus dipojokk

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tingkat Dua   Part 48 • Arunika

    Sudah hampir tiga bulan aku tidak pulang ke tempat ini. Tempat dimana aku tumbuh besar dan belajar banyak hal di bawah bimbingan ayah dan juga bunda.Rasanya benar-benar tenang saat melihat dari kejauhan rumah tingkat tiga itu. Seolah sudah bisa merasakan hangatnya pelukan bunda yang sangat begitu menenangkan."Welcome home, Ika!" Teriakku saat baru saja membuka pintu."Jangan kaya di hutan, Dek. Suara Lo bisa bikin geger se-RT."Mendengar ucapan Bang Saka, aku hanya mencebik kesal. "Biarin! Suka-suka gue!"Jam dua siang ayah dan bunda pasti masih ada di kantor. Jadi tidak masalah bagiku untuk berteriak-teriak dan membuat keributan."Bang, gue langsung balik, ya." Bang Bima langsung berpamitan tepat setelah meletakan beberapa paperbag milik Bang Saka yang entah berisi apa.Aku menoleh ke arah Bang Bima. "Nggak mampir dulu, Bang?" tawarku padanya.Aku sendiri sudah duduk manis di sofa ruang tamu, dengan punggung yang disandarkan. Benar-benar terasa nikmat setelah perjalanan melelahkan.

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tingkat Dua   Part 49 • Raditya

    "Sial!" Aku menyisir rambutku ke belakang karena terlalu cemas.Sudah lebih dari lima belas kali aku mengirimi Ika pesan teks, dan hampir sepuluh kali juga mencoba menghubunginya. Semuanya tidak menghasilkan sama sekali, dan justru suara operator lah yang terdengar dalam telingaku.Sejak terakhir kali aku menghubunginya kemarin, whatsappnya masih centang satu hingga sekarang."Please, Ka. Angkat telfon Abang!" Gumamku sembari berjalan mondar-mandir di ruang sekretariat."Bang!" Suara Leo berhasil menghentikan langkahku."Ya?" responku setelah menoleh ke arahnya.\Kulihat Leo melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya, lalu kembali menoleh ke arahku. "Lima belas menit lagi acaranya bakal dimulai, Bang. Lo jangan lupa siap-siap ya. Soalnya pesertanya juga udah pada dateng," Jelasnya sebelum kembali pergi.Aku menarik napas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan. Duduk di salah satu bangku yang ada di sekret, dan mengambil sebotol aqua dan meminumnya untuk mendinginkan piki

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tingkat Dua   Part 50 • Raditya

    To: Pacar ❤️Ka, kamu dimana?To: Pacar ❤️Kamu baik-baik aja kan?To: Pacar ❤️Maafin Abang ya ....Itu adalah isi tiga pesan teks ku terakhir yang belum juga mendapatkan balasan darinya. Aku tidak tahu apa alasannya tiba-tiba pulang, dan tanpa memberi kabar sama sekali.Sebagai anak yang belajar ilmu-ilmu komunikasi, kami tahu betul bagaimana pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan. Jika diibaratkan, komunikasi ini sama pentingnya dengan sebuah kepercayaan. Tanpa komunikasi yang baik, kepercayaan akan mudah terkikis dan pondasi sebuah hubungan akan mudah rusak.Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengannya?Kenapa tiba-tiba Ika seolah memutuskan komunikasi denganku?Tentu aku harus mencoba memikirkan dari perspektifnya. Meski aku merasa tindakannya ini salah, aku tidak lantas bisa mengatakan bahwa apa yang dia lakukan seratus persen salah. Aku menyadari betul bahwa aku juga mengambil bagian dari kekacauan yang terjadi diantara kami.Hubungan kami yang baru saja di mulai, langsung m

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tingkat Dua   Part 51 • Arunika

    "Beneran, Dek?" aku mengangguk yakin.Bunda hanya menghela napas dan tidak mengatakan apa-apa lagi. "Kayaknya ini masih bisa di perbaiki sih Bun, sayang kalo harus beli yang baru." Lanjutku untuk meyakinkan Bunda.Siapa yang tidak mau ponsel baru jika ditawari? tentu saja tidak ada! Masalahnya, ponselku ini baru ku beli saat masuk kuliah. Dan jika dihitung dengan benar, sepertinya belum berumur dua tahun hingga sekarang.Sebenarnya, aku belum mau membeli ponsel baru bukan karena masalah biaya. Aku sangat yakin jika Bunda memiliki uang yang lebih dari cukup jika hanya membelikan ku ponsel baru. Meskipun demikian, sebagai orang yang sedang menuju tahap dewasa aku harus mulai mempertimbangkan banyak hal dan dan juga bertanggung jawab atas segala perbuatan yang aku lakukan sendiri.Ingatanku kembali melayang ke beberapa saat yang lalu. Tepat dimana terjadi insiden kecil yang berhasil menggelincirkan ponselku dari genggaman tangan. Sialnya, itu terjadi saat aku baru saja mulai menuruni t

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • Tingkat Dua   Part 58 • Arunika

    Tidak ada yang tahu bagaimana seseorang akan menjalani kehidupannya. Hal-hal yang sebelumnya terasa begitu mustahil untuk dialami, bisa saja dalam sekejap terjadi seperti apa yang ada dalam bayangan. Ada saja kejadian tidak terduga yang digariskan takdir, yang tiba-tiba membuat dua orang yang tidak mungkin memiliki kesempatan untuk berinteraksi bisa bersatu dalam sebuah ikatan dalam waktu yang terhitung cepat.Dalam dua puluh satu tahun hidupku di dunia, dam-diam menyukai seseorang tanpa ada keinginan untuk menyatakan adalah hal paling sulit yang pernah aku lakukan. Mengamati dalam diam dan melihat bagaimana dia menjalani kehidupannya adalah hal sederhana yang selalu bisa membuatku tersenyum bahagia.Ayolah... Jatuh cinta memang tidak sebercanda itu."Bang ..." Aku memanggil Bang Radit yang belum juga mengatakan satu patah kata pun sedari tadi.Saat ini kami berdiri di samping kolam renang di halaman belakang."Bang ..." Sekali lagi aku memanggil namanya. Bedanya, suaraku semakin liri

  • Tingkat Dua   Part 57 • Arunika

    Flashback onKesan pertama adalah hal paling krusial antara pertemuan dua orang. Pepatah yang mengatakan bahwa hanya perlu empat detik untuk memutuskan kita senang atau tidak dengan orang baru, nyatanya masih cukup relevan bagi sebagian besar orang. Baik itu untuk menyukai, membenci, atau bahkan sekedar respect or enggaknya.Bagiku sendiri yang cenderung sulit dekat dengan orang lain, gestur dan bagaimana orang itu bertutur kata padaku saat pertama kali kami berinteraksi adalah hal yang sepenuhnya membentuk perspektif ku akan orang tersebut. Jika aku merasa nyaman or anything like that maka aku akan memberikan respon positif dan menjadi lebih mudah untuk membaur di masa depan. Sementara jika penilaian ku terhadapnya sudah terlanjur buruk, even di masa depan dia ternyata tidak seperti yang aku duga pun tetap saja begitu sulit bagi ku untuk merasa dekat dengan orang tersebut. Dan itu berarti aku dapat mengatakan bahwa untuk kasusku kesan pertama adalah segalanya, termasuk membuatku mera

  • Tingkat Dua   Part 56 • Arunika

    "Kaya gembel banget sih!" Bang Saka menghinaku yang hari ini menggunakan daster lusuh berwarna kuning yang bergambar Spongebob.Jika aku tidak salah ingat, daster ini aku beli ketika study tour ke pulau Dewata saat kelas 2 SMP. Jadi apakah selama enam tahun terakhir ini aku tidak tumbuh?"Ini bagus tau, Bang. Lucu banget gini!" Balasku tak mau kalah.Bang Saka masih saja mencibir. "Lo bukan anak-anak lagi, Ka.... Nggak cocok udah itu bajunya. Buang aja!"Aku tidak habis pikir dengan pikiran seorang Arsaka. Kenapa semua barang menurutnya pantas untuk dibuang? jelas-jelas baju yang sedang aku pakai ini masih sangat nyaman untuk di pakai."Parah lo, Bang! Masih bagus gini!" Ucapku sembari meninju lengannya pelan."Ya udah yuk! Katanya mau bikin ayam geprek...." Ucapku sembari menarik tangannya menuju ke dapur."Jangan di bolak-balik terus ayamnya, Bang...." "Apinya jangan kegedean, Bang!""Itu minyaknya di tirisin dulu, ih!"Memasak bersama Bang Saka pasti berakhir dengan aku yang haru

  • Tingkat Dua   Part 55 • Raditya

    "Hati-hati ya .. Jangan lupa kabarin abang kalo udah nyampe rumah." Aku mengelus pelan rambutnya, dan menyelipkannya di belakang telinga.Naina masih saja cemberut. "Ini kan baru minggu pagi, Bang. Kenapa sih aku udah disuruh pulang?"Saat ini aku sedang berada di stasiun Bogor untuk mengantarkan Naina. Sedari tadi dia bersikeras untuk tidak mau pulang dan ingin tetap tinggal di sini hingga Senin besok. "Abang abis ini mau pergi, Na. Jadi nggak bisa nemenin kamu jalan-jalan.""Aku bisa jalan-jalan sendiri, Bang. Sumpah nggak bakal ngerepotin Abang," Naina mengangkat telunjuk dan jari tengahnya untuk menyakinkan ku jika dia bisa pergi jalan-jalan sendiri.Aku menggeleng.Sampai dia sebesar ini, aku masih saja sering khawatir jika dia harus bepergian sendiri di tempat-tempat yang baru. Memang selama ini dia pernah beberapa kali berkeliaran di sekitaran kota Bogor, tapi itu denganku kan?"Nggak bisa, Na. Abang nggak bisa ngebiarin kamu pergi jalan-jalan sendiri....""Tapi Naina udah gede

  • Tingkat Dua   Part 54 • Arunika

    Seringkali kita merasa sudah berusaha untuk menciptakan pikiran-pikiran positif dalam rangka mencari kebahagiaan. Namun, tetap saja ada masanya kita seolah tidak berdaya untuk mengendalikan suasana hati. Sebentar-sebentar merasa bahagia, sebentar-sebentar lagi sedih dan ingin menangis."Kangen..." Pipiku langsung bersemu karena malu.Bisa-bisanya ada orang seperti dia di dunia ini. Baru saja menampakkan diri dan langsung membuat jantungku jumpalitan."Ini beneran loh, Ka.... Bukan main-main." Lanjutnya sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah.Damage-nya astaga ....."Abang baru mandi?" "Iya, baru dari luar soalnya. Panas!""Dari mana?" sepertinya ada kesempatan bagiku untuk menggali lebih dalam tentang foto yang dikirimkan oleh Fayka."Dari Botas..." Aku merasa lega karena Bang Radit menjawab jujur tanpa keraguan."Sama siapa?'Oke. Semoga dia tidak menyadari jika aku sedang mencoba mengintrogasinya.Bang Radit tersenyum penuh makna kepadaku. "Ika nggak cemburu ya, Bang. Cum

  • Tingkat Dua   Part 53 • Arunika

    "FAY URGENT! Ini gue Arun." Aku mengirim direct message pada Fayka menggunakan akun Instagram Bang Saka. Akun centang biru yang telah ter-verify hampir setahun lalu. Semoga anak itu tidak berjingkrak-jingkrak dan membuat keributan karena mendapat pesan dari seorang selebritas, pikirku sembari tertawa cekikikan.Aku harus menyelesaikan ini dengan sangat cepat karena Bang Saka mungkin saja bisa kembali sewaktu-waktu. Aku menggunakan ponselnya secara diam-diam, dan tidak boleh sampai ketahuan jika ingin uang sakuku bulan ini tidak dipotongnya."Tolong kirimin no nya Bang Radit yang gue tulis di halaman paling belakang buku warna coklat yang ada di meja belajar gue. Kunci kamar gue titipin ke Bela kemaren! Thanks ❤️" Lanjutku sebelum menekan pesan tersebut dan menghapusnya untuk menghilangkan jejak.Fayka biasanya akan membuka akun instagramnya pada sore hari, sehingga nanti aku juga harus menemukan waktu yang tepat untuk mengeceknya secara diam-diam tanpa ketahuan."Dek, lo liat hp gue n

  • Tingkat Dua   Part 52 • Arunika

    The time you feel lonely is the time you most need to be by yourself-Douglas Coupland-***Kesendirian adalah momok yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Sebagai manusia, kita cenderung selalu membutuhkan orang lain karena ada beberapa hal yang memang hanya dapat diisi oleh orang lain, yaitu salah satunya adalah PENGAKUAN.Sampai kapanpun, orang akan berusaha untuk menemukan lingkungan yang dapat mengakui eksistensinya. Rasa diterima dan diakui, menjadi hal yang membuat seseorang akhirnya menyadari bahwa hidupnya cukup berharga.Sayangnya, ketika tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perasaan tersisih dan terkucilkan akan menghantui di dalam perasaan. Lalu secepat kilat berubah menjadi perasaan sedih, tidak percaya diri, dan bahkan merasa kecewa dengan diri sendiri.Lantas apa yang salah sesungguhnya?TIDAK ADATidak ada yang salah jika yang terjadi adalah demikian.Ketika seseorang tidak mendapatkan pengakuan yang baik dari orang lain, bukan berarti bahwa dirinyalah

  • Tingkat Dua   Part 51 • Arunika

    "Beneran, Dek?" aku mengangguk yakin.Bunda hanya menghela napas dan tidak mengatakan apa-apa lagi. "Kayaknya ini masih bisa di perbaiki sih Bun, sayang kalo harus beli yang baru." Lanjutku untuk meyakinkan Bunda.Siapa yang tidak mau ponsel baru jika ditawari? tentu saja tidak ada! Masalahnya, ponselku ini baru ku beli saat masuk kuliah. Dan jika dihitung dengan benar, sepertinya belum berumur dua tahun hingga sekarang.Sebenarnya, aku belum mau membeli ponsel baru bukan karena masalah biaya. Aku sangat yakin jika Bunda memiliki uang yang lebih dari cukup jika hanya membelikan ku ponsel baru. Meskipun demikian, sebagai orang yang sedang menuju tahap dewasa aku harus mulai mempertimbangkan banyak hal dan dan juga bertanggung jawab atas segala perbuatan yang aku lakukan sendiri.Ingatanku kembali melayang ke beberapa saat yang lalu. Tepat dimana terjadi insiden kecil yang berhasil menggelincirkan ponselku dari genggaman tangan. Sialnya, itu terjadi saat aku baru saja mulai menuruni t

  • Tingkat Dua   Part 50 • Raditya

    To: Pacar ❤️Ka, kamu dimana?To: Pacar ❤️Kamu baik-baik aja kan?To: Pacar ❤️Maafin Abang ya ....Itu adalah isi tiga pesan teks ku terakhir yang belum juga mendapatkan balasan darinya. Aku tidak tahu apa alasannya tiba-tiba pulang, dan tanpa memberi kabar sama sekali.Sebagai anak yang belajar ilmu-ilmu komunikasi, kami tahu betul bagaimana pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan. Jika diibaratkan, komunikasi ini sama pentingnya dengan sebuah kepercayaan. Tanpa komunikasi yang baik, kepercayaan akan mudah terkikis dan pondasi sebuah hubungan akan mudah rusak.Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengannya?Kenapa tiba-tiba Ika seolah memutuskan komunikasi denganku?Tentu aku harus mencoba memikirkan dari perspektifnya. Meski aku merasa tindakannya ini salah, aku tidak lantas bisa mengatakan bahwa apa yang dia lakukan seratus persen salah. Aku menyadari betul bahwa aku juga mengambil bagian dari kekacauan yang terjadi diantara kami.Hubungan kami yang baru saja di mulai, langsung m

DMCA.com Protection Status