Home / Fiksi Remaja / Tingkat Dua / Part 30 • Arunika

Share

Part 30 • Arunika

Author: coochocinoou
last update Last Updated: 2024-11-07 16:22:07

To: Fayka

EMERGENCY, SOS SOS

Pesan darurat tersebut langsung kukirim pada Fayka setelah memasuki kamar. Aku mendaratkan bokong di pinggir ranjang, menghela napas panjang, kemudian meletakkan ponsel di samping tubuh dan membuka kaus kaki yang masih terpasang apik di kedua telapak kaki.

Baru kemarin rasanya aku menjadi pengagum rahasianya, dan baru-baru setelahnya berkenalan dan berinteraksi langsung karena sebuah ketidaksengajaan. Tapi ternyata, lelaki itu.... lelaki yang ku impikan saja tidak berani tiba-tiba menyatakan cinta padaku. Damn it!

Lelaki itu mengatakan padaku bahwa ia menyukaiku, dan bahkan menggandeng tanganku di depan teman-temannya. Astaga!

From: Fayka

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tingkat Dua   Part 31 • Arunika

    "Bang, lo kok bisa sampe sini?" Aku berdiri dengan tangan bersedekap, lalu memandang tajam laki-laki yang sedang duduk dan memainkan ponsel."Ya tadi naik gojek. Lo liat juga, kan?""Bang......"Kulihat Bang Saka mendengus. "Apa, Ka?""Astaga penampilan lo, kalo bunda tahu udah langsung di bawa ke salon selama lima jam elo." Lanjutnya saat menyadari betapa buruknya penampilanku sekarang.Kontan aku memutar bola mata jengah mendengar penuturannya.Lebay as always...Inilah alasan kenapa aku mencari cermin saat melihat sosoknya tadi. Kedatangan tamu terhormat yang cerewetnya luar biasa.

    Last Updated : 2024-11-08
  • Tingkat Dua   Part 32 • Arunika

    Pepatah lama mengatakan bahwa semut di seberang lautan akan tampak jelas, sedangkan gajah di pelupuk mata malah tidak terlihat.Realitanya, pepatah ini memang tidak jarang terbukti kebenarannya. Orang akan cenderung melupakan atau tidak membicarakan kebenaran seseorang dengan jelas, namun justru membesar-besarkan kesalahannya yang sangat kecil. Ironisnya lagi, banyak orang terlalu sibuk mencari-cari kelemahan atau permasalahan orang lain, sedangkan kesalahan atau permasalahan sendiri justru terabaikan tanpa ada introspeksi, evaluasi dan perbaikan akan diri sendiri.Jujur selama aku hidup di dunia ini selama dua dasawarsa lebih, aku tidak pernah berharap bertemu orang yang seperti itu. Men-judgeorang lain semaunya, tanpa menyadari bahwa apa yang dituduhkan sebenarn

    Last Updated : 2024-11-09
  • Tingkat Dua   Part 33 • Raditya

    Dari apa yang tertulis dalam buku berjudulpositivepersonalitykarangan Rayhan Adiprabowo yang aku baca, disebutkan bahwa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan harapan atau keinginan. Apabila seseorang tidak memiliki rasa percaya diri, maka banyak masalah yang akan timbul karena kepercayaan diri merupakan suatu aspek kepribadian dari seseorang yang berfungsi untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.Kunci untuk mendapatkan kepercayaan diri adalah dengan memahami diri sendiri. Seseorang harus yakin dengan kemampuan dan potensi atas dirinya, dan tidak merasa pesimis serta cemas yang selalu menghantui perasaan. Rasa percaya diri dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan juga faktor ekstrinsik. Faktor internal ini meliputi konsep

    Last Updated : 2024-11-10
  • Tingkat Dua   Part 34 • Raditya

    "Dit, gue suka lo!" Luna tiba-tiba mengucapkan satu kalimat yang membuatku terdiam seketika.Kami baru saja foto kelulusan, dan salah satu sahabat terbaikku tiba-tiba menyatakan perasaannya."Lun...." Ucapku sembari menoleh ke arah perempuan yang sedang duduk di ayunan ini."Gue tau selama ini lo cuma nganggep gue adik." Luna memandang lurus ke arah depan, tanpa mau memandangku sama sekali."Tapi bagaimanapun gue coba buat nggak jatuh cinta sama lo, pada akhirnya gue tetep kalah, Dit.""I nevercanstop love you. Semakin guedenial, semakin

    Last Updated : 2024-11-11
  • Tingkat Dua   Part 35 • Arunika

    "Bang Saka...." Teriakku saat Bang Saka masih sibuk di kamar mandi hotel.Entah apa sebenarnya yang dipikirkannya, dia tidak mau pulang ke Depok meski sudah ku paksa dengan berbagai cara. Dia yang biasanya sangat perhitungan, bahkan rela mengeluarkan uangnya untuk memesan satu kamar di salah satu hotel."Kenapa sih, Ka teriak-teriak mulu..." Bang Saka keluar dari pintu kamar mandi dengan menggunakan kaus hitam dan celana kolor dengan warna senada. Rambutnya masih basah dengan beberapa tetes yang masih terjatuh ke lantai.Jika itu perempuan lain, mungkin mereka akan menganggap bahwa pemandangan yang ada di depannya adalah salah satu pemandangan paling indah di dunia ini. Namun bagiku yang semenjak orok sudah bersamanya, dia justru terlihat seperti laki-laki yang tidak dapat menjaga kebersihan.

    Last Updated : 2024-11-12
  • Tingkat Dua   Part 36 • Raditya

    Too good to miss foodadalah satu kalimat yang selalu dipegang oleh Satria. Diantara kami berempat, Satria bisa dibilang yang paling doyan makan jika dibandingkan aku, Reyhan, dan juga Ruben.Prinsip yang dipegangnya itu, membuatnya tidak pernah melewatkan satupun makanan yang ada di depannya."Tuh perut apa gentong bocor, Sat?" Gue liat-liat gak kenyang-kenyang dari tadi.Satria menarik segelas es teh di depannya, lalu menandaskannya dalam sekali teguk. "Makanan gratis emang bikin gue gak kenyang-kenyang, Ben.""Sialan, lo!" Aku melemparinya dengan kacang asin yang berada di atas meja kami.Saat ini kami berempat sedang makan di salah satu warung makan yang menjadi tempat

    Last Updated : 2024-11-13
  • Tingkat Dua   Part 37 • Raditya

    Empowermentis a root ofparticipationadalah satu kalimat penting yang aku dapatkan dari kuliah pagi ini. Pemberdayaan merupakan suatu langkah awal untuk mendorong orang mau berpartisipasi.Partisipasi adalah hal yang sangat penting dalam suatu kegiatan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari seluruh anggota, maka hampir dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut tidak akan sukses, atau tidak dapat berjalan secara berkelanjutan.Seberapapun hebatnya seseorang, pada dasarnya kembali lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bagaimanapun ingin memungkirinya, kontribusi orang lain adalah hal yang dapat mempertahankan eksistensi manusia itu sendiri.Begitupun dalam sebuah acara. Partisipasi dari seluruh panitia menjadi kunci utama kegiatan dapat berjalan sesuai

    Last Updated : 2024-11-14
  • Tingkat Dua   Part 38 • Raditya

    Sudah tiga hari aku tidak bertemu dengan Bang Radit. Terakhir bertemu yaitu saat kejadian pembalut, dan hingga sekarang kami belum juga berinteraksi secara langsung. Meski demikian, Bang Radit tidak absen untuk mengabariku setiap harinya. Bahkan sudah dua kali dia mengirimikugo foodkarena belum sempat mengajakku keluar untuk makan."Teh Arunika?" Aku mengangguk kepada bapak berjaket hijau di depanku ini.''Iya, Pak.""Ini ada kiriman buat teteh." Aku tersenyum, lalu mengambilpaperbagdari si Bapak sebelum mengucapkan terima kasih.Baru saja menutup pintu gerbang, suara notifika

    Last Updated : 2024-11-15

Latest chapter

  • Tingkat Dua   Part 58 • Arunika

    Tidak ada yang tahu bagaimana seseorang akan menjalani kehidupannya. Hal-hal yang sebelumnya terasa begitu mustahil untuk dialami, bisa saja dalam sekejap terjadi seperti apa yang ada dalam bayangan. Ada saja kejadian tidak terduga yang digariskan takdir, yang tiba-tiba membuat dua orang yang tidak mungkin memiliki kesempatan untuk berinteraksi bisa bersatu dalam sebuah ikatan dalam waktu yang terhitung cepat.Dalam dua puluh satu tahun hidupku di dunia, dam-diam menyukai seseorang tanpa ada keinginan untuk menyatakan adalah hal paling sulit yang pernah aku lakukan. Mengamati dalam diam dan melihat bagaimana dia menjalani kehidupannya adalah hal sederhana yang selalu bisa membuatku tersenyum bahagia.Ayolah... Jatuh cinta memang tidak sebercanda itu."Bang ..." Aku memanggil Bang Radit yang belum juga mengatakan satu patah kata pun sedari tadi.Saat ini kami berdiri di samping kolam renang di halaman belakang."Bang ..." Sekali lagi aku memanggil namanya. Bedanya, suaraku semakin liri

  • Tingkat Dua   Part 57 • Arunika

    Flashback onKesan pertama adalah hal paling krusial antara pertemuan dua orang. Pepatah yang mengatakan bahwa hanya perlu empat detik untuk memutuskan kita senang atau tidak dengan orang baru, nyatanya masih cukup relevan bagi sebagian besar orang. Baik itu untuk menyukai, membenci, atau bahkan sekedar respect or enggaknya.Bagiku sendiri yang cenderung sulit dekat dengan orang lain, gestur dan bagaimana orang itu bertutur kata padaku saat pertama kali kami berinteraksi adalah hal yang sepenuhnya membentuk perspektif ku akan orang tersebut. Jika aku merasa nyaman or anything like that maka aku akan memberikan respon positif dan menjadi lebih mudah untuk membaur di masa depan. Sementara jika penilaian ku terhadapnya sudah terlanjur buruk, even di masa depan dia ternyata tidak seperti yang aku duga pun tetap saja begitu sulit bagi ku untuk merasa dekat dengan orang tersebut. Dan itu berarti aku dapat mengatakan bahwa untuk kasusku kesan pertama adalah segalanya, termasuk membuatku mera

  • Tingkat Dua   Part 56 • Arunika

    "Kaya gembel banget sih!" Bang Saka menghinaku yang hari ini menggunakan daster lusuh berwarna kuning yang bergambar Spongebob.Jika aku tidak salah ingat, daster ini aku beli ketika study tour ke pulau Dewata saat kelas 2 SMP. Jadi apakah selama enam tahun terakhir ini aku tidak tumbuh?"Ini bagus tau, Bang. Lucu banget gini!" Balasku tak mau kalah.Bang Saka masih saja mencibir. "Lo bukan anak-anak lagi, Ka.... Nggak cocok udah itu bajunya. Buang aja!"Aku tidak habis pikir dengan pikiran seorang Arsaka. Kenapa semua barang menurutnya pantas untuk dibuang? jelas-jelas baju yang sedang aku pakai ini masih sangat nyaman untuk di pakai."Parah lo, Bang! Masih bagus gini!" Ucapku sembari meninju lengannya pelan."Ya udah yuk! Katanya mau bikin ayam geprek...." Ucapku sembari menarik tangannya menuju ke dapur."Jangan di bolak-balik terus ayamnya, Bang...." "Apinya jangan kegedean, Bang!""Itu minyaknya di tirisin dulu, ih!"Memasak bersama Bang Saka pasti berakhir dengan aku yang haru

  • Tingkat Dua   Part 55 • Raditya

    "Hati-hati ya .. Jangan lupa kabarin abang kalo udah nyampe rumah." Aku mengelus pelan rambutnya, dan menyelipkannya di belakang telinga.Naina masih saja cemberut. "Ini kan baru minggu pagi, Bang. Kenapa sih aku udah disuruh pulang?"Saat ini aku sedang berada di stasiun Bogor untuk mengantarkan Naina. Sedari tadi dia bersikeras untuk tidak mau pulang dan ingin tetap tinggal di sini hingga Senin besok. "Abang abis ini mau pergi, Na. Jadi nggak bisa nemenin kamu jalan-jalan.""Aku bisa jalan-jalan sendiri, Bang. Sumpah nggak bakal ngerepotin Abang," Naina mengangkat telunjuk dan jari tengahnya untuk menyakinkan ku jika dia bisa pergi jalan-jalan sendiri.Aku menggeleng.Sampai dia sebesar ini, aku masih saja sering khawatir jika dia harus bepergian sendiri di tempat-tempat yang baru. Memang selama ini dia pernah beberapa kali berkeliaran di sekitaran kota Bogor, tapi itu denganku kan?"Nggak bisa, Na. Abang nggak bisa ngebiarin kamu pergi jalan-jalan sendiri....""Tapi Naina udah gede

  • Tingkat Dua   Part 54 • Arunika

    Seringkali kita merasa sudah berusaha untuk menciptakan pikiran-pikiran positif dalam rangka mencari kebahagiaan. Namun, tetap saja ada masanya kita seolah tidak berdaya untuk mengendalikan suasana hati. Sebentar-sebentar merasa bahagia, sebentar-sebentar lagi sedih dan ingin menangis."Kangen..." Pipiku langsung bersemu karena malu.Bisa-bisanya ada orang seperti dia di dunia ini. Baru saja menampakkan diri dan langsung membuat jantungku jumpalitan."Ini beneran loh, Ka.... Bukan main-main." Lanjutnya sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah.Damage-nya astaga ....."Abang baru mandi?" "Iya, baru dari luar soalnya. Panas!""Dari mana?" sepertinya ada kesempatan bagiku untuk menggali lebih dalam tentang foto yang dikirimkan oleh Fayka."Dari Botas..." Aku merasa lega karena Bang Radit menjawab jujur tanpa keraguan."Sama siapa?'Oke. Semoga dia tidak menyadari jika aku sedang mencoba mengintrogasinya.Bang Radit tersenyum penuh makna kepadaku. "Ika nggak cemburu ya, Bang. Cum

  • Tingkat Dua   Part 53 • Arunika

    "FAY URGENT! Ini gue Arun." Aku mengirim direct message pada Fayka menggunakan akun Instagram Bang Saka. Akun centang biru yang telah ter-verify hampir setahun lalu. Semoga anak itu tidak berjingkrak-jingkrak dan membuat keributan karena mendapat pesan dari seorang selebritas, pikirku sembari tertawa cekikikan.Aku harus menyelesaikan ini dengan sangat cepat karena Bang Saka mungkin saja bisa kembali sewaktu-waktu. Aku menggunakan ponselnya secara diam-diam, dan tidak boleh sampai ketahuan jika ingin uang sakuku bulan ini tidak dipotongnya."Tolong kirimin no nya Bang Radit yang gue tulis di halaman paling belakang buku warna coklat yang ada di meja belajar gue. Kunci kamar gue titipin ke Bela kemaren! Thanks ❤️" Lanjutku sebelum menekan pesan tersebut dan menghapusnya untuk menghilangkan jejak.Fayka biasanya akan membuka akun instagramnya pada sore hari, sehingga nanti aku juga harus menemukan waktu yang tepat untuk mengeceknya secara diam-diam tanpa ketahuan."Dek, lo liat hp gue n

  • Tingkat Dua   Part 52 • Arunika

    The time you feel lonely is the time you most need to be by yourself-Douglas Coupland-***Kesendirian adalah momok yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Sebagai manusia, kita cenderung selalu membutuhkan orang lain karena ada beberapa hal yang memang hanya dapat diisi oleh orang lain, yaitu salah satunya adalah PENGAKUAN.Sampai kapanpun, orang akan berusaha untuk menemukan lingkungan yang dapat mengakui eksistensinya. Rasa diterima dan diakui, menjadi hal yang membuat seseorang akhirnya menyadari bahwa hidupnya cukup berharga.Sayangnya, ketika tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perasaan tersisih dan terkucilkan akan menghantui di dalam perasaan. Lalu secepat kilat berubah menjadi perasaan sedih, tidak percaya diri, dan bahkan merasa kecewa dengan diri sendiri.Lantas apa yang salah sesungguhnya?TIDAK ADATidak ada yang salah jika yang terjadi adalah demikian.Ketika seseorang tidak mendapatkan pengakuan yang baik dari orang lain, bukan berarti bahwa dirinyalah

  • Tingkat Dua   Part 51 • Arunika

    "Beneran, Dek?" aku mengangguk yakin.Bunda hanya menghela napas dan tidak mengatakan apa-apa lagi. "Kayaknya ini masih bisa di perbaiki sih Bun, sayang kalo harus beli yang baru." Lanjutku untuk meyakinkan Bunda.Siapa yang tidak mau ponsel baru jika ditawari? tentu saja tidak ada! Masalahnya, ponselku ini baru ku beli saat masuk kuliah. Dan jika dihitung dengan benar, sepertinya belum berumur dua tahun hingga sekarang.Sebenarnya, aku belum mau membeli ponsel baru bukan karena masalah biaya. Aku sangat yakin jika Bunda memiliki uang yang lebih dari cukup jika hanya membelikan ku ponsel baru. Meskipun demikian, sebagai orang yang sedang menuju tahap dewasa aku harus mulai mempertimbangkan banyak hal dan dan juga bertanggung jawab atas segala perbuatan yang aku lakukan sendiri.Ingatanku kembali melayang ke beberapa saat yang lalu. Tepat dimana terjadi insiden kecil yang berhasil menggelincirkan ponselku dari genggaman tangan. Sialnya, itu terjadi saat aku baru saja mulai menuruni t

  • Tingkat Dua   Part 50 • Raditya

    To: Pacar ❤️Ka, kamu dimana?To: Pacar ❤️Kamu baik-baik aja kan?To: Pacar ❤️Maafin Abang ya ....Itu adalah isi tiga pesan teks ku terakhir yang belum juga mendapatkan balasan darinya. Aku tidak tahu apa alasannya tiba-tiba pulang, dan tanpa memberi kabar sama sekali.Sebagai anak yang belajar ilmu-ilmu komunikasi, kami tahu betul bagaimana pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan. Jika diibaratkan, komunikasi ini sama pentingnya dengan sebuah kepercayaan. Tanpa komunikasi yang baik, kepercayaan akan mudah terkikis dan pondasi sebuah hubungan akan mudah rusak.Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengannya?Kenapa tiba-tiba Ika seolah memutuskan komunikasi denganku?Tentu aku harus mencoba memikirkan dari perspektifnya. Meski aku merasa tindakannya ini salah, aku tidak lantas bisa mengatakan bahwa apa yang dia lakukan seratus persen salah. Aku menyadari betul bahwa aku juga mengambil bagian dari kekacauan yang terjadi diantara kami.Hubungan kami yang baru saja di mulai, langsung m

DMCA.com Protection Status