Share

49. Menolak Percaya

"Kalian makan apaan sih? Sampai gak bagi-bagi," tegur Rama sekembalinya kami dari masjid. Aku dan Amira berjalan bersisian, sedangkan Rama tepat di belakang kami.

"Ini, makan kurma ini, Kak," tawarku segera menyodorkan sebutir.

"Bulan puasa udah kelewat kali, Sri," seloroh Rama, tetapi tetap menerima kurma itu.

"Emang makan buah kurma harus pas bulan puasa aja? Enggak, kan," timpalku.

Rama hanya terkekeh kecil dan mulai memakan kurma pemberianku. Setelah beberapa saat, kami pun sampai di depan rumah Bu Marni. Setelah mengucap salam, kami semua segera masuk dan mendapati Aina yang sudah tertidur pulas di atas kursi rotan dengan beralaskan bantal

"Na, bangun. Makan dulu, yuk," ajakku seraya mengguncang pelan tubuhnya. Namun, tidak ada reaksi sama sekali.

"Neng, makan malam dulu. Itu masakannya udah Ibu panasin lagi tadi, soalnya Husni bilang kalian pulangnya habis isya, makanya kami makan duluan," ujar Bu Marni yang keluar dari kamar.

"Tidak pa-pa, Bu."

"Oh iya, Neng Aina juga tadi suda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status