Cakra menemani Alena di ruang bersalin, dirinya tidak sabar untuk menunggu kelahiran kembar tiga yang selama ini hanya bisa dia sapa dan dia ajak bicara melalui perut sangat istri. Alena yang berada di ruang bersalin mencoba mengikuti apa yang Suster katakan. Dirinya benar-benar merasakan sakit. Cakra melihat Alena merasakan sakit berusaha untuk menenangkan Alena. Dia mengecup kening sangat istri dan mengenggam tangannya. "Ikuti apa kata Suster ya, aku ada di sini, jadi jangan takut, cepat keluarkan dan kamu akan tidak sakit lagi," ucap Cakra yang sontak membuat Alena menatapnya dengan horor. Cakra menelan salivanya dia salah bicara ternyata. Cakra perlahan menarik bibirnya membentuk lengkungan dia tidak mau sampai Alena marah padanya. Bahaya pikirnya bisa tidur diluar nanti. "Ayo Bu Alena tarik nafas, jika ibu tidak sanggup kita bisa Caesar aja. Bagaimana ibu mau Caesar?" tanya Suster kembali. Alena menggelengkan kepala, dia tidak mau Caesar karena dia ingin merasakan menjadi i
"Daddy jangan pikirkan itu. Karena apa yang terjadi bukan salah Daddy. Biarkan dia seperti itu, mau dia marah mau tidak itu bukan urusan kita lagi," ucap Cakra dengan raut wajah datar. "Om, semua itu karena jodoh, kalau pun Cakra berjodoh dengan dia pasti dilancarkan tidak mungkin tidak, karena menurutku dia saja yang baper, lagian sudah ditolak harus terima jangan marah ke kita, boleh marah lebih tepatnya kecewa tapi mereka tidak berjodoh, mana mungkin dipaksa," jawab Beno. Tuan Rosario menganggukkan kepala mendengar apa yang dikatakan oleh sahabat anaknya dan Cakra. Tapi, dia penasaran kenapa dia di sana. Timbul niat dari Tuan Rosario untuk mencari tahu siapa yang ada di rumah sakit ini. Apa sahabatnya atau anak sahabatnya atau mungkin suami dari anak sahabatnya itu. Cakra melirik ke arah Arvin yang duduk berhadapan dengannya. Arvin yang mengerti lirikan dari bosnya menganggukkan kecil, dia segera mengambil ponsel dan mengutak-ngatik apa yang harus dilakukan. Berbeda di tempat
"Tidak perlu, aku akan buat dia menyesal. Aku tidak ingin melibatkan kalian. Aku tahu kalian punya dendam tersendiri tapi aku harap ini urusanku, jika nanti aku butuh bantuan akan aku bantu. Arvin, cepat kamu lakukan apa yang harus kamu lakukan jangan sampai mereka lolos begitu saja," ucap Cakra. "Baiklah, kalau lo maunya seperti itu. Gue tidak akan mempermasalahkan. Karena gue tahu, lo pasti bisa lakukan itu. Jika lo butuh bantuan kasih tahu gue," ucap Pasha. Cakra menganggukkan kepala dia mengiyakan apa yang dikatakan oleh Pasha. Arvin pun segera melakukan apa yang diperintahkan oleh bosnya. Tanpa banyak bertanya dia sudah melakukan apa yang harus dia lakukan. Di mobil yang tengah melaju menuju villa, dua sejoli terus melakukan penyatuan. Mereka berdua tidak ada hentinya untuk terus menikmati permainan panas di mobil. Setelah sesion pertama mereka melakukan lagi, bagi Minahashiro Della pemuas nafsunya yang tidak akan dia lepaskan. "Kau sangat enak, Baby. Aku menyukaimu, sangat e
"Tidak, kali ini tidak ada yang mengetahuinya. Kamu tenang saja," ucap Minahashiro mengatakan kepada ketua Klan Woody bahwa kali ini rencananya akan berhasil. Ketua Klan Woody akhirnya menganggukkan kepala mendengar apa yang dikatakan oleh ketua Klan Minamoto. Mereka berdua pun ke ruang makan untuk makan karena sudah waktunya sedangkan di dalam kamar Della segera menghubungi orang yang dia perintahkan untuk mengawasi gerak gerik dari Cakra dia ingin tahu apa yang akan dilakukan ayah tiga bayi kembar itu. "Halo, bagaimana di sana? Apa mencurigakan?" tanya Della yang melakukan panggilan telpon. "Aman dan tidak ada pergerakkan sama sekali," jawabnya. "Baiklah, awasi segera aku mau kalian jangan lengah dia berbahaya, kabari aku segera paham!" seru Della memerintahkan kepada anak buahnya untuk memberitahukan kepadanya untuk segera melaporkan jika ada sesuatu dengan Cakra. Panggilan berakhir, Della tersenyum karena dia bisa mengetahui gerak gerik dari pria yang sudah menolaknya. Della p
Cakra yang menerima telpon dari Arvin yang mengatakan jika terjadi serangan. Alena yang melihat Cakra gelisah hanya bisa melirik nya dalam diam sambil menyusui si kembar. Setelah selesai barulah diletakkan kembali ke box. "Sus, boleh tidak bayi saya di sini saja? Nanti kalau ada yang saya butuhkan akan saya panggil. Saya tidak ingin berjauhan dengan dia, boleh ya?" tanya Alena meminta anaknya di ruangannya saja. "Iya boleh, saya akan letakkan di sini, tapi nanti saya akan bawa kembali kalau sudah waktunya dia kembali ke ruangan bayi ya Bu," ucap Suster kembali. "Terima kasih banyak ya, kira~kira kapan kami bisa pulang, saya sudah tidak sabar bawa bayi saya pulang terlebih lagi si bungsu," ujar Alena berharap mereka bisa membawa bayinya kembali ke rumah. "Kita akan koordinasi dengan dokter nanti kita kabari ya, kalau begitu kami permisi, jika ada perlu kabari ya," ucap Suster yang pamit kepada Alena dan Cakra.Alena menganggukkan kepala, dia senang akan pulang membawa si kembar. A
"Lo aja yang mafia jelangkung jangan gue, gue ga bakalan seperti itu, sudahlah, jangan buat masalah, gue lempar kalian ke luar dan jangan ada yang tertawa," ucap Cakra melirik ke arah Arvin. Arvin yang duduk di depan merubah raut wajahnya yang tadinya terlihat tersenyum kecil sekarang berubah menjadi datar. Ketiga sahabatnya melihat asisten Cakra merubah wajahnya menjadi datar semakin menertawakan dirinya. "Lo emang bener~benar tidak ada akhlak ya, masa kamu katakan hal itu. Memangnya kenapa kalau dia ketawa, toh dia belum berperang. Dan juga, lo biarkan Arvin mencari wanita dia ingin merasakan nikmat dunia seperti lo, bro. Benar tidak Arvin apa yang gue katakan," ujar Pasha. Cakra menghela nafasnya dia tidak mengerti dengan sahabatnya ini, sejak kapan dia melarang asistennya untuk dekat dengan wanita. "Aku tidak melarangnya," jawab Cakra."Tuh dengar Arvin dia tidak larang, cari kalau perlu kita akan carikan, mau tidak?" tanya Beno. Arvin menggelengkan kepala dia tidak mau seper
Cakra memeluk Alena dengan kencang dia benar-benar gemes melihat suaminya yang memeluknya. "Sudah, aku mau tidur, kamu dari mana saja, aku lama sekali nunggu kamu. Aku pikir kamu pulangnya besok karena kamu kalau sudah kerja ga ingat waktu makanya aku telpon kamu," ucap Alena. Cakra melepaskan pelukkannya dan memandang istrinya yang saat ini menatapnya dengan tatapan yang sangat lucu dimatanya. "Aku tadi ada urusan, bukannya kamu sudah tahu. Lagi pula mana mungkin aku pulang malam tanpa tujuan yang jelas. Kamu pikir aku ke club begitu? Aku tidak pernah ke sana seumur hidupku," jawab Cakra jujur. Dia walaupun ketua klan mafia jarang untuk ke club dia pasti meminta anak buahnya yang terjun memantau musuhnya. "Aku hanya khawatir saja, sudah malam. Kamu harus istirahat jangan sampai lupa untuk istirahat. Sekarang aku mau tidur, peluk aku lagi, Sayang," ucap Alena dengan manja. Cakra pun menganggukkan kepala dan memeluk Alena dia naik ke ranjang yang ukurannya cukup besar. Keduanya
Alena melihat siapa yang datang segera menghampiri dan menyalami ayah mertuanya. "Daddy, selamat pagi, silahkan duduk. Daddy sudah bertemu anakku? Mereka mirip denganku bukan? Dia anakku Daddy dan cucu Daddy. Oh ya, Daddy, anak Daddy mengatakan aku ini mengembang, padahal aku tidak mengembang. Aku seperti ini juga karena dia, dia pelakunya dan dia juga yang membuatku kesal Daddy," adu Alena dengan suara bergetar dan menundukkan kepala sambil memilin ujung bajunya. Tuan Rosario mendengar apa yang dikatakan oleh menantunya menghela nafas, dia tidak mengerti dengan jalan pikiran anaknya ini. Syukur~syukur ada yang mau, malah diperlakukan seperti ini. Tuan Rosario memandang Cakra dengan tajam dia tidak menyangka Cakra tega mengatakan itu. Alena yang melihat mertuanya marah kepada Cakra segera berbalik dan menunjukkan wajah sendunya. Cakra melihat reaksi ayahnya dan istrinya membolakan matanya dan menghela nafas karena istrinya sudah pandai untuk merayu Daddynya."Daddy, jangan kamu de
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk