A Loser
Tiga orang makan malam bersama dalam satu meja adalah hal yang biasa, yang tidak biasa adalah tidak satu pun di antara ketiganya memulai percakapan. Tidak Crystal, tidak Chiaki, dan tidak juga Maddie.
Di meja yang berbentuk persegi panjang, metek bertiga duduk di tiga penjuru hingga mereka bisa saling menatap atau berbicara berhadap-hadapan. Sayangnya, tidak satu pun di antara mereka berinisiatif memulai percakapan.
Hanya sesekali sendok dan garpu yang beradu dengan lembut di atas piring menimbulkan suara membuat Crystal bertanya-tanya di dalam benaknya. Mungkinkah dua pria yang sedang makan malam bersamanya memang biasa bersikap tidak saling bicara atau mereka sedang terlibat perselisihan? Karena sikap Maddie yang biasanya bersikap hangat, terlihat sedikit berbeda.
Crystal menyelesaikan hidangan yang tersisa di piringnya lalu ia meletakkan sendok di tangannya, ia meraih gelas yan
TappedChika memasuki ruang kerja kakaknya, ia tidak mendapati Chiaki di sana. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan untuk menemukan Chiaki, tetapi ia tidak menemukannya. Yang ia temukan hanya pintu balkon terbuka lebar hingga memungkinkan sosok yang ia cari berada di luar, untuk memastikan dugaannya, Chika mendekati pintu dan benar saja, orang yang ia cari sedang berdiri di sana. Chiaki sedang berbicara melalui sambungan telepon, pria itu menoleh sekilas ke arahnya lalu menaikkan kedua alisnya seolah memberi kode bahwa ia sedang tidak bisa diganggu.Chika menjauh dari pintu yang menghubungkan balkon, ia bermaksud duduk di sofa yang berada di dalam ruangan itu. Tetapi, tanpa sengaja matanya menangkap layar laptop yang menyala di atas meja kerja kakaknya. Terdorong rasa penasaran ia mendekati meja dan mendapati gadis impiannya berada di sana, menggesekkan biola dengan cara yang sangat ia kagumi selama ini. Gadis yang memainkan
I Love YouSatu Minggu kemudian Chiaki dan Eleine menikah, tidak ada pernikahan mewah layaknya pernikahan seorang konglomerat. Hanya ada pengambilan sumpah di gereja yang disaksikan oleh beberapa orang yang merupakan keluarga inti.Eleine berjalan mondar-mandir di dalam kamar, bukan karena malam itu adalah malam pengantin yang membuatnya merasa gugup.Ia sejak lama telah jatuh cinta pada Chiaki, Chiaki juga tahu perasaan Eleine. Tetapi, pria itu selalu santai menghadapi dirinya dan mengatakan jika mereka adalah saudara. Hari ini, pria yang ia impikan sepanjang hidupnya resmi menjadi suaminya, seharusnya ia bahagia. Seharusnya ia merasa menjadi gadis yang paling beruntung di muka bumi.Faktanya di malam pengantin, Chiaki tidak tidur bersamanya. Sepulang dari pemberkatan pernikahan, mereka kembali ke rumah yang ditinggali Chiaki dan mengatakan, "Mulai hari ini, ini adalah rumahmu dan ini adalah kamarmu."
Anxiety DisorderCrystal sesaat menghentikan langkahnya karena mendapati seseorang bersandar di mobilnya sambil mengisap rokok di tangannya, ia mengembuskan napas dengan cara sedikit kasar lalu kembali melangkah mendekati mobilnya."Chiaki menugaskanmu menguntitku, 'kan?"Maddie menghisap tembakaunya dalam-dalam lalu mengepulkan asapnya ke udara, ia kembali menghisap tembakau di tangannya lalu melemparkan benda itu ke tanah, menginjaknya menggunakan ujung sepatu untuk mematikan apinya.Ia menatap Crystal dengan tatapan dingin. "Sekarang kau pandai mencari masalah.""Aku?" Crystal mengerutkan keningnya dan menempatkan satu telapak tangannya di depan dadanya."Nona, apa ada orang lain yang kuajak bicara di sini?"Crystal mencebik. "Aku tidak merasa membuat masalah."Maddie menghela napas dengan kasar, ia menarik pintu mobil Cry
Look at Me"Nona, kau sangat tegang, apa kau perlu segelas air?" Donna yang sedang menata rambut Crystal jelas menyadari jika gadis kesayangannya tuan mudanya dalam kondisi cemas.Crystal menggeleng.Donna menghela napasnya pelan, di dalam benaknya, ia merasa iba terhadap Crystal. Gadis yang tampak rapuh itu mungkin sama seperti Chiaki, memiliki gangguan kecemasan hanya saja tingkatnya berbeda, terlihat dari cara Crystal meremas telapak tangannya berulang kali hingga kulitnya mulai memerah.Ia beringsut setelah memastikan jika rambut Crystal telah tertata rapi kemudian ia kembali mendekati Crystal dengan segelas air di tangannya. "Minumlah beberapa teguk agar mengurangi keteganganmu."Ragu-ragu Crystal menerimanya, ia perlahan meneguk air di dalam gela. Air yang mengalir melalui kerongkongannya terasa menyegarkan dan menyejukkan, tidak dipungkiri jika efek yang ditimbulkan memang m
A FansCrystal duduk tepat di depan konduktor, ia memegang biolanya dengan caranya yang anggun, tetapi penuh tekad, juga semangat. Ketika konduktor berambut putih mulai mengayunkan tongkatnya, Crystal menatap konduktor dan mengikuti ketukan tongkat yang diayunkan oleh pria di depannya, ia mulai menggesek biolanya dengan caranya. Sekilas caranya menggesek biola tampak terlalu lemah gemulai, tetapi tidak dengan nada yang dihasilkannya dan itu merupakan ciri khas yang mungkin tidak dimiliki oleh pemain biola lain.Bibirnya terus mengulas senyum, senyum yang sama sekali tidak ia buat-buat setiap kali ia berada di atas panggung pertunjukan seolah panggung hanya miliknya, seolah ia sedang menunjukkan pada dunia betapa indah nada yang ia hasilkan setiap gerakannya, ia mampu mengajak penonton untuk terpaku ke arahnya tanpa berkedip.Meskipun kali ini ia berada di dalam orkestra dan posisinya duduk, Crystal sama sekali tidak berp
Looks Messy"D-di mana yang lain?" desah Crystal ketika ia telah berada tepat di depan Chiaki.Chiaki menurunkan satu kakinya, matanya masih tidak meninggalkan wajah Crystal, begitu pula senyum yang masih tergambar di bibirnya. "Duduklah."Crystal merasa kecanggungan melingkupinya dan lebih parahnya lagi, ia merasakan gugup padahal ini bukan kali pertama ia hanya berdua dengan Chiaki. Ia mengejawantahkan perintah Chiaki untuk duduk dikursi yang disediakan untuknya.Selang beberapa detik seorang pelayan pria datang dengan memegang nampan yang berisi dua buah gelas kristal yang dan sebuah botol sampanye diikuti pelayanan lain yang membawakan hidangan dan dalam hitungan menit hidangan telah siap di atas meja dengan penyajian yang luar biasa.Keduanya mulai menyantap makanan yang disajikan tanpa percakapan apa pun di antara mereka, hanya sesekali Chiaki memberikan potongan daging ke mu
I Won'tMaddie sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi saat ponselnya berdering, setengah mengernyitkan dahi ia mengurangi kecepatan untuk menjawab panggilan dari Chiaki."Di mana Crystal?" pertanyaan Chiaki tentu saja mengejutkannya karena baru beberapa menit yang lalu ia meninggalkan Crystal di kamar Chiaki."Dia ada di kamarmu, seperti perintahmu.""Dia tidak ada di sini, hanya ada ponselnya di sini." Ucapan Chiaki terdengar tenang, tetapi Maddie tahu jika Chiaki tidak begitu."Tetap di tempatmu dan bernapaslah dengan benar, aku akan tiba di sana dalam lima menit." Meski tidak tahu pasti apakah Chiaki mengalami serangan hypervetilation atau tidak, setidaknya ia mengingatkan Chiaki. "Aku akan menginstruksikan pegawai hotel untuk memeriksa kamera pengawas." Maddie menambah kecepatannya lalu membelokkan setir mobil untuk memutar arah.Sayangnya pa
Chapter 31Ice CreamMaddie pasti berbohong.Pemikiran itu yang pertama terlintas di benak Crystal saat ia memasuki kamar. Tidak ada kekhawatiran di raut wajah Chiaki seperti digambarkan oleh Maddie, sedikit pun tidak.Kekecewaan melingkupi seluruh rongga dada Crystal, ia kira sikap Chiaki manis hanya kepadanya karena ia adalah wanitanya, simpanannya. Nyatanya terhadap Caren, sikap Chiaki juga manis, berbicara dengan nada lembut, dan yang paling membuatnya merasa iri adalah Chiaki dan Caren berbicara berdua di tengah pesta dengan cara yang terlihat akrab.Ia ingin berada di posisi Caren, ia ingin dirinya diakui keberadaannya. Dengan kata lain keserakahan benar-benar mulai tumbuh dan berakar di dalam dirinya.Mungkinkah jika Caren juga salah satu simpanan Chiaki?"Ayo, kembali ke rumah," ucap Chiaki datar.Crystal hanya bisa mengangguk lalu mengikuti
EpilogueEpilogueTian baru saja keluar dari sebuah sekolah anak-anak, ia baru saja selesai mengajar anak-anak bermain piano di sana. Secara tidak sengaja ia melihat Crystal menuntun anak kecil, ia segera mengejar Crystal."Crys," sapanya sambil mengendurkan dasinya."Hei, Tian. Kau di sini? Apa kau mengajar?""Ya," jawab tian sembari melirik anak kecil yang dituntun oleh Crystal. "Siapa dia?Crystal menatap Nicky. "Sayang, dia teman Mommy."Nicky mengangguk, sedangkan Tian ternganga. "Mommy? Maksudmu?"Crystal tersenyum lebar, pipinya tampak merona. "Aku telah menikah dan dia... kau mengerti... maksudku...." Ia tidak ingin mengatakan di depan Nicky jika ia bukanlah ibu kandung Nicky yang sejak pertemuan pertama mereka Nicky yang malang mengira Crystal asalah ibunya."Oh, aku mengerti, selam
EndCrystal mencumbui bibir Chiaki, setelah mendengarkan pengakuan suaminya, ia merasakan dorongan kuat, menggebu-gebu, ia merasa jika cintanya kepada Chiaki tidak terbendung lagi. Ia tergila-gila pada suaminya.Crystal masih duduk di atas pangkuan suaminya dengan posisi mengangkanginya. Entah sudah berapa lama bibir mereka bertaut seolah hanya ciuman yang bisa menggambarkan besarnya perasaan di dada masing-masing, mereka seolah enggan untuk menyudahinya hingga bibir mereka nyaris bengkak, hanya sesekali bibir mereka terlepas, sejenak meraup oksigen dengan terburu-buru."Suamiku, aku menginginkanmu," erang Crystal terdengar mendamba di sela ciuman mereka.Chiaki menangkup pipi Crystal, menatap wajah cantik istrinya yang memerah, pasrah oleh gairah. "Aku juga menginginkanmu, sayangku."Crystal kembali mengecup bibir Chiaki, lembut menggoda meski hanya sekilas.
The Only OneKarina, lima tahun yang lalu gadis itu duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu belum diadopsi hingga usianya enam belas tahun, anak itu sangat pendiam, juga pemalu. Karina lebih memilih menghabiskan waktunya dengan membaca buku dibandingkan dengan bergaul dengan teman-teman seusianya.Karina mengikuti perlombaan ilmu sains antar sekolah. Crystal berjanji akan membawakan guru les privat untuk Karina, tetapi hingga perlombaan itu tinggal beberapa Minggu lagi ia belum menemukan guru ilmu sains yang cocok sesuai kriteria yang ia inginkan, ia beberapa kali datang ke agen penyedia guru les, tetapi ia selaku menemukan kendala yang membuatnya tidak bisa mendapatkan guru les.Hingga saat ia keluar dari sebuah gedung, karena pikirannya kacau ia menabrak seorang pria menyebabkan buku-buku yang dipegang oleh pria itu berjatuhan ke lantai. Di sanalah ia berpikir jika takdir menuntunnya, buku-buku yang dipegang o
Mrs. StormTiga buah mobil beriringan melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan berkelok-kelok, menanjak, dan menurun. Di dalam Land Rover Discovery, Crystal meringkuk di dalam pelukan suaminya sambil menonton acara televisi yang terpasang di dalam mobil tersebut. Sesekali mereka tertawa karena acara yang mereka tonton adalah acara drama komedi yang sangat menghibur.Sesekali bibir keduanya bertaut, bercumbu, dan saling menggoda. Tetapi, ketika gairah mereka mulai menuntut lebih, keduanya memilih berhenti. Chiaki tahu jika istrinya juga menginginkannya, tetapi ia tidak akan memulainya kecuali Crystal yang memulai karena ia tahu bagaimana rasanya memiliki trauma yang masih segar di dalam ingatan. Seperti dirinya yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali memperbaiki kondisi mentalnya yang nyaris tumbang.“Kita akan segera tiba,” ucap Crystal saat mobil melintasi petunjuk arah yang berada di tepi jalan.
Shine After the DarkCrystal dan Chiaki baru saja menikah di sebuah kapel, hanya pernikahan sederhana yang dihadiri oleh kedua orang tua Chiaki dan Edgar, juga Maddie. Tetapi, acara berjalan khidmat juga penuh kebahagiaan yang menaungi mereka.Crystal berdiri di depan cermin, menatap bayangan dirinya yang masih berbalut gaun pengantin. Dulu ia sangat mendambakan bisa menjadi salah satu musisi di Storm Studios, sekarang Tuhan justru berkehendak lain, ia resmi menjadi istri pemilik Storm Studios.Perasaannya nyaris sulit digambarkan, sangat bahagia, seperti pengantin wanita yang lain. Tetapi, ada kabut di benaknya yang masih belum sepenuhnya memudar meski ia menepisnya."Apa yang kau pikirkan, sayangku?" Chiaki mengalungkan kedua lengannya di pinggang Crystal.Crystal tersenyum, telapak tangannya mengelus kulit tangan suaminya, dan matanya menatap bayangan wajah suaminya yang terlihat bers
Treat Each OtherCrystal memasuki rumah dan langsung menuju ke dapur, ia merasa sangat lapar hingga mungkin akan segera pingsan. Sebenarnya mereka bisa saja berhenti di restoran yang mereka lewati, tetapi berhubung keduanya tidak membawa dompet maupun ponsel, Crystal harus bersabar menahan lapar hingga mereka tiba di rumah."Nona, sarapan telah disiapkan," ucap salah satu pelayan saat mendapati Crystal memasuki dapur."Aku tidak ingin memakan Muesli." Crystal menarik hendel pintu lemari pendingin makanan untuk mendapatkan bahan-bahan yang ia inginkan."Nona, biar saya yang melakukannya," ujar pelayan yang tampaknya ketakutan karena mendapati Chiaki memasuki dapur. "Apa yang ingin Anda makan?""Ma Chére, apa yang kau lakukan?" Suara Chiaki tidak kasar, tidak juga lembut, tetapi terdengar tidak menyukai tindakan Crystal.Crystal mengacuhkan Chiaki, ia mengeluar
Our SonChiaki menuntun Crystal ke garasi mobil, mengambil sebuah kunci Ferrari SUV lalu memberikannya pada Crystal. "Aku ingin menikmati duduk di samping pengemudi tercantik di dunia."Crystal menyeringai. "Kau akan terkesima, aku sangat ahli dalam hal balapan liar di jalanan.""Kalau begitu tunjukkan padaku." Chiaki menarik pintu mobil dan segera duduk di bangku samping pengemudi.Crystal menyeringai senang, ia mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi seolah-olah jalanan benar-benar hanya miliknya, apa lagi jalanan itu tidak asing baginya ditambah lagi saat itu masih pukul empat dini hari. Dipastikan hanya ada beberapa mobil yang melintas di jalanan terlebih lagi mereka menuju area pedesaan.Setelah mengendarai mobil hampir satu jam, mereka tiba di pegunungan. Di sana terdapat danau yang airnya tampak masih hitam karena matahari belum muncul, hanya permukaannya yang terli
Speak Through the ToneDua hari telah berlalu, seperti dugaan Chiaki, Crystal memang berpura-pura kuat. Tengah malam ia mendengar sayup-sayup Crystal terisak. Ia membuka matanya dan mendapati Crystal meringkuk di tepi tempat tidur dengan posisi membelakanginya. Ia yakin jika Crystal sering menangis diam-diam di rumah sakit saat ia tertidur pulas di bawah pengaruh obat.Chiaki merasa jika dadanya terasa sangat sakit, lebih sakit dari pada saat ia memangku jasad Chika yang berlumuran darah. Ia tahu rasanya memendam kesakitan sendiri tanpa bisa mengungkapkan kepada orang lain, bahkan kepada orang terdekat.Chiaki beringsut, ia mengalungkan lengannya di pinggang Crystal tanpa mengatakan apa-apa dan memeluk tubuh Crystal erat-erat. Berulang kali ia mendaratkan bibirnya di puncak kepala Crystal berharap bisa menenangkan calon istrinya.Setelah beberapa puluh menit berlalu dan Crystal tidak lagi terisak, Chiaki perl
“Sepertinya aku harus merapikan ini.” Crystal menyentuh jambang Chiaki yang mulai tumbuh. “Kenapa bagian ini cepat sekali tumbuh?” Ia mengalihkan tatapannya ke kepala Chiaki yang kini berubah penampilan, kepala Chiaki bersih tanpa rambut.“Karena mereka suka kau merawatnya, jadi mereka tumbuh dengan cepat,” ujar Chiaki.Ia tersenyum bahagia karena setiap pagi Crystal mencukur bulu yang tumbuh di wajahnya. Tetapi, bukan berarti ia senang dengan penampilan barunya, rambut di kepalanya benar-benar tidak ada karena tim medis memotong dengan asal-asalan saat menjahit luka di kepalanya mengakibatkan ia terpaksa mencukur habis rambutnya dibandingkan harus membiarkan tatanan rambutnya tidak beraturan.“Kurasa setelah rambutmu tumbuh nanti, kau tidak perlu memanjangkannya lagi.”“Kau tidak menyukai rambut panjangku?”Crystal mengecup pipi Chiaki. “Aku menyukai rambutmu yang lembut, tapi aku lebi