"Ngapain lagi lo balik lagi ke sini? Kan udah gue bilang kalo lo itu harusnya tinggal di dusun lo sana. Cocok sama kepribadian dan sifat lo. Sama-sama lemot dan belum diupgrade pemikirannya."
Gadis langsung diberondong dengan omelan Maya, saat ia baru saja menginjakkan kaki di rumah orang tua kandungnya. Gadis meringis. Mulut tanpa filter Maya pasti akan mendapat reaksi sama parahnya dari Putra, kakaknya. Putra juga mempunyai mulut tanpa filter.
"Kenalkan, Kak Maya. Ini Mas Putra, kakak Gadis." Gadis buru-buru memperkenalkan kakaknya untuk mengalihkan pembicaraan yang mulai memanas.
"Anda ini dibesarkan makan apa sih oleh kedua orang tua Anda, sampai mulut Anda beraroma seperti jamban begini? Tidak diberi makan kotoran kan?" Putra berdiri santai, dengan kedua tangan yang dimasukkan pada saku celananya. Gayanya cuek dan santai. Tetapi Gadis tahu, Putra sebenarnya sedang marah sekali.
"Dan Anda sendiri? Anda
"Aduhhhh! Udah Kak! Bukan maksud Gadis begitu. Kakak salah pa-aduhhh!" Air mata Gadis sampai keluar saat Maya sekuat tenaga menjambak rambutnya dan menampari kembali kedua pipinya. Iya yakin sebagian rambutnya bahkan sudah tercabut sekarang. Kakaknya bahkan tidak peduli wajah ayah mereka sudah menyuruhnya untuk melepaskannya.PLAKKKK!Suara tamparan yang begitu kuat terdengar di seluruh ruangan. Tetapi anehnya Gadis sama sekali tidak merasakan sakit, bahkan gerakan aniaya kakak kembarnya pun terhenti. Waktu seperti terhenti sejenak. Suasana mendadak hening. Gadis melihat sudut bibir kakaknya robek dan mengalirkan setetes darah. Rupanya ayahnya lah yang telah menampar kakaknya!"Ayah menampar Maya? Gadis melihat kakaknya memandangi ayahnya dengan tatapan tidak percaya dan diikuti dengan butiran bening air matanya yang jatuh berderaian. Untuk pertama kalinya Gadis melihat kakaknya menangis."A
"Duh muka Bapak kok bisa sampai benyek-benyek kayak kue bika ambon bantet begini sih? Digebukin penjahat atau dimassa orang sih, Pak? Kesian amat."Fahrani yang di titahkan oleh ibu mertuanya mengantarkan sarapan pagi untuk suami njelehinnya, sampai lupa pada tujuan utamanya saking speechlessnya melihat keadaan Orlando. Tangannya bahkan refleks langsung membelai sayang rahang Orlando yang seketika membuat Lando menjauhkan wajahnya jengah dan membuat kedua mata Gadis mendelik kesal.Ini mbak-mbak dari mana sih main ngelus-ngelus muka orang aja nggak pake assalamuaikum dulu. Belum juga Gadis menanyakan pada Orlando siapa mbak-mbak ini, suara marah atasan Orlando sudah menjawab rasa penasarannya. Mbak-mbak ini istri atasan Orlando rupanya."Rani, Sedang apa kamu hah?" Desisan marah Fatah membuat Rani kaget seketika. Bagaimana tidak kaget, baru saja ia ing
"Lo siento, señor Lopez. Pagaré mi deuda tan pronto como sea posible. Lo juro!!"(Saya minta maaf tuan Lopez. saya berjanji akan melunasi hutang saya secepatnya. Saya bersumpah!)"Gue udah bilang kalo gue lagi bokek. Lo ngerti nggak sih! Bilang sama majikan pelesit penghisap darah lo itu, kasih gue waktu seminggu lagi. Gua akan lunasi sisa bunganya kalo gue udah balik dari Hawai!!"Misericordia señor Lopez !! Prometo no engañarte de nuevo. ¡Por favor perdóname!"(Ampun tuan lopez! Saya berjanji tidak akan mencurangi Anda lagi. Tolong maafkan saya!!)"Kak, Kak Maya. Bangun Kak. Kakak mimpi ya! Kak Maya!" Gadis mengguncang-guncang pelan bahu kakaknya yang sepertinya sedang bermimpi buruk. Kakaknya terus saja ngelindur dengan sekujur tubuh gemetaran dan keringatan. Ia tadi sedang membuat segelas susu di dapur k
... 146, 147, 148, 149, 150. Selesai. Orlando duduk bersila setelah selesai push up 100 kali dan sit up 150 kali. Dia belum sanggup kembali pada repetisi jumlah push up yang biasanya 200 kali dan sit up 250 kali. Tubuhnya belum benar-benar pulih. Ini pun dia seperti memaksa kesembuhannya agar di percepat akibat tidak percayanya ia meletakkan tanggung jawab kepada anak buahnya sendiri. Ada perasaan tidak puas saat bukan dirinya sendiri yang menjaga dan melindungi Gadis. Kemarin atasannya mengancam akan memberikan pengawalan atas Gadis kepada AKBP Maman Supratman apabila Orlando masih saja membangkang dan nekad mengawal Gadis dalam keadaan fisik yang masih babak belur. Atasannya ingin agar ia beristirahat penuh minimal tiga hari lagi agar fit saat bertugas nantinya. Tetapi perasaan kan tidak bisa di bohongi. Saat ini saja dia sudah rindu setengah mati kepada Gadis, padahal kemarin pagi mereka masih saling bertemu di kantor polisi.
"Saya akan memberi Anda kesempatan satu kali lagi. Jawab dengan jujur, Anda ini Maya atau Gadis? Don't you dare lie to me, darling. I am police. I read eyes." Orlando menunjuk matanya sendiri dengan dua jari tangannya yang membentuk huruf V. Gadis makin merasa serba salah. Kalau ia mengaku, maka sudah bisa di pastikan Bripda Sahat akan mendapat hukuman karena sudah dianggap lalai dalam menjalankan tugasnya. Padahal dia sendirilah yang salah. Gadis tidak tega kalau sampai Bripda muda yang baik dan sopan itu ikut menanggung akibat dari kesalahannya.Akan tetapi, kalau dia tetap diam dan melanjutkan sandiwaranya sebagai Maya, bisa-bisa ia akan dikerjain beneran oleh AKBP galak ini. Orlando bukan type orang yang suka berbicara omong kosong belaka. Dia pasti akan benar-benar merealisasikan segala ucapannya. Bagaimana ini ya, Tuhan? Untuk pertama kalinya Gadis tahu bagaimana rasanya istilah harus makan buah simalakama.
"Dis, panggil Mas mu makan dulu sana." Gadis yang baru saja duduk dan bersiap-siap untuk makan makan menatap Jaka dengan pandangan meminta pertolongan. Semenjak peristiwa Gadis menolak untuk mempropamkan Orlando, kakaknya itu memang marah sekali padanya. Hari ini memang Jaka libur sampai besok. Ia meminta izin khusus pada Cakra untuk menjenguk kedua orang tuanya di kampung dan tentu saja Gadis minta ikut. Dia pun sudah rindu sekali kepada abi dan uminya. Setelah meminta izin pada Orlando dengan drama penuh air mata, barulah Orlando dengan berat hati memberinya izin. Itu pun dengan ancaman apabila dalam dua hari Gadis tidak kembali, ia sendiri yang akan menjemputnya ke kampung."Lho Dis kok diam saja? Sana panggil Mas mu. Keburu demo ini cacing-cacing diperut Abi." Kali ini abinya lah yang menegur Gadis yang masih saja duduk terpaku di kursinya. Mau tidak mau, dengan langkah yang sengaja di seret-seret enggan Gadis pun mulai berjalan menuju ke arah
Dalam diam dan bercucuran air mata Gadis mengobati luka-luka Putra. Sebenarnya Gadis masih penasaran mengapa kakak sulungnya ini keukeh sekali untuk mengakui kalau dia adalah orang yang telah menghamilinya. Padahal jelas-jelas Orlando lah yang sudah menanamkan benih dirahimnya. Laki-laki dengan segala pemikiran absurdnya adalah hal yang paling membingungkan baginya. Bayangkan saja, biasanya sebagian besar laki-laki pasti akan gentar bila di hadapkan pada masalah pertanggung jawaban saat pacarnya hamil bukan? Makanya di acara-acara berita kriminal yang ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi, banyak sekali kasus-kasus pembunuhan yang sebagian besar dilakukan oleh pacar atau pasangan mereka sendiri yang kalap dan kebingungan saat dimintai pertanggung jawaban karena pacarnya hamil. Tapi kakaknya ini malah bersikeras mengakui anak hasil benih laki-laki lain sebagai anaknya. Benar-benar cari penyakit bukan?"Mas. Kok Mas ngaku-ngaku sudah menghamili
"Bi, polisi sialan ini sudah menggagahi Gadis dengan paksa. Masa sih Abi masih menerima lamarannya? Karakter manusia ini nggak baik, Bi. Suka memaksa. Mau jadi apa nanti kalau Gadis sudah jadi istrinya? Pasti dia akan memaksa Gadis ini itu. Coba tolong Abi pikirkan sekali lagi. Putra melakukan ini semua demi untuk kebaikan Gadis. Putra harap Abi mengerti."Putra berdiri berhadap-hadapan dengan abinya. Menatap penuh permohonan dalam keputusasaan. Harapannya semakin tipis saja rasanya."Nak, kamu sadar dengan kata-katamu sendiri? Oke Orlando memang salah karena sudah memaksa Gadis. Tapi kamu bagaimana? Kamu juga memaksa kan? Kamu bilang itu semua demi kebaikan Gadis? Sungguh? Tapi kok Abi malah merasa itu semua demi untuk memuaskan hasrat dan obsesimu sendiri?"Tirta Sanjaya sebenarnya merasa kasihan melihat anaknya tampak begitu merana karena keinginannya untuk memiliki Gadis musnah sudah. Tetapi sebagai seorang ayah dia ha
"Mbak Gadis, melahirkan itu sakit nggak sih? Salwa takut, Mbak. Menjelang hari Hnya seperti ini, Salwa keder, Mbak. Ngeri."Gadis yang sedang menyusui Dimetrio Atmanegara, putra pertamanya mengalihkan pandangannya pada Salwa. Sahabat sekaligus partner in crimenya di restaurant dulu yang kini telah menjadi kakak iparnya. Salwa menikah dengan Putra Tirta Sanjaya, kakak sulungnya satu setengah tahun yang lalu. Kini Salwa tengah hamil tua dan tinggal menghitung hari kelahirannya. Tidak heran kalau kakak iparnya ini ketakutan memikirkan betapa menyakitkannya proses kelahiran yang harus ia lalui."Begini ya, Salwa. Mbak akan memberi gambaran dari mana muncul rasa sakit itu dulu sebelum asumsi kamu melebar kemana-mana. Salwa, dengar, penyebab sakit saat melahirkan itu biasanya adalah karena kontraksi otot. Rahim kita ini memiliki banyak otot. Otot ini akan berkontraksi dengan kuat untuk mengeluarkan bayi s
Rumah mewah yang terletak di pinggir pantai itu tampak mentereng dan megah. Karta Suwirya membangunnya terpisah cukup jauh dari penginapan exclusive khusus untuk para turis yang datang berkunjung. Terlihat sekali Karta menginginkan agar privacynya tidak terganggu. Dalam gelapnya malam, rumah itu bersinar layaknya cahaya mercusuar. Pantai ini sebenarnya adalah pantai daerah wisata. Sementara penginapannya terletak diseberang pulau. Jadi untuk mencapai penginapan dan akses keluar masuk pulau, para penghuninya harus menggunakan kapal ferry. Begitu pun untuk kegiatan sehari-hari. Penginapannya memang sangat mewah namun sangat terpencil. Daerah wisata seperti ini biasanya adalah destinasinya para pengantin baru yang ingin honeymoon. Karena kesan yang di tampilkan itu private dan juga intimate. Di tempat inilah Kartasuwirya biasanya menyembunyikan para selingkuhannya. Tempat yang sampai sejauh ini belum terendus oleh istrinya. M
Dalam diam Gadis menajamkan pendengarannya. Pada saat matanya tidak bisa ia gunakan, maka telinganya lah yang akan ia maksimalkan. Ia sama sekali tidak mau mati konyol di sini. Ia tahu bahwa panik tidak akan memberikan manfaat apa-apa selain membuat tekanan darahnya meninggi dan kemampuan berpikir sel-sel otaknya menjadi lumpuh. Mobil berjalan cepat dan semakin lama perjalanan sepertinya semakin menurun dan berkelok-kelok. Perut Gadis seperti sedang dikocok-kocok saking mualnya. Gadis menarik nafas pelan-pelan dan menghembuskannya secara teratur. Ia tidak bisa mengeluarkannya dari mulut karena mulutnya telah di lakban. Gadis sampai mengeluarkan keringat dingin saking enegnya. Setelah perjalanan di dalam mobil yang rasanya lama sekali, akhirnya mobil yang membawanya berhenti juga. Telinga Gadis langsung menangkap suara debur kencang ombak yang memecah pantai. Berarti ia sedang diasingkan pada sebuah pantai. Benaknya mencatat baik-baik semua tanda
Hujan deras diiringi suara petir yang menggelegar membuat Gadis yang ditinggal sendirian di rumah menjadi ketakutan. Dua orang ART orang tuanya yang merupakan ibu dan anak, sudah tidur sejak jam sembilan tadi. Hujan deras di malam hari memang cenderung membuat orang lebih cepat mengantuk. Sebenarnya tadi Gadis berat sekali melepas Orlando untuk bertugas. Entah kenapa malam ini hatinya resah dan perasaannya tidak enak. Gadis merasa mungkin ini semua adalah akibat dari hormon kehamilannya.Demi membunuh rasa sepi dan ketakutannya, Gadis menonton televisi sambil menunggu kantuk menghampirinya. Tetapi walaupun pandangannya mengarah kedepan, Gadis sama sekali tidak bisa menikmati apa yang disajikan didepan matanya itu. Dia sangat gelisah!Ceklek!"Arrghhhh!"Gadis menjerit kaget saat pintu kamarnya tiba-tiba saja terbuka. Setelah melihat dua orang Asisten Rumah Tangga orang tuanya masuk
Disepanjang perjalanan pulang Orlando berkali-kali melirik Gadis yang duduk diam bagai arca di sampingnya. Dia yang modelnya lempeng dan tidak mengerti cara merayu ini bingung harus mencari topik apa untuk membuka obrolan. Bayangkan saja, dia yang sehari-hari cuma menginterogasi dan menekan para bandit dan juga penjahat, kini di paksa harus menjadi Sudjiwo Tejo. Orlando khawatir kata-kata indah yang sudah susah-susah dirangkainya bukannya terkesan mesra tetapi malah lebih mirip Berita Acara Pemeriksaan lah ujung-ujungnya. Kan bisa gawat jadinya."Abang memang orang yang kaku dan tidak bisa melakukan apapun dengan benar, tapi satu hal yang perlu kamu ketahui sayang. Abang sangat mencintai kamu. Tolong maafkan kebodohan Abang yang sudah membuat kamu sedih dan sakit hati. Maaf jika selama ini mungkin Abang kurang perhatian kepada kamu. Karena jujur Abang sering kali bingung saat harus membagi waktu antara harus ngangenin kamu atau miki
Selama menunggu atasannya membawa pulang istrinya ke rumah kediaman Antariksa, Orlando menunggu di pintu gerbang. Ia terus berjalan hilir mudik sehingga membuat SATPAM di pos jaga ikut stress melihatnya. Dibenaknya terus saja mengulang-ulang adegan di wajah basah penuh air mata istrinya tengah tertidur pulas dalam pelukan atasannya. Orlando sungguh tidak terima karena ia bahkan tidak pernah menyentuh kulit Rani kecuali hanya untuk bersalaman. Ia menghormati Rani sebagai seorang perempuan sekaligus juga istri atasannya. Bagaimana ia tidak emosi jiwa membayangkan kalau istrinya dirangkul-rangkul dan dipeluk-peluk laki-laki lain?Padahal Orlando tidak tahu saja kalau penampakan di photo itu hanyalah pencitraan publik semata. Fatah melakukannya untuk membalas rasa kesalnya pada Orlando. Orlando pasti tidak tahu cobaan seperti apa yang ia dapatkan behind the scene photo itu ia kirimkan.Ceritanya akibat Gadis yang terus menerus menangi
Orlando berlari menuruni tangga darurat saat melihat istrinya dan atasannya menutup lift. Masih terbayang di matanya pemandangan kecewa atasannya. Dan yang paling memerihkan hatinya adalah kala melihat air mata sakit hati yang terbias dari bola mata istrinya. Shit! Dia sama sekali tidak menduga kalau istrinya bisa ada di sini. Siapa yang memberitahukannya? Atasannya juga. Mengapa mereka bisa datang secara bersamaan? Pertanyaan mengapa dan mengapa, terus berkecambuk di benaknya.Orlando tiba di basement dan langsung berlari kencang menuju ke parkiran. Bersiap-siap menghadang, apabila atasan dan istrinya akan meninggalkan apartement. Matanya menatap tajam setiap orang yang berlalu lalang di sana. Harap-harap cemas semoga istrinya ada di antara mereka.Namun harapannya tidak terkabul. Setelah hampir dua puluh menit menunggu, ia tidak juga menemukan bayangan keduanya. Orlando terduduk lemas di lantai parkiran. Ia bingung, cem
Gadis terbangun saat merasa ada sesuatu sedang mengelus-elus pipinya. Begitu matanya terbuka, ia langsung kaget saat dihadapkan pada wajah Orlando yang hanya berjarak sejengkal dari wajahnya sendiri. Dan sesuatu yang mengelus-elus pipinya itu adalah telapak tangan suaminya."Selamat pagi istriku. Nyenyakkah tidurmu semalam sayang? Apakah kamu memimpikan Abang dalam tidurmu, hmmm?" Kini Orlando malah mencium-cium gemas pipinya dengan suara cup cup yang terdengar keras. Gadis buru-buru memalingkan wajahnya. Dia masih amat sangat marah dan kecewa pada Orlando yang ternyata tega membohonginya."Kamu ini kenapa sih sayang? Dari semalam Abang kamu judesin terus sampai Abang nggak berani minta jatah. Ada apa sih? Cerita dong biar Abang tahu salah Abang itu di mana, dan bisa memperbaikinya."Mata Gadis membulat saat merasakan tangan Orlando masuk melalui bawah piyama satinnya dan mengelus bulatan empuk didadanya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Gadis Putri Sanjaya binti Candra Daniswara dengan mas kawin 111 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Orlando dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" Tanya Pak Penghulu."Sahhhh!""Alhamdullilahhhh."Akhirnya setelah melalui perjalanan yang singkat namun penderitaan dan kesakitan yang panjang dalam arti yang harafiah, Orlando kini bisa menepuk dada dengan bangga. Dokter cantik ini akhirnya resmi menjadi istrinya. Tidak sia-sia ia berdarah-darah digebukin kakak-kakak Gadis kalau hasil akhirnya ternyata seindah ini. Hasil memang tidak akan pernah menghianati usaha insya allah. Mungkin selama ini orang mengira bahwa d