"Ada apa ini?" Aku mendengar suara Levy yang semakin mendekat.
"Nuva! Ya, Tuhan ! Apa kau terluka?" Levy berlari mengahampiriku lalu membantuku berdiri.
"Ya, setidaknya gaun yang kau berikan tidak kotor karena makanan dan minuman itu," jawabku sambil membersihkan sedikit debu di pakaianku.
"Siapa yang melakukan ini padamu? Jika ada yang melapor pada Mama tamatlah riwayatku," tanya Levy kini wajahnya terlihat sangat kesal.
"Wanita itu," jawabku santai sambil menunjuk wanita tadi yang mendorongku, Levy menoleh ke arah yang kutunjuk.
"Kau!"
"Levy, gadis kecil itu berbohong. Dia saja yang terlalu berlebihan, mengapa juga kau memilih bersama gadis kecil itu. Ia tidak akan dapat memuaskanmu, Levy-ku sayang," jawab wanita itu sambil bergelayut di lengan Levy.
"Levy," panggilku, Levy menoleh dan menatapku lembut.
"Apa itu 'jalang' dan 'merayu'?" tanyaku, seketika bola mata Levy membulat sempurna.
"Apa kau bilang? Mengapa kau tanyakan itu?" Levy berbalik bertanya.
"Wanita itu, menyebutku jalang dan telah merayumu. Aku tidak mengerti, tetapi aku akan tanyakan pada Mama jika kau juga tidak tahu," jawabku datar.
"Tu-tunggu, Nuva. Aku tahu, tapi nanti saja kita membahas itu," jawab Levy dengan suara bergetar.
Levy menoleh ke arah wanita itu dengan tatapan membunuh, semua orang yang berada di sana perlahan mundur menjauh sambil menatap takut.
"Kau menghinanya ‘jalang' dan kau bilang dia merayuku?" tanya Levy sambil memiringkan kepalanya dan tersenyum lebar.
"Ya, benarkan dia hanya jalang kecil yang merayumu dengan tingkah polosnya?" jawab wanita itu tanpa merasa bersalah.
Levy mengeluarkan beretta px4 yang tersemat di holster miliknya. Menoleh ke arahku dengan tatapan penuh meminta maaf.
"Maafkan aku, Nuva," ucap Levy dan suara bising detik berikutnya membuat telingaku terasa berdengung.
Doorrr
Suara tembakan menggema di ruangan kasino itu. Untuk kali ini saja aku tidak merasa kesal melihat Levy menembak seseorang di hadapanku, tetapi suara tembakan itu cukup membuatku kesal.
Brugh
Wanita itu terjatuh setelah ditembak Levy. Tidak ada yang bersuara di ruangan itu, alunan musik pun tidak terdengar sama sekali.
"Navier!" panggil Levy.
Navier datang lalu memerintahkan anak buahnya untuk membereskan kekacauan yang ada. Wanita itu mati dengan kepala yang hancur, entah bagaimana bisa kepala wanita itu hancur. Aku hanya melihatnya datar, takut? Aku tidak merasakan takut saat melihat seseorang mati di depanku. Mama berkata itu hal yang wajar jika ada yang mati tertembak. Walaupun sebelumnya aku tidak pernah melihat langsung seseorang tertembak.
"Kalian semua, aku hanya akan mengatakannya satu kali. Jagalah mulut kalian jika tidak ingin mati seperti jalang itu," ujar Levy dan kulihat mereka semua mengangguk mengerti.
Aku mencoba mendekati Levy, dan kulihat ia sedikit menegang. Tatapan takut saat melihatku, penuh penyesalan, dan aku tidak mengerti yang satu lagi.
"Levy."
"Maafkan aku, maafkan aku, padahal aku sudah berjanji untuk tidak menembak orang di depanmu, tapi aku tidak tahan lagi saat wanita itu menghinamu. Sungguh, maafkan aku," ujarnya sambil menundukan wajahnya.
Levy, ia tidak suka jika ada yang menghinaku. Ia akan langsung membunuh setiap ada yang menghinaku. Kini aku tahu wanita itu telah menghinaku. Sejak dulu, ia melakukan pembunuhan demi diriku. Apa itu yang disebut cinta?
"Hei, tenanglah, aku tidak merasa terusik saat melihatmu membelaku. Terima kasih, aku benar-benar berterima kasih. Jadi, berhentilah meminta maaf," jawabku mencoba menenangkan dirinya dan berhasil.
Wajahnya kembali berseri sambil memelukku erat. Dia benar-benar membuatku merasa nyaman di dekatnya. Setelah itu mereka semua kembali ke aktivitas mereka masing-masing dan merasa tidak terjadi apa pun. Wanita yang mendekati Levy pun menjauh takut melihatnya.
Levy mengajariku tentang berjudi dan itu sangat membuatku tertarik. Bagaimana cara untuk menang dan bukan hanya karena peruntungan. Mereka semua hebat, meski kalah pada akhirnya mereka akan menang dan tidak membuat mereka merugi. Levy benar-benar hebat, merancang semua agar semua orang mendapatkan keuntungan.
Kulihat ia sangat bahagia sekali saat mengajariku dan aku menang, walaupun sepertinya ia berusaha mencoba membuatku menang.
Setelah selesai dan aku sudah merasa lelah, melihat jam tangan yang Levy pakai sudah menunjukan tengah malam. Aku merasa mengantuk dan seluruh tanganku kebas, liburan kali ini membuatku lupa akan waktu.
Aku hampir lupa soal Dante, apa dia masih marah? Ia pun tidak menghubungiku. Apakah aku terlalu kasar? Aku baru kali ini bersikap seperti itu padanya. Apa dia akan membenciku?
"Nuva, sebaiknya kita istirahat. Aku akan tidur bersamamu," ujar Levy yang tiba-tiba memelukku dari belakang.
Aku hanya mengangguk lalu mengikutinya dengan tangannya yang menggandengku. Melewati beberapa tamu penting dan meminta izin undur diri.
Levy, semua orang berkata bahwa ia seorang psikopat gila. Suka membunuh dengan keji dan tanpa belas kasihan. Itu memang benar, dulu aku berpikir takut berdekatan dengannya, tapi sikapnya padaku, rasa sayangnya padaku, rasa cintanya padaku, melunturkan rasa takutku padanya. Ia memang psikopat gila, tetapi di sisi lain ia adalah orang yang sangat baik untukku.
Aku menyadarinya, ia hanya akan membunuh orang yang akan mencelakai, menghina, bahkan menyakitiku. Levy adalah orang yang sangat perhatian seperti yang lainnya, ia juga hanya bersikap manis padaku. Dan aku tahu pasti, ia mencintaiku.
"Ada apa, Nuva?" tanyanya berhenti tiba-tiba di depan pintu kamar.
"Apa?" jawabku tidak mengerti.
"Kau menggenggamku cukup keras," jawabnya. "Apa kau takut padaku?"
"Tidak, aku hanya sedang berpikir tentang dirimu," jawabku seadanya.
Levy mengerjapkan matanya lalu membuka pintu kamar, ia mempersilakanku masuk. Aku memasuki kamar itu lalu duduk di sofa dan diikuti olehnya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Levy.
"Kau psikopat gila yang baik hati," jawabku sambil mengambil ponsel milikku.
"Psikopat, huh?" gumam Levy yang terlihat tatapannya sedang menerawang.
"Aku suka semua apa yang ada dalam dirimu, kau berbeda dengan yang lain. Meskipun yang lain juga pasti akan bersenang-senang di atas mayat korban mereka. Kau itu ... istimewa," jelasku sambil melihat raut wajahnya yang kini ada semburat merah lagi.
"Jangan katakan itu, kau membuatku takut," jawab Levy ketus sambil memalingkan wajahnya yang memerah padam.
"Hahaha." Dia lucu sekali jika sedang seperti itu.
Hari-hari yang damai seperti ini sangat menyenangkan. Bagaimana keadaan Dante saat ini? Aku penasaran.
***
Dua hari telah berlalu, setelah sehari yang lalu Levy
"Aku ... aku tidak memiliki teman di sana," jawab Nuvaca lirih.
Cahaya temaram terlihat di sebuah kamar besar, meski sudah pagi menjelang siang hari, kamar besar itu tertutup rapat tanpa ada pergerakan yang berarti di atas sebuah ranjang besar. Seseorang mencoba membuka pintu kamar, tetapi sayangnya terkunci.BRAAAKKKPintu itu terbuka dengan paksa dan jatuh begitu saja. Terlihat seorang pria memakai pakaian serba hitam dan topi fedora dengan kaki setengah terangkat, sepertinya ia telah menendang keras pintu itu."Lucas, kau merusaknya lagi." Terdengar suara lembut seorang gadis yang masih dengan posisi tidurnya yang terlihat seksi."Nona, saatnya bangun. Sudah hampir siang dan anda belum terbangun," jawab Lucas sambil mendekati gadis itu dan menyibak selimut putih yang menutupi tubuhnya."Dan kau, Levy! Mengapa kau tidur ber
Seorang pria yang terlihat muda terluka di tengah hutan, pria bersurai perak dan memakai jubah hitam itu terlihat sedang menyandar pada pohon besar. Tubuh pucatnya banyak mengluarkan darah, napasnya pun terlihat lambat. Nuvaca terkejut dengan apa yang dilihatnya, tetapi ia tidak terkejut dengan tubuh pria itu. Nuvaca terkejut karena wajah pria itu, wajah pria itu terlihat memiliki sisik ular yang mengkilap keemasan.Nuvaca dengan gugup ingin menyentuh pria itu, tetapi ada sesuatu yang melindunginya. Suara desisan terdengar si telinga Nuvaca, sesaat ia menatap tubuh pria itu dan mendapati dua ekor ular melilit tubuhnya."Astaga! Aku harus bagaimana? Kau tergigit ular," gumam Nuvaca saat melihat kedua ular itu.Nuvaca mendekat lalu mencoba mengusir kedua ular itu, tetapi tanpa diduga salah satu ular itu menggigit kakinya."
"Aku mau," jawabku bersemangat, aku rindu mereka semua.Crapy si derik, Zora si cobra, Lea si anaconda, dan terakhir Seth rasa ular terbesar dunia dunia, boa. Mereka semua adalah ular jantan, kecuali hanya Lea si ular betina. Ivory sedari dulu memang tidak tinggal di mansion keluarga Juggernaut, tetapi ia tetap bagian dari keluarga Juggernaut.Sepuluh tahun tahun yang lalu aku menemukannya bersimbah darah, lalu aku meminta Papa
5 days ago,Los Angeles,11:45am.
DOORRDOORRKeduanya mulai saling unjuk kebolehan dalam menggunakan senjata, Lucas yang sejatinya pengguna pisau pun tidak ingin kalah dengan kehebatan bidikan Alves meskipun tembakan Lucas sempat berkali-kali meleset. Beberapa musuh mulai mencoba m
2nd WavePagi harinya, suara dentuman granat membuat Lucas yang sedang tertidur pulas di sebuah sofa terbangun seketika saat mendengar ledakan keras itu."Ah sial! Ada apa lagi!" dengkusnya kesal."Warlock! Cepat ambil senjatamu! Kini jumlah mereka lebih banyak dari sebelumnya!" ujar Alves yang sudah bangun sejak pagi buta seraya berlari ke arah pintu keluar.DOORRDOORRDOORRTembakan yang terlihat seperti berasal dari sebuah senapan mesin membuat Alves melompat menghindari tembakan yang menembus pintu kayu, hingga membuat cahaya matahari dapat masuk ke celah-celah lubang peluru itu. Dengan cekatan Alves menembakkan senjat
3rd Wave - the lastHari ketiga Lucas dan Alves sudah membersihkan diri, kini mereka tengah duduk di ruang tamu dengan sarapan yang tersaji di meja dan satu set cangkir teh hangat.
Tanpa merasa takut ketuanya tertembak, anak buah Lucas langsung menembakkan puluhan peluru ke arah musuh yang menjulang tinggi besar dan sedang mencekik Lucas.Beberapa detik saat senjata itu ditembakkan Lucas melakukan backflip melompati mafioso yang masih mencekiknya itu hingga dirinya kini berada di belakang tubuh pria itu.
DOORRRSebuah tembakan yang dilesatkan Alves berhasil menumbangkan 4 orang musuh sekaligus, mengingat riotgun dapat mengeluarkan pecahan peluru yang menyebar ke segala arah.
2nd WavePagi harinya, suara dentuman granat membuat Lucas yang sedang tertidur pulas di sebuah sofa terbangun seketika saat mendengar ledakan keras itu."Ah sial! Ada apa lagi!" dengkusnya kesal."Warlock! Cepat ambil senjatamu! Kini jumlah mereka lebih banyak dari sebelumnya!" ujar Alves yang sudah bangun sejak pagi buta seraya berlari ke arah pintu keluar.DOORRDOORRDOORRTembakan yang terlihat seperti berasal dari sebuah senapan mesin membuat Alves melompat menghindari tembakan yang menembus pintu kayu, hingga membuat cahaya matahari dapat masuk ke celah-celah lubang peluru itu. Dengan cekatan Alves menembakkan senjat
DOORRDOORRKeduanya mulai saling unjuk kebolehan dalam menggunakan senjata, Lucas yang sejatinya pengguna pisau pun tidak ingin kalah dengan kehebatan bidikan Alves meskipun tembakan Lucas sempat berkali-kali meleset. Beberapa musuh mulai mencoba m
5 days ago,Los Angeles,11:45am.
"Aku mau," jawabku bersemangat, aku rindu mereka semua.Crapy si derik, Zora si cobra, Lea si anaconda, dan terakhir Seth rasa ular terbesar dunia dunia, boa. Mereka semua adalah ular jantan, kecuali hanya Lea si ular betina. Ivory sedari dulu memang tidak tinggal di mansion keluarga Juggernaut, tetapi ia tetap bagian dari keluarga Juggernaut.Sepuluh tahun tahun yang lalu aku menemukannya bersimbah darah, lalu aku meminta Papa
Seorang pria yang terlihat muda terluka di tengah hutan, pria bersurai perak dan memakai jubah hitam itu terlihat sedang menyandar pada pohon besar. Tubuh pucatnya banyak mengluarkan darah, napasnya pun terlihat lambat. Nuvaca terkejut dengan apa yang dilihatnya, tetapi ia tidak terkejut dengan tubuh pria itu. Nuvaca terkejut karena wajah pria itu, wajah pria itu terlihat memiliki sisik ular yang mengkilap keemasan.Nuvaca dengan gugup ingin menyentuh pria itu, tetapi ada sesuatu yang melindunginya. Suara desisan terdengar si telinga Nuvaca, sesaat ia menatap tubuh pria itu dan mendapati dua ekor ular melilit tubuhnya."Astaga! Aku harus bagaimana? Kau tergigit ular," gumam Nuvaca saat melihat kedua ular itu.Nuvaca mendekat lalu mencoba mengusir kedua ular itu, tetapi tanpa diduga salah satu ular itu menggigit kakinya."
Cahaya temaram terlihat di sebuah kamar besar, meski sudah pagi menjelang siang hari, kamar besar itu tertutup rapat tanpa ada pergerakan yang berarti di atas sebuah ranjang besar. Seseorang mencoba membuka pintu kamar, tetapi sayangnya terkunci.BRAAAKKKPintu itu terbuka dengan paksa dan jatuh begitu saja. Terlihat seorang pria memakai pakaian serba hitam dan topi fedora dengan kaki setengah terangkat, sepertinya ia telah menendang keras pintu itu."Lucas, kau merusaknya lagi." Terdengar suara lembut seorang gadis yang masih dengan posisi tidurnya yang terlihat seksi."Nona, saatnya bangun. Sudah hampir siang dan anda belum terbangun," jawab Lucas sambil mendekati gadis itu dan menyibak selimut putih yang menutupi tubuhnya."Dan kau, Levy! Mengapa kau tidur ber