Share

tigapuluh

Penulis: Beelovers
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-07 12:11:06

"Apa?! Menikah lagi?!" ucap Ibu Aisyah tak percaya.

"Lelaki baik macam apa dia yang tak bisa menjaga hatinya malah emnikahi perempuan lain? Atau kalian ada amsalah sebelumnya?" tanya Ibu Aisyah mulai penasaran denagn kisah asmara Pinka.

Pinka hanya bisa tersenyum kecut, wajahnya tetap menampilkan keramahan tapi batinnya sungguh tersudut tersakiti. Rasanya ia ingin berteriak kencang hingga memekakkan telinga banyak orang, agar semua orang paham dengan batinnya yang begitu kecewa.

"Tetap saja, beliau lelakio baik yang pernah Pinka kenal. Nyatanya lelaki itu mau mnikahi Pinka dan menerima Pinka apa adanya, Ibu. Kalau masalah suami pInka menikah lagi, tentu ada penyebabbnya, bukan secara tiba -tiba," ucap Pinka tetap menjaga kehormatan suaminya. Pinka yang benar -benar sudah jatuh cinta pada Sean, tak bisa mengatakan hal buruk tentang suaminya.

"Mulia sekali hatimu Pinka," ucap Ibu Aisyah merasa terenyuh dengan cerita Pinka. Pinka terlihat jujur dan apa adanya. Tak sedikit pun Pinka mena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Queen Janda Pirang   tigapuluhsatu

    "Kak Sean?!" ucap Pinka lirih. Sean tersenyum manis sekali dan memeluk tubuh Pinka dengan penuh kerinduan serta mencari kenyamanan."Malam ini aku ingin bersamamu Pinka, aku rindu kamu," ucap Sean menciumi sleuruh wajah Pinka seperti sudah berbulan -bula tak bertemu. Padhal baru beberapa jam saja mereka terpisah.Kedua mata indah Pinka berbinar bahagia. Sean suaminya mendatanginya dan memeluk tubuhnya dengan erat, bahkan Sean tak ragu lagi untuk mencium wajahnya."Kamu menangis?" tanya Sean yang secara tak sengaja mencium Pinka tepat mengenai air matanya yang menetes di pipi mulusnya.Pinka tak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya pelan."Apa kamu tidak bahagia bersamaku, Pinka? Kamu merasa tersakiti?" tanya Sean pada Pinka penasaran."Gak Kak. Pinka malah bahagia, Kakak datang. Pinka rindu Kakak. Harum tubuh Kakak, membuat Pinka candu," ucap Pinka jujur.Pinka membalas pelukan Sean dan memeluknya dengan sangat erat. Tubuh mereka saling berhimpitan di bawah selimut. Tubuh Sean t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • The Queen Janda Pirang   tigapuluhdua

    Pertarungan malam yang indah sudah terlewati denagn sempurna. Sean masih memeluk tubuh polos Pinka dengan erat. Baru saja terlelap sebentar, dari luar kamar sudah terdengar suara ketukan Ibu Aisyah yang membangunkan Pinka."Pinka ... Pinka ... Bangun, Nak sudah shubuh," panggil Ibu Aisyah lembut sambil berulang kali mengetuk kamar Sean.Pinka membuka kedua matanya dan menjawab, "Iya Bu." Pinka masih belum sadar dari tidurnya, karena tubuhnya masih terasa lelah dan cape. Tubuhnya juga masih terikat tangan Sean yang terus memeluknya tak mau melepas.Kedua mata Pinka langsung terbuka lebar dan mmebalikan tubuhnya untuk membangunkan Sean, suaminya."Kak ... Kak Sean, bangun Kak. Ibu sudah bangun. Baru saja membangunkan Pinka. Kalau Ibu tahu, Kakak ada disini, bisa runyam semuanya," bisik Pinka terus menggoyangkan tubuh Sean dan menepuk -nepuk pipi Sean agar lelaki itu cepat terbangun dari tidurnya.Biasanya Sean langsung terbangun bila ada yang membangunkan, kenapa kali ini nampak susah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • The Queen Janda Pirang   tigapuluhtiga

    Dengan cepat Sean melepaskan pelukan Zahra dari perutnya dan bergegas mengambil piyama handuk dan memakainya."Aku belum sholat shubuh," ucap Sean yang langsung berwudhu dan keluar dari kamar itu meninggalkan Zahra sendirian di kamar mandi.Zahra hanay terdiam dan duduk di atas kloset tertutup sambil emnikmati percikan air shower yang mengenai tubuhnya. Kenapa Sean, suaminya begitu ketus, dingin dan sanagt cuek sekali. Padahal, dulu sikap Sean begitu hangat, ramah dan lembut."Aku telah melakukan apa yang aku bisa. Aku berusaha untuk menjadi istri yang baik, tapi kamu seolah malah ingin menjauhiku," batin Zahra dalam hatinya ingin sekali berteriak dan menangis.Sean hanya mendengus kesal. Ia mengeringkan rambutnya dan memakai pakaiannya lalu sholat shubuh di kamar.Zahra sudah mandi dan masih memakai handuk yang dililitkan di tubuhnya lalu mendekati Sean yang baru saja mengucapkan salam pertanda sholatnya telah selesai."Kenapa kamu seolah ingin menjauhiku, Mas? Kenapa kamu seperti me

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • The Queen Janda Pirang   tigapuluhempat

    Tatapan Sean begitu kesal ke arah depan. Jawaban Zahra sama sekali tidak mencerminkan wanita sholehah putri dari seorang kyai besar dan terpandang.Zahra juga terdiam, hatinya juga kesal. Pernikahan impiannya seolah akan kandas dalam waktu cepat."Besok aku harus pergi. Aku ada tugas," ucap Sean lantang.Zahra menoleh ke arah Sean dan menjawab ketus, "Aku ikut. Aku harus ikut.""Aku tidak mungkin membawamu Zahra. Ini tugas ke tempat yang jauh dan sangat beresiko," ucap Sean pada Zahra."Terus? Kamu mau bawa teman hiburanmu itu?" tanya Zahra ketus."Teman hiburanku? Siapa yang kamu maksud? Pinka?" tanya Sean tetap terlihat tenang."Siapa lagi. Jangan -jangan, kamu tidak mau menyentuhku karen ausdah kena pelet, wanita itu? Iya? AKu juga bisa melakukan yang lebih panas dari dia," ucap Zahra penuh emosi.Mobil yang sedang di lajukan Sean langsung di hentikan begitu saja dengan rem kaki yang di injak mendadak. Sean pun menoleh ke arah Zahra dengan tatapan tajam."Jaga ucapanmu Zahra! Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • The Queen Janda Pirang   tigapuluhlima

    "Kamu membentak Zahra, Mas?" ucap Zahra tak percaya."Iya. Kenapa? Kamu tidak terima? Kalau aku bilang salah, ya pastinay kamu itu salah, Zahra," ucap Sean ketus."Tapi aku istrimu, Mas. Kenapa malah bela wanita penghibur ini?" ucap Zahra semakin kesal."Aku tidak bela Pinka. Posisiku netral, dan aku tidak suka dengan orang yang suka menghina seseorang," ucap Sean yang langsung berbalik dan masuk ke dalam rumah untuk menemui Ibunya.Zahra menatap Pinka tajam dengan kedua mata melotot."Aku tidak pernah tahu, asal usul kamu, gadis penghibur. Aku hanya tahu, kamu itu hanya seorang purel yang hinggap dari satu laki -laki ke laki -laki lain," ucap Zahra mengejek."Itu masa lalu aku, Kak Zahra. Jadi kamu gak perlu mau tahu soal aku di masa lalu aku. Jangan suka cari -cari atau mengorek masa lalu Pinka," ucap Pinka ketus dan pergi meningalkan Zahra sendirian.Zahra makin kesal, sebenarnya Zahra bukan wanita yang mudah cemburuan selama ini. Tapi, melihat Pinka, hatinya begitu cemburu, aplagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • The Queen Janda Pirang   tigapuluhenam

    Ucapan Sean begitu membuat Pinka terdiam. Pinka pikir, ia hanya sementara disini, dan selanjutnya akan ikut bersama Sean. Nyatanya tidak. Pinka juga akan di tinggal Sean, sama seperti Zahra yang juga di tinggal Sean.Pinka menunduk sambil memegang gelas yang berisi air hangat."Kamu gak apa -apa kan?" tanya Sean kemudian."Gak apa -apa. Kalau memang Kak Sean yang meminta Pinka untuk menjaga Ibu. Pinka pasti akan jaga Ibu dengan baik," ucap Pinka lirih."Maafkan Kakak ya, Pinka. Kakak berjanji, suatu hari semua hari adalah milik kita berdua," ucap Sean menatap Pinka dan menyentuh tanagn Pinka dan menggenggam erat.Pinka hanya mengangguk setuju. Rasanya ingin memeluk Sean, tapi itu tak mungkin ia lakukan. Pinka tidak mau terlibat masalah dengan Ibu Aisyah terutama dengan Zahra.Hari semakin sore, Zahra, Sean, Ibu Aisyah dan Pinka masih mengobrol di ruang tamu. Kebetulan hari ini sedang hujan. Pinka sibuk untuk menggoreng camilan hangat dan membuat minuman jahe."Silahkan dinikmati," uca

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • The Queen Janda Pirang   tigapuluhtujuh

    Zahra hanya bisa diam dan tetap membuatkan kopi untuk Abi dan Sean, suaminya, tanpa mempedulikan Zhein yang berdiri di dekatnya.Fathonah hanya melirik ke arah Zhein dan Zahra lalu bangkit berdiri sambil menatap keduanya."Ekhemm ... Jadi yang berduaan siapa? Fat atau kak Zahra?" ucap Fat penuh emosi.Zhein menoleh ke arah Fathonah yang menatap tajam pada manik mata fathonah."Jaga mulut kamu, Fat! Kamu itu kenapa sih? Tiba -tiba berubah begini?" ucap Zahra pada Fathonah."Bukannya Fat yang seharusnya brtanya begitu?" ucap Fat dengan geram."Apa amksudmu Fat? Kita bersahabat sudah lama. Waalupun kamu masih junior, tapi aku siap merekomendasikan kamu pada Abi," ucap Zahra merasa tak terima di perlakukan seperti ini."Sudah. Ayo Fat kita ke aula untuk mengajar kembali," titah Zhein pada Fathonah.Zhein segera pergi dari hadapan kedua wanita yang membuatnya pusing tujuh keliling. Melihat Zhein yang sudah pergi dan keluar dari dapur umum, Fathonah berjalan mendekati Zahra."Ternyata kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • The Queen Janda Pirang   tigapuluhdelapan

    Satu minggu kemudian ...Sean pun belum ada kabar hingga detik ini. Entah selamat atau tidak, tidak ada yang tahu. Pemberitaan di TV pun terasa sunyi.Ibu Aisyah terus berdoa demi keselamatan putranya. Pinka sendiri selalu cemas setiap malam. Ponselnya terus di pandangi dengan tetesan air mata yang luruh jatuh begitu saja tanpa di minta.Sejak Sean peri, Zahra pun kembali ke pOndok Pesantren denagn alasan ingin menjaga Abinya dan tetap ingin mengajar disana. Pinka menjaga amanah Sean untuk menjaga Ibu Aisyah yang sudah menua dan tetap membantu setiap keperluan Ibu Aisyah."Belum ada kabar dari putraku, Pinka?" tanya Ibu Aisyah pagi ini yang mengeluh kepalanya pusing. Badannya panas dan tubuhnya mulai menggigil.Pinka sejak pagi sudah membuat bubur untuk Ibu Aisyah dan menyuapi wanita tua itu denagn penuh kasih sayang."Belum ada Bu. Ini Pinka juga berusaha emnelepon dan mengirim pesan, namun sama sekali tak ada balasan. Mungkin terlalu sibuk atau ponselnya tidak bisa di gunakan," ucap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07

Bab terbaru

  • The Queen Janda Pirang   TAMAT

    Itulah Adzan. Lelaki pemberani dan kuat yang tak akan menyerah dalam situasi apapun. Adzan adalah lelkai yang menjaga harga diri keluarganya. Baginya keluarga adalah prioritasnya. Barang siapa yang mengganggu keluarganya, maka akan berhadapan dan berurusan dengan dirinya.Adzan sudah mematika mesin motornya dan turun masuk ke dalam gedung tua. Disana terlihat Marko sedang bersantai dan minum -minuman keras bersama komplotannya."Marko!! Kamu apkan Ainul!!" ucap Adzan dengan suara yang begitu keras dan lantang. Adzan masuk ke dalam gedung sendirian. Reza dan teman -temannya bersembunyi di tempat lain sesuai arahan Adzan tadi.Marko meletakkan botol minumannya di atas meja dan bangkit berdiri untuk melihat siapa yang memanggil namanya dengan berani. Kedua matanay menyipit dan emnatap tajam ke arah Adzan."Kamu? Adzan bukan?" tanya Marko dengan suara tak kalah lantang.Sebagai pemimpin genk motor, Marko tak boleh terlihat lemah didepan anak buahnya. Apalagi yang datang adalah orang asing

  • The Queen Janda Pirang   seratustujuhbelas

    "Umi kenapa sih, Kak?" tanya Ainul pada Adzan yang sambil mencuci piring. Adzan sedang mengelap meja makan dan menutup smeua sisa makanan denagn tudung saji."Umi cuma lelah aja. Cepat Ainul, kamu juga harus istirahat terus belajar. Besok hari terakhir ujian. Kmau harus semangat," titah Adzan lalu menyapu ruang makan dan menyeruknya dan membuang sampah."Iya Kak. Oh ya, Memang Kakak mau ke Mesir juga?" tanya Ainul lembut sambil mencuci tangannya setelah selesai mengerjakan tugasnya."Iya. Biar mimpimu kamu tidak terhenti," ucap Adzan kemudian lalu membuatkan susu untuk Ainul.Adzan memberikan susu itu pada AInul dan menyuruhnya cepat masuk ke dalam kamar. Adzan juga masuk ke dalam kamarnya dan belajar untuk hari terakhir ujian.***Pagi ini, suasana rumah sudah kembali seperti biasa. Pinka dan Sean hanay membeli makanan dari ujung gang rumahnya. Hari ini, Sean ingin memanjakan istrinya agar tidak memasak dan membiarkan membeli semuanya."Tumben makanannya begini," ucap Fatima menatap

  • The Queen Janda Pirang   seratusenambelas

    Satu jam sudah Ainul bercerita tentang semuanya. Tak ada satu cerita pun yang di lewatkan oleh Ainul. Awal mula cerita tentang Marko dan ancaman Marko hingga Ainul bisa terjebak dalam kehidupan malam MArko.Adzan terdiam sesaat. Ia mencari solusi yang tepat dan cara untuk bicara denagn baik tanpa menimbulkan masalah baru bagi Ainul."Jadi benar itu anak Marko?" tanya Adzan pada AInul yang mengangguk pasrah sambil menunduk.Kedua mata Ainul sudah basah dan tak bisa lagi membendung air mata itu. Adzan memebrikan sapu tangannya kepaad Ainul."Ini ... Hapuslah air mata kamu. Jangan bersedih Ainul. Semua yang sudah terjadi itu adalah takdir. Sekarang bagaiaman kita menyikapi maslaah itu sebagai ujian dan pendewasaan. Ada Kakak, kita bisa cari solusi bersama. Kamu sekarang maunya gimana?" tanya Adzan pada Ainul.Ainul sedang menghapus air matanay dan cairan dari hidung yang keluar begitu saja. Lalu mengangkat wajahnya dan menatap Adzan dengan malu. Wajaah Ainul sudah memerah karena menahan

  • The Queen Janda Pirang   seratuslimabelas

    Adzan tetap setia menunggu Ainul didepan ruang BK. Setelah mencari tahu, ternyata Ainul sedang mengerjakan ujian kemarin yang memang tidak dikerjakan karena tidak masuk.Adzan sudah menyuruh beberapa teman- temannya di Panti untuk mencari tahu keberadaan Marko. Ada kabar berita yang cukup membuat Adzan terkejut.Satu jam kemudian Ainul keluar dari ruang BK dengan wajah lesu dan tubuh yang etrlihat lemas. Adzan menyodorkan susu kotak untuk IAnul setelah melihat Ainul keluar dari ruang BK."Minumlah biar tubuhmu gak lesu begitu. Kasiha janinmu," bisik Adzan pada Ainul.Ainul menatap Adzan yang tidak menatap Ainul dan hanya menyodorkan susu kotak tanpa harus menatap adiknya. Adzan tak tega melihat wajah Ainul yang begitu terlihat kelelahan."Makasih," jawab Ainul pasrah. Ia menerima susu kota itu dan menancapkan sedotan dilubang kotak itu dan menyeruput nikmat. Susu strawberry yang begitu dingin dan manis sungguh membuat kerongkongan Ainul kembali basah dan mEnghilangkan rasa dahaga yang

  • The Queen Janda Pirang   seratusempatbelas

    Ainul masuk ke dalam sekolah dengan perasaan marah terhadap Adzan. Kedua kakak adik itu biasanya selalu akur dan harmonis. Tapi, kini keduanya bagai kucing dan anjing yang siap menerkam satu sama lain.Adzan yang begitu sayang pada AInul terlalu posesif. Ainul yang sedang tertimpa masalah juga egois menyembunyikan masalahnya itu sendirian saja tanpa ingin diketahui oleh siapapun."Ainul? Kamu kenapa kemarin gak masuk? Dipanggil guru BK katanya ingin susulan kapan?" ucap teman Ainul yang memberikan informasi langsung dari gurunya."Oh oke. Makasih ya, Vin. Aku kesana sekarang," ucap Ainul yang merasa ada sesuatu yang tak beres. Dadanya bergemuruh dan perasaannya tiba -tiba menjadi tidak enak.Ainul mengetuk pintu ruangan BK dan dari dalam terdengar sahutan Bu Eri yang menyuruhnya segera masuk."Masuk!""Maaf Bu. Ibu panggil Ainul?" tanya Ainul kemudian."Ohh Ainul? Iya. Ibu cari kamu. Sini masuk. Kemarin kamu tidak masuk kenapa? Tidak ada permohonan ijin atau surat keterangan sakit dar

  • The Queen Janda Pirang   seratustigabelas

    Keesokan paginya, Adzan tetap merencanakan semua apa yang telah ia rencanakan bersama anak panti untuk mengikuti Ainul kemana pun perginya seharian ini. Adzan sudah duduk manis disalah satu kursi makan sambil menikmati sarapan paginya. Pikiran Adzan jelas sedang bercabang sejak kemarin. Kenapa dihari penentuan nasibnya untuk lulus malah dihadapkan pada masalah besar seperti ini.Sean sudah masuk ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama ketiga buah hatinya. Fatima menyusul dengan wajah serius dan Ainul belum nampak sama sekali batang hidungnya. Ada perasaan penasaran dihati Adzan dan ingin menghampiri Ainul ke kamar gadis itu. Tapi Adzan tetap berusaha tenang dan tidak tereburu -buru dengan segala egonya. Ia tidak ingin membuat Pinka, Uminya menjadi khawatir. Perempuan setengah baya itu terlalu peka untuk urusan kecil seperti ini."Mi ..," panggil Abi setelah menyeruput kopi hitam.Pinka pun masuk ke ruang makan sambil tergopoh -gopoh dan membawa telor dadar di piring besar."Iya Bi?

  • The Queen Janda Pirang   seratusduabelas

    Hari ini pukul satu dini hari, Adzan terbangun dan bangkit dari tempat tidurnya lalu membuka kamarnya. Suasana dirumah itu begitu sunyi dan hening. Adzan berjalan menuju dapur untuk mengambil air dan cemilan di lemari es untuk mengisi perutnya yang mulai terasa lapar dan menemani ia belajar hingga pagi menjelang.Sesekali Adzan mendengar suara desahan dari kamar kedua orang tunya. Adzan hanya tersipu malu mendengarnya."Ainul? Kamu sedang apa?" tanya Adzan menatap Ainul yang sedang sibuk memasak air.Ainul menoleh ke arah belakang melihat Adzan yang berjalan pelan menghampirinya."Kak Adzan ngapain? Peduli amat?" ucap Ainul yang semakin ketus."Lho ... Kakak kan emang peduli sama kamu, Nul. Kamunya aja yang gak paham dan gak peka," ucap Adzan lembut.Adzan tahu Ainul ingin menikmati mie instant malam ini. Adzan mengambilkan beberapa bakso dan sosis yang kemudian direbus didalam air."Ainul gak mau pakai sosis sama bakso. Ainul mual, Kak," ucap Ainul langsung menutup hidungnya dengan

  • The Queen Janda Pirang   seatussebelas

    "Semua orang tua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak -anaknya. Mana ada orang tua yang membiarkan buah hatinya mearsakan, kesakitan, kesedihan, kegagalan. Makanya setiap orang tua akan selalu mendoakan anak -anaknya agar berhasil dan sukses menjadi orang hebat," ucap Umi Pinka begitu tulus."Umi ... Kalau ternyata Ainul gagal menjadi anak yang baik bagaimana?" tanya Ainul dengan raut wajah begitu sedih.Ainul merasa hidupnya semakin etrtekan jika membohongi dirinya sendiri dan keluarganya seperti ini.Pinka terus menatap Ainul yang menangis tanpa henti. "Sebenarnya ada apa? Kamu seperti menyembunyikan sesuatu dari Umi? Kamu dan Adzan bertingkah aneh hari ini. Memangnya ada masalah apa? Mungkin Umi bisa bantu?"tanya Pinka begitu pelan dan membuat hati Ainul semakin berdesir.Ainul kembali memeluk Uminya. Ia belum sanggup menceritakan semuanya. Ainul berjanji setidaknya sisa ujian akhir ini bisa ia kejar untuk mendapatkan nilai yang baik.Pinka membalas pelukan itu dengan penu

  • The Queen Janda Pirang   seratussepuluh

    "Kakak tanya sama kamu, Nul!! Jawab pertanyaan Kakak!!" tanya Adzan mulai geram.Sejak tadi Ainul seperti menyembunyikan sesuatu membuat rasa penasaran Adzan semakin membuncah.Ainul melengos dan menatap ke arah atap kamarnya. Ia tak mau peduli dengan pertanyaan Adzan yang membuat dirinya mati kutu tak bisa menjawab.Semua ini adalah salahnya!! Memberkan celah untuk Marko. Lalu saat ini? Marko ternyata hanya mempermainkannya saja karena rasa penasaran."Cepat jawab!! Atau bukti ini Kakak berikan pada Umi dan Abi?" ucap Adzan mengancam sambil menunjukkan alat tespek tadi."Bawa sini Kak!! Itu milik orang lain, bukan aku," ucap Ainul membela diri.Ainul berusaha berdiri dan mengambil bungkusan itu dari tangan Adzan."Sini Kak!!" ucap Ainul dengan suara keras."Gak akan!! Ini adalah bukti. Satu lagi, kakak tidak percaya kalau ini punya orang lain. Kakak akan cari siapa lelaki yang telah menghamili kamu? Marko kah?" tuduh Adzan dengan tepat sekali.Ainul menggelengkan kepalanya cepat. "Bu

DMCA.com Protection Status