Beranda / Fiksi Sejarah / The Lord of The Criminal / Repeated Scandal of The British Empire Act 9.

Share

Repeated Scandal of The British Empire Act 9.

Penulis: xynaerylynix
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wajah Sebastian sama pucat pasinya dengan Peter setelah mendengarkan penjelasan tentang isi dokumen tersebut. Pria itu kemudian memandang tidak percaya pada Wendy yang duduk meringkuk seperti anak kecil di anak tangga.

“D-dokumen yang berbahaya seperti itu?” Bahkan, Sebastian masih terlihat histeris ketika membicarakan dokumen tersebut.

Peter mengangguk seraya menyimpan kembali dokumen tersebut dengan sangat rapi, “Iya ... pantas dibayar dengan meledakkan lantai du— tidak, meledakkan lantai dua saja rasanya terlalu murah untuk mendapatkan dokumen seberbahaya ini.”

“Bagaimana bisa kamu punya dokumen ini!?” tanya Sebastian pada Wendy yang terlihat pasrah dengan keadaan.

Wendy menghela napas, “Aku mencurinya dari istana.” Wanita itu kemudian mendelik tajam pada Sebastian yang hendak membuka mulut, “Aku mencurinya bukan karena isinya kok. Justru aku tidak tahu jika dokumen yang kucur

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Lord of The Criminal   Repeated Scandal of The British Empire Act 10.

    Wendy menatap takut pada bangunan gereja tua yang bahkan hampir roboh itu. Wajah cantiknya menggelap, di dalam hatinya ia menggerutu tentang tempat pertemuan ini. Dia tidak habis pikir kenapa Bangsawan Kriminal itu memintanya untuk bertemu di gereja tua yang hampir roboh ini.Apa karena tidak ingin mencolok?Ataukah dia melakukan ini agar identitasnya tetap terjaga rahasianya?Walaupun menggerutu begitu, Wendy tetap melangkah masuk ke dalam gereja tersebut. Gelap. Namun kegelapan total tidak membutakan matanya karena sinar rembulan yang cukup menerangi. Namun tetap saja, aura mencekam benar-benar terasa mencekik leher dengan rasa ketakutan terhadap sesuatu yang bukan ‘manusia’.Wendy menatap sekitarnya, kemudian terperanjat terkejut ketika mendengar suara derit pintu terbuka yang memecahkan keheningan. Dari sana, muncullah seorang wanita paruh baya yang berjalan dengan punggung yang membungkuk, termakan usia. Di tangan wanita

  • The Lord of The Criminal   Repeated Scandal of The British Empire Act 11.

    Wajah cantik Wendy menggelap karena terkejut. Ia tidak menyangka jika gereja tua dan hampir roboh ini memiliki terowongan bawah tanah, seperti yang sedang dirinya lewati bersama dengan Lucius.“Di bawah gereja ada terowongan begini?” tanya Wendy merasa penasaran dengan tujuan dari pembangunan terowongan tersebut.Lucius menolehkan sedikit wajahnya, melirik Wendy dari sudut matanya, “Ini digunakan sebagai jalur evakuasi. Dulunya, gereja ini digunakan sebagai kamp pengungsian saat Perang Dunia Ketiga meletus.”“Begitu ya,” gumam Wendy kemudian menghentikan langkah kakinya ketika mereka berdua berhasil menuruni anak tangga terakhir.Mata biru itu kemudian membulat ketika mendapati keberadaan tiga orang lain di depan sana. Dua laki-laki dan satu orang perempuan. Berbeda dengan si perempuan yang memiliki aura bersahabat, kedua pria di sisi kanan dan kirinya justru menunjukkan permusuhan terhadap Wendy. Hal t

  • The Lord of The Criminal   Repeated Scandal of The British Empire Act 12.

    “Saya baru memikirkan rencananya semalaman setelah membaca dokumen ini,” ujar Lumiere seraya menunjuk dokumen tersebut dengan matanya, “Seperti yang kita tahu sendiri dari buku sejarah yang tersimpan dengan rapi di perpustakaan istana, pemimpin dari Revolusi Perancis adalah Maximillien de Robespierre. Seorang tokoh revolusioner yang dianggap tiran, diktator dan disejajarkan oleh Hitler, hingga Osama Bin Laden setelah ia mengeksekusi Raja Louis XVI.“Dia menjelaskan dalam pidatonya, ‘jika dasar pemerintahan populer di masa damai adalah kebajikan, maka dasar pemerintahan populer di masa revolusi adalah kebajikan dan teror. Teror tanpa kebajikan adalah meruska. Kebajikan tanpa teror tak bergigi’. Hal tersebut dijadikan olehnya untuk mengadakan pembersihan. Semua yang menentang revolusi akan ia penggal, tidak memedulikan apakah penentang itu seorang bangsawan atau rakyat biasa.“Namun pada akhirnya, dia sendiri pun

  • The Lord of The Criminal   The Adventure of The Three Servant Act 1.

    “Kakak, ada surat untukmu!”Seruan Lucian membuat Lumiere menatap ke arah pintu masuk ruang bacanya, mendapati Lucian yang sedang menyodorkan sebuah amplop surat kepada dirinya. Gadis bersurai cokelat madu itu mengambil surat tersebut. Membuka penutup surat tersebut dengan sebilah pisau khusus membuka amplop, kemudian membacanya.“Undangan pesta dansa?” gumam Lumiere setelah membaca isi dari surat tersebut yang ternyata sebuah undangan pesta dansa, “Marquess Illona?”“Oh? Keluarga Bangsawan ternyata di luar anggota keluarga kerajaan, ya?” tanya Lucian merasa tidak asing dengan nama Marquess Illona?“Marquess Illona?” Wendy —atau sekarang bernama Miya— menyembulkan kepalanya dibalik. Wajahnya terlihat semringah, merasa kenal dengan pemilik nama tersebut, “Aku mengenalnya! Dia memang bangsawan terkaya di luar keluarga kerajaan ini.”“Be

  • The Lord of The Criminal   The Adventure of The Three Servant Act 2.

    “Hei, lihat deh pembeli di sana.”Telinga Miya cukup sensitif berhasil menangkap bisik-bisik dua orang gadis bangsawan yang sepertinya sedang mengunjungi toko bunga dan tanaman hias Miss Hudson. Sontak Miya melemparkan pandangannya ke sumber suara. Mendapati kedua gadis tersebut merona malu ketika bertukar pandang dengannya.Sebelah alis Miya terangkat, dan dua gadis itu terpekik terkejut ketika melihat hal tersebut, “Kenapa dengan kedua gadis di sana?”“Huh?” Lucian yang kebetulan mendengar gumaman Miya tersebut sontak menatap ke arah yang juga ditatap oleh wanita di sebelahnya tersebut, “Ah ... apa Arcelia belum tahu jika ada sekelompok gadis bangsawan muda yang mengagumi para wanita?”“Begitukah?” tanya Miya menatap Lucian dengan rasa penasaran yang membumbung tinggi. Mata birunya pun tampak berbinar, merasa terharu dengan gagasan tersebut.“Iya,

  • The Lord of The Criminal   The Adventure of The Three Servant Act 3.

    “Kumohon lepaskan aku, Tuan,” seorang wanita bersurai cokelat, merengek pada seorang pria yang sedang menjambak rambutnya, serta menyeret tubuhnya dengan tidak manusiawi ke tempat antah berantah. Sudah lebih dari selusin menit pria itu terus menyeretnya, tanpa menunjukkan tanda-tanda jika dia akan menghentikan penyiksaan mengerikan ini.“Tidak akan kulepaskan! Salahmu sendiri karena sudah berani tersenyum pada pria lain!”“Tapi ini adalah pekerjaanku, Tuan.”“TAPI AKU MEMBAYARMU, PELACUR SIALAN!”Wanita itu semakin merengek kesakitan ketika cengkeraman di rambutnya semakin menguat. Menyebabkan kulit kepalanya terasa panas. Rambutnya terasa seperti akan lepas bersamaan dengan kulit kepala, jika pria itu tidak segera melepaskan jambakannya.Sedangkan pria tersebut terlihat tampak sangat marah, tentunya terhadap wanita yang sedang diseret olehnya tersebut. Mulutnya tertutup rapat, tidak

  • The Lord of The Criminal   The Murder of Atropa Belladonna Act 1.

    Lumiere bergeming karena dirinya sedang didandani oleh dua orang pelayan yang disewa oleh kakaknya, Lucius. Tentunya setelah memberikan upah lebih untuk tutup mulut, jika mereka memergoki sesuatu yang aneh di kediaman ini. Karena pada dasarnya, Wisma Wysteria tidak memiliki banyak pelayan perempuan. Bahkan pelayan laki-laki pun hanya mempekerjakan Ashen dan Reynox. Juga Lucian bertugas sebagai kepala pelayan.Alhasil, jika ada keperluan wanita mendadak seperti ini, menghadiri sebuah pesta dansa yang mengharuskan Lumiere memakai gaun, mau tidak mau Lucius pun harus menyewa beberapa pelayan wanita selama sehari, untuk membantu persiapan adiknya untuk menghadiri pesta dansa. Seperti pada hari ini.“Kulit nona memang sebagus ini, ya? Bisa-bisanya nona merawat diri pada saat Anda sendiri disibukkan dengan urusan kampus dan juga meneliti tesis,” celetuk salah satu pelayan bertubuh tinggi yang sedang mengolesi wajah Lumiere denga

  • The Lord of The Criminal   The Murder of Atropa Belladonna Act 2.

    “Tuan Earl Lucius Crowe Wysteria, bersama sang adik, Lumiere Crowe Wsyteria, telah tiba di pesta dansa!”Para tamu undangan yang terdiri dari pria dan wanita bangsawan, yang memenuhi setiap sisi ballroom itu, secara kompak mengalihkan pandangan mereka ke arah sumber suara. Seorang butler berpakaian rapi, baru saja mengumumkan kedatangan dua tamu yang namanya sedang hangat diperbincangkan di pergaulan kelas atas. Dua detik setelah pengumuman tersebut terdengar, dua orang pemilik nama tersebut akhir muncul.Kemunculannya terlihat begitu meriah dikarenakan penampilan sempurna kakak beradik tersebut. Sang kakak, Lucius, terlihat sangat tampan dengan rambut yang tertata rapi dan memamerkan dahi seksinya. Sementara sang adik, Lumiere, terlihat sangat cantik dengan balutan gaun berwarna putih dan biru. Bagian pinggangnya mengembang, mempercantik penampilan bagaikan seorang putri kerajaan. Rambut cokelat madunya

Bab terbaru

  • The Lord of The Criminal   Aurora Association Act 2.

    Kedua alis Lumiere saling bertaut. Gadis bersurai cokelat madu tersebut tampaknya sangat tidak menyukai apa yang baru saja ia dengar.Inggrid Rovein, pria yang menjadi target misi mereka kali ini tersebut, sedari tadi melontarkan bualan tentang kesehatan dan sumber ketakutan manusia. Pria beralis tebal tersebut pria tersebut mengatakan, kematian merupakan sumber ketakutan palin dasar yang diderita oleh manusia. Meskipun seorang manusia telah menjaga kesehatannya, dan bahkan memiliki kekayaan yang banyak, mereka tidak dapat menghindari kematian yang kedatangannya tidak bisa diprediksi tersebut.Dan hal yang semakin membuat Lumiere merasa muak adalah, pria itu dengan santainya mengatakan bahwa, ia telah menemukan cara untuk hidup kembali setelah mengalami kematian. Perhatian Lumiere pun kini tertuju pada sebuah peti mati yang telah terbuka, menampilkan sesosok mayat seorang perempuan, usianya diperkirakan baru menginjak delapan belas tahun. Kulitnya terl

  • The Lord of The Criminal   Aurora Association Act 1.

    Miya, bahkan sampai Lucian pun memandang takjub kapal pesiar mewah dan berukuran besar di hadapan mereka.“Jadi ... ini adalah kapal RMS Titanic yang pernah karam ribuan tahun yang lalu?” tanya Miya seraya memalingkan pandangannya ke arah Reynox. “Kau beruntung sekali bisa ikut naik ke kapal besar itu.”Reynox berdecak, memilih untuk mengabaikan Miya. Kedua netra emasnya yang tajam itu mengamati seluruh bagian dari tubuh kapal berukuran super besar tersebut. Reynox tahu soal tenggelamnya sebuah kapal, yang kisahnya menjadi legendaris hingga ribuan tahun tersebut. Dan Reynox sendiri menjadi ragu, apakah kapal kedua dari RMS Titanic ini akan memiliki nasib yang sama seperti kakaknya, atau tidak.“Tolong antarkan barang bawaan kami di kamar nomor A12 kelas satu,” ujar Peter pada seorang petugas kapal yang menghampirinya. Setelah memastikan petugas kapal tersebut mengangkut barang bawaannya dan Lumiere, Peter meng

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 9.

    Lumiere membenarkan kembali letak topeng pesta yang sedang dipakai olehnya. Gadis bersurai cokelat madu tersebut kemudian memantapkan kembali hatinya, memantapkan niatnya untuk mengunjungi pasar gelap yang dikelola oleh pemerintah Inggris.“Tidak perlu takut,” bisik Peter yang memaksa untuk ikut. Pria itu membantu istrinya tersebut untuk merapikan penampilannya tersebut. “Kita hanya perlu melakukan penyelidikan, tanpa membuat keributan apa pun selain mau membeli manusia yang akan dijajakan oleh mereka.”Lumiere mengangguk, mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah tampan Peter yang bersembunyi dibalik tudung jubah yang pria itu kenakan tersebut. “Sepertinya, setelah ini kamu harus memotong rambutmu.”“Benarkah? Sayang sekali kalau dipotong,” ujar Peter seraya menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda Lumiere. “Padahal kamu sangat menyukai rambut panjangku ini.”“Atau uba

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 8.

    “Ini informasi terkait Inggrid Rovein yang kamu minta.”Lumiere menerima satu bundel dokumen yang diserahkan oleh Ashen tersebut. Gadis bersurai cokelat madu itu langsung membacanya. Tenggelam dalam ribuan kosa kata yang tertulis di sana, menyampaikan informasi tentang sesosok Inggrid Rovein yang terasa misterius sekaligus terasa tidak asing tersebut.“Dia ... satu jenis dengan Charles Evanescene,” ujar Ashen yang membuat Lumiere dan Peter menatapnya terkejut. “Ada sedikit perbedaan di antara mereka. Charles melakukan pemerasan untuk melihat kesengsaraan orang lain. Sedangkan Inggrid ... dia murni melakukannya untuk mendapatkan seseorang.”“Hah?” Kedua alis Peter terangkat, merasa bingung dengan maksud dari perkataan Ashen tersebut. “Apa maksudnya?”“Perdagangan manusia,” jawab Ashen dengan wajah yang menggelap karena menahan amarahnya. “Inggrid melakukan hal te

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 7.

    Darius menggigiti kuku-kuku jari tangannya. Pria paruh baya tersebut terlihat cemas lantarana putra dan calon menantunya tersebut menghilang sejak kemarin.“Sayang, sudahlah,” ujar Viona terlihat santai memandangi jari-jari tangannya yang terlihat indah tersebut. “Mereka pasti sedang pergi ke suatu tempat untuk menikmati waktu bersama. Sebentar lagi juga mereka akan pulang.”“Ini sudah hampir siang hari, Viona!” bentak Darius yang membuat Viona tersentak terkejut. “Mana mungkin mereka pergi selama ini.”“Ya terus kita harus bagaimana? Mencari mereka? Kita saja tidak tahu mereka pergi ke mana!” Viona balik membentak, karena merasa kesal setelah dibentak oleh Darius tersebut. “Kita tidak bisa berbuat banyak untuk saat ini. Lebih baik kamu duduk tenang dan menunggu kedatangan mereka. Mereka pasti pulang.”Perdebatan mereka kemudian terhenti saat mendengar suara ketukan p

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 6.

    Kediaman Keluarga Wysteria, sekaligus markas MI6, digegerkan oleh kedatangan Arnold Rudeus yang membuat keributan di pagi hari. Bahkan pria bertempramen buruk itu sampai merangsek maju dan menerobos masuk. Sampai-sampai membuat Reynox harus turun tangan karena sama-sama bertubuh besar.Tujuan Arnold melakukan hal tersebut adalah, untuk merebut kembali Alyn yang diculik oleh Lucius kemarin pagi. Namun pada kenyataannya, Lucius hanya menyelamatkan Alyn dan kekejaman Arnold. Yang tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan terhadap wanita.“Tenangkan dirimu, Bung!” bentak Reynox seraya menahan tubuh besar Arnold yang hendak menerobos masuk semakin dalam. Bahkan, Reynox harus mengeluarkan seluruh kekuatan tubuhnya agar bisa menghentikan pergerakan Arnold.“Minggir! Aku harus membawa pulang Alyn!” rutuk Arnold berusaha terus melangkah maju.“Jangan membuat kekacauan di kantorku, Tuan Muda Rudeus!”Ba

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 5.

    Alyn mengernyit ketakutan ketika apa yang terjadi pada hari itu, hari di mana ia disiksa oleh Arnold, kembali terlihat di matanya. Bukan hanya melihat adegan tersebut, Alyn juga mampu merasakan perasaan takut yang ia rasakan pada saat itu.Dan ketika adegan itu beralih, di mana Arnold menindih tubuhnya tersebut, Alyn tersentak dan terbangun dari tidurnya. Bahkan terduduk dalam satu kali gerakan hingga membuat kepalanya berdenyut nyeri. Dan pada saat itu pula Alyn mulai menyadari, ini bukanlah kamarnya.Alyn menolehkan kepalanya saat merasakan pergerakan pada kasur di sisi kanan. Membulatkan matanya saat melihat Lucius yang sedang menggeliat tidak nyaman, terlihat sekali bahwa tidur pria berwajah tampan tersebut terusik karena dirinya.“Sudah bangun?” tanya Lucius seraya membuka matanya, dan mendapati wajah ketakutan Alyn. “Kamu bermimpi buruk?”GREP!Lucius tersenyum lembut saat Aly

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 4.

    “Dari mana saja kamu? Seharian tidak pulang ke rumah dan tanpa kabar pergi ke mananya.”Tubuh Alyn membeku saat terdengar pertanyaan bernada rendah dan penuh amarah, ketika ia baru saja memasuki kediaman Baron Rudeus tersebut. Alyn mendadak kikuk, tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan yang dilontarkan oleh tunangannya tersebut.“Aku diajak pergi oleh Suster Diana untuk mengunjungi pusat kota. Karena terlalu malam ketika sampai di panti, aku menginap di sana,” jawab Alyn setelah terdiam selama beberapa saat hanya untuk mengumpulkan keberaniannya tersebut. “Maafkan aku jika telah membuatmu khawatir, Arnold.”“Kau kira aku mudah dibohongi hah!” pekik Arnold merasa geram dengan kebohongan Alyn yang mudah terendus olehnya tersebut. “Kau pikir aku bodoh? Aku mendatangi panti asuhan tempat di mana kamu berasal itu semalam! Mereka mengatakan jika kamu tidak mengunjungi mereka. Dan justru per

  • The Lord of The Criminal   The Story about Lucius and His Lover Act 3.

    Tubuh Alyn kembali membeku, dengan senyuman manisnya yang melebar ketika ia kembali mendapati Lucius tengah menunggunya di depan gerbang panti asuhan. Gadis bersurai hitam legam tersebut tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, karena kembali bertemu dengan Lucius. Bahkan, Alyn terlihat menari-nari kecil sembari mendekati Lucius. Membuat pria yang berada di hadapannya kini itu, tidak bisa menyembunyikan senyumannya.“Sesenang itukah kamu bertemu denganku?” tanya Lucius begitu Alyn berdiri di hadapannya.Alyn mengangguk antusias, “Kita bertemu lagi, Lucius.”“Senang bertemu denganmu, Alyn.”Keduanya kemudian berjalan-jalan memutari taman, sembari menikmati jajanan pinggir jalanan untuk mengganjal perut mereka. Saling bertukar cerita, walaupun percakapan itu didominasi oleh Alyn. Namun, mereka terlihat begitu serasi dan dekat, terlihat seakan-akan mereka adalah sepasang suami istri yang masih merasakan p

DMCA.com Protection Status