Joe terbangun di tengah malam Karena mendengar suara seseorang yang seperti terbentur meja, dia membuka matanya dan melihat Jason yang masih terlelap dengan wajah lucunya. Sementara itu dia tak lagi merasakan tangan Lea berada di pinggangnya. Joe menoleh ke belakang dan benar saja Lea tak ada di sampingnya lagi.
"Mungkinkah Lea terbentur meja saat ingin mengambil minum? Karena itu sering terjadi padaku semenjak aku tinggal ditempat ini." batin Joe.
Dia memilih kembali tidur. Joe merasa lelah akhir-akhir ini karena menyiapkan keperluan pernikahannya dengan Lea.
Namun baru saja dia memejamkan matanya kembali, suara seseorang terdengar sedang berbicara, seperti sedang berbisik.
Joe menajamkan pendengarannya, dan suara itu tak terdengar lagi, tergantikan dengan suara desahan seorang wanita.
Joe masih mencoba berpikir positif, mungkin Lea sedang menonton televisi untuk membuat dirinya kembali mengantuk, sama hal nya dengan dirinya yang aka
Suasana bahagia mulai terlihat. Taman terbuka telah berubah menjadi sebuah acara pemberkatan penikahan sepasang anak manusia. Warna putih mendominasi dekorasi indah yang membuat suasana sakral semakin jelas terasa. Bunga bermekaran pada setiap sudut meja serta kursi yang juga terikat kain putih dengan sempurna melingkar membentuk pita. Gaun mempelai wanita terlihat sederhana namun, tetap membuat mempelai tersebut tampak anggun dan cantik dengan riasan tipisnya.Sementara mempelai pria terlihat lebih menutupi kegugupannya walau dia nampak tampan dengan balutan jas hitam dan dasi kupu-kupu.Tak lupa ada bocah laki-laki yang tampak bersemangat untuk menjadikan Jonathan atau yang sering dia panggil dengan sebutan ‘Daddy Joe’ menjadi ayahnya. Bocah itu terlihat sangat tampan dengan jas yang juga menyerupai milik Joe.Sementara itu seorang pria menatap pilu keadaan yang terjadi di depannya. Semua tampak bahagia. Dia yang belu
James masih mengembangkan senyumnya sampai mereka tiba di apartemen. Aleandra sedang menyiapkan beberapa bahan makanan untuk memasak.Jangan tanyakan James untuk memasak. Dia dan Keyla sama-sama tak bisa memasak. Walau dulu Keyla sangat pandai memasak namun semenjak kecelakaan itu, dia melupakan semuanya. Beruntungnya sekarang Keyla bisa belajar kembali dengan Mike–seorangsingle parentmuda dengan banyak keahlian, termasuk keahlian dalam hal memuaskan wanitanya di atas ranjang.Sebelum masuk ke dalam apartemen, mereka berputar-putar di area menuju apartemen demi mengecoh Zach yang sempat mengikutinya. Sampai akhirnya lelaki brengsek dan keras kepala itu kehilangan jejak mereka."Masak sesuatu yang enak, Aunty!" seru Jason. Dia sempat tertidur saat mereka berkeliling menghindari Zach."Kau ingin makan apa, Sayang?" tanya Aleandra."Sup kentang wortel, Aunty.Buatanmu cukup enak," jawab Jason."Hanya cuk
Lea menatap Joe dengan tatapan memohon sambil menggelengkan kepalanya. Joe menatapnya dengan lembut sambil tersenyum, meyakinkan Lea bahwa dia tak akan berbuat yang tidak-tidak selama James tak mengacaukannya."Baiklah, aku juga ingin bicara serius denganmu. Kurasa dengan adanya Lea itu akan menahan kita seandainya terjadi kekerasan."Joe hanya tersenyum menanggapi perkataan James. Dia membawa Lea untuk duduk di sofa dekat jendela kamarnya. James ikut bergabung, berdiri di hadapan Lea dan Joe.Dengan nada yang cukup tegas, Joe berkata pada James, "Katakan apa yang ingin kau katakan.”"Well... aku tahu kau melakukannya bukan hanya untuk Jason melainkan untuk Lea juga. Aku tak pernah peduli jika kalian akan segera menikah.""Lalu?""Aku hanya ingin meminta kesempatan pada Lea.”Joe memandang Lea yang menundukkan kepalanya."Katakan, Lea. Jangan menahannya karena ada diriku," kata Joe membujuk."Aku sud
James menarik Lea dalam pelukan, menghirup aromanya dalam-dalam dan membiarkan rasa rindunya mengalir yang membuat Lea terdiam tanpa mampu bersuara. Karena sejujurnya wanita itu merasakan hal yang sama. Rindu yang terpendam berbalut kekecewaan yang mendalam. Dia tak ingin membiarkan rindu itu menguasai dirinya."Gendong aku Dad!Aku juga ingin memeluk kalian!" Jason berseru.James melepas pelukannya dan menggendong Jason. Dia menatap Lea yang tak menolak perlakuannya barusan. Dia memilih membawa masuk Jason ke dalam dan membiarkan Lea mengikutinya sampai ke ruang tamu."Aku membawakanmu sarapan. Jason mengatakan kau tak memiliki bahan makanan apa-apa di dalam lemari pendingin," kata Lea."Baiklah, terima kasih," balas James seraya mengambil kotak makanan yang Lea bawakan."Kau dan Jason tak pergi?" tanya James saat dia berjalan menuju meja makan."Pergi ke mana? Apa Jason ada mengatakan bahwa hari ini kami akan pergi?" tanya Le
Lea mulai sibuk memasak tanpa memperhatikan bahwa James sudah berada di hadapannya. Pria itu duduk manis memperhatikannya. Hal itu justru membuat Lea terkejut dan tak sengaja tangannya terkena panci panas yang dia gunakan untuk merebus pastanya."Ash!!" pekik Lea."Hati-hati, Lea! Matikan kompornya dan hentikan kegiatanmu!" perintah James yang kemudian Lea menurutinya.James membawa tangan Lea untuk dia bersihkan dan keringkan dengan kain bersih. Dia mengambil madu dan mulai mengolesi luka bakar Lea yang terlihat memerah."Tahanlah, ini pasti perih.”James terlihat telaten mengobati luka Lea. Hal ini membuat Lea menatapnya kagum. Dia tahu bahwa James seorang dokter namun baru kali ini dia melihat James melakukan kegiatan yang menampakkan bahwa dia sungguh seorang dokter."Jangan menatapku seperti itu. Perlu kau ingat aku seorang dokter," kata James sambil tersenyum."Aku tak lupa, hanya saja baru kali ini aku melihatmu bertindak
"Iya, aku masih mencintaimu, James."James yang terlalu bahagia mendengar pernyataan yang telah lama dia nantikan itu segera bangkit dari atas Lea. Dia menarik Lea ke dalam pelukannya dan bertanya sekali lagi untuk meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi."Katakan lagi, Lea.”"Iya, aku mencintaimu, James." Lea menjawab sambil meneteskan air matanya.James melepas pelukannya karena merasa ada yang salah dengan suara Lea. Yang terdengar seperti suara tangisan.James menghapus air mata Lea dengan perlahan. "Kenapa kau menangis, Lea? Apa kau terpaksa? Aku tak ingin memaksamu. Jawablah dengan jujur.”"Aku sudah jujur, James. Kau telah berhasil meruntuhkan pertahananku. Kau juga sudah tahu bahwa aku masih mencintaimu. Jadi kumohon pergilah. Semua ini salah." Lea menggelengkan kepalanya lalu dia kembali berujar untuk menjawab kebingungan James. "Pergilah. Sungguh jika kau mencintaiku, lepaskan aku. Aku memang mencintaimu, namun cintany
—30—Ternyata mimpiku tentang Lea yang berselingkuh dengan James bukanlah pertanda kejadian itu akan terulang. Kejadian aku menembak Natasha dalam keadaan yang sama. Natashaku yang bercumbu dengan si brengsek itu. Mimpi itu seolah memperingatkanku bahwa aku akan bertemu kembali denganmu, Natasha. Tapi... kenapa harus sekarang? Di saat aku telah mencintai Lea, wanita yang selama ini aku lindungi.batin Joe dalam perjalanannya ke apartemen.Joe memilih pulang ke apartemennya untuk menghindari siapa pun yang berada di dekatnya agar kondisi dia tak kembali seperti dulu. Dia tak ingin membuat orang lain takut padanya termasuk Aleandra yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.Sesampainya dia di depan pintu apartemennya, dia menekanpasswordyang tak pernah dia ganti. Setelah menekan tombolenter, pintu itu terbuka. Joe masuk dan tak merasa heran dengan lampu yang menyala."Aku tah
Joe keluar dari kamar mandi. Dia melihat Natasha yang duduk di ranjang dan bersandar dengan menekuk kakinya dan menutup dengan selimut, menahan perih di dada dan bibirnya yang tergores walau tak begitu dalam."Kenapa tidak tidur?""Aku tidak bisa.”Joe memilih mengabaikan tatapan redup Natasha. Dia memakai celananya dan berjalan menuju ranjang. Dia duduk di samping wanita yang tertunduk takut. Dia mengangkat wajah Natasha dengan perlahan, melihat dan mengusap bibirnya yang tergores."Buka bajumu.”"Untuk apa, Nathan?""Just open it!"Mendengar suara tertahan Joe, Natasha lantas menurut. Dia membuka satu persatu kancing kemejanya. Joe melihat dan menyentuh luka gores di dada Natasha. Wanita itu sedikit meringis menahan perih.Joe beranjak dari duduknya menuju lemari serba guna. Dia mengambil kotak obat dan kembali lagi pada Natasha. Dia mulai mengobati luka di dada Natasha.Natasha meringis sakit keti
Bunyi bel pintu rumah kediaman Mrs.Walz terdengar, menandakan ada orang yang datang larut malam. Para pelayan sudah tertidur. James yang hendak mengambil air minum langsung berbelok arah untuk membukakan pintu. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, menampilkan Joe dan Natasha yang berdiri dengan Natasha yang terlihat lelah dan bergelayut pada lengan Joe."Selamat datang di rumah ibumu, Joe!" tukas James sinis. Joe hanya diam menanggapi penyambutan dengan nada yang tak enak dia dengar."Masuklah dulu Nath," pinta Joe pada Natasha yang menurut lalu melewati James yang terlihat meminta penjelasan yang masuk akal untuk semua yang telah terjadi.Sementara Natasha masuk, James keluar lalu menutup pintu rumah.Satu pukulan langsung James layangkan pada wajah Joe."Itu untuk kekacauan yang kau buat pagi ini!"James hendak melayangkan pukulan lagi, namun Joe menahannya dan membalasnya.Satu pukulan mengenai pipi kiri James."Itu un
Mempelai wanita masih menundukkan kepalanya, membuat beberapa tamu penasaran sampai mereka harus sedikit membungkukkan dirinya berusaha untuk mengintip seberapa cantik mempelai tersebut. Terutama orang Rusia yang menjadi musuh dari Joe. Dia penasaran karena sebelum acara di mulai Natasha meminta izin ke toilet dan sampai sekarang dia belum juga kembali. Orang itu sempat berpikir bahwa mempelai tersebut adalah Natasha.Akibat terlalu sibuk memperhatikan sang mempelai wanita, para tamu tak menyadari bahwa mempelai pria telah berganti. Saat ini James yang berada di atas altar dengan wajah serius, membuat semua yang melihat menjadi terkejut terutama para mafia bisnis. Tak berapa lama mereka mendapat kabar dari beberapa anak buahnya bahwa Joe telah membawa Natasha pergi menggunakan helikopter yang dikira akan digunakan untuk kepergian kedua pengantin saat acara selesai.Mereka berhambur keluar dari dalam gereja, termasuk James yang sudah siap membawa pergi Lea. Zach dan Ale
Pagi hari Zach sudah mengedor-gedor pintu kamar James dengan tidak sabar. Masalahnya waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi dan kemarin Aleandra memintanya untuk memberikan amplop itu sekarang."Hei! Bangunlah dokter brengsek!" teriak Zach kencang. Sedetik kemudian pintu terbuka, menampilkan diri James yang terlihat kacau."Ada apa bocah sialan?! Kau sungguh mencari mati, hah?!" bentak James kesal. Pasalnya sejak semalam dia menjelajahi dunia internet mencari tahu semua yang berhubungan dengan Joe dan Lea. Tetapi seperti ada yang menutupi semua jejak Joe, karena seberapa dalam James mencarinya yang dia hasilkan tetap nihil."Kau akan berterima kasih padaku jika kau tahu apa isi amplop yang diberikan bajingan licik itu!" ucap Zach sambil melemparkan amplop tersebut pada James dan dia masuk ke dalam kamar tanpa permisi.James meraih amplop tersebut kemudian masuk dan menutup pintu kamarnya. Dia duduk di sofa dan mulai membuka amplop tersebut. Sementara Zac
Beberapa hari kemudian…Lea dengan terpaksa harus ikut Joe ke London untuk melangsungkan pernikahan.Sementara James, dia tetap menyusul dan menunggu kabar dari Lea tentang ibu Joe yang dia harap bisa membantunya untuk membatalkan pernikahan keduanya.Sudah tiga hari dia berada di London tetap tak ada kabar baik dari Lea. Bahkan kabar keberadaan wanita itu saja tak terdengar. James yang bersama Zach mencoba mencari tahu semua kabar bahkan Aleandra juga sulit untuk dia hubungi.Akibatnya, kedua pria yang kebingungan itu akhirnya menebak-nebak. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Lea dan Aleandra.Saat siang hari James dan Zach memutuskan untuk makan siang di sebuah kafe. Mereka harus mengisi perut untuk mencari kedua wanita yang mereka cintai. Ada banyak kafe di sana, namun entah kenapa James memilih kafe ini. Sebuah kafe dengan dinding kaca yang menampilkan keadaan di luar hingga ke seberang jalan yang terdapat sebuahbridal. Dia
James hendak ke kamarnya setelah menenangkan pikirannya dari setiap ucapan Joe yang membuatnya tak bisa berpikir harus bagaimana lagi."Dasar, sialan! Beraninya dia mengancamku! Oh, astaga... apa lagi yang harus aku perbuat untuk merebutmu kembali, Lea?" James berujar sambil memejamkan matanya. Dia berbaring di atas ranjangnya.Apa lagi yang harus aku lakukan, Lea? Aku sudah kehabisan akal untuk menghentikannya.batin James. Dia menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya mundur ke belakang mengingat kejadian awal saat bertemu dengan Lea.Dia kembali mengingat bagaimana dirinya yang hancur karena Keyla dan kembali bertemu dengan Lea di sebuah bar dan malam itu terjadi. Malam ketika dia merebut kesucian Lea. James meneteskan air matanya ketika mengingat kelakuan brengseknya saat itu. Seharusnya dia tak mendapatkan cinta Lea jika mengingat bagaimana keadaan membuat wanita itu menjadi kesulitan dan sekarang membuatnya serba salah."Lea, apakah k
Lea terdiam dan terpaku mendengar ucapan Joe. Dia menatap punggung Joe yang terlihat semakin menjauh."Joe, kurasa kita harus bicara.”Mendengar kalimat itu Joe berbalik badan dan kembali mendekat kepada Lea."Akhirnya kau memintanya juga. Baiklah. Di mana? Tidak mungkin di tempatmu.”"Kita ke atap saja," usul Lea.Joe mengangguk dan mempersilahkan Lea untuk jalan lebih dulu. Saat berada di atap, cuaca di luar cukup mendung, dan angin berhembus cukup kencang. Joe memberikan jaketnya kepada Lea dan mengusap bahu wanita itu setelah memakaikan jaketnya."Kau yakin ingin bicara di sini?" tanya Joe.Lea hanya mengangguk sambil membenarkan rambutnya yang beterbangan karena hembusan angin."Baiklah, katakan apa yang ingin kau bicarakan.”"Begini Joe... sebenarnya aku..." Manik mata hazel Lea menatap Joe yang terlihat sabar menunggu kelanjutan dari perkataan Lea. Dia menghela napas, merasa sulit untuk mengataka
Lea sudah menyiapkan beberapa makanan yang akhirnya dia beli di restoran siap antar. Dia beralasan pada Joe bahwa dia sedang kurang sehat namun kenyataannya dia bahkan tak bisa berhenti menangis setelah James pergi walau hanya untuk menjemput Jason."Kau sudah ke dokter?" tanya Joe memeriksakan suhu tubuh Lea dengan punggung tangannya.Lea hanya menggeleng. James menatapnya tajam, dia tak bisa melihat kontak fisik antara Lea dan Joe walau itu hanya untuk memeriksa keadaan Lea."Jika kalian lupa, aku adalah seorang dokter!" ujar James memindahkan Jason dari pangkuannya untuk duduk dengan Aleandra. "Biar aku yang memeriksanya!"James menyingkirkan tangan Joe cukup kasar. Dia mengalihkan tatapan tajamnya dari Joe berpindah kepada Lea yang menunduk. "Seharusnya kau jangan terlalu lama berendam! Sudah kukatakan untuk segera menyelesaikan mandimu bukan?!" James dengan sengaja membicarakan masalah mandi. Padahal jelas Lea menyelesaikan mandinya dengan cepat dan
Satu minggu kemudianLea sedang berbelanja bahan makanan untuk menyambut kembalinya Joe dan Aleandra. Entah ada masalah apa hingga membuat Joe harus kembali ke Australia lebih cepat dari rencananya.James yang memang mengetahui rencana Joe yang akan membawa Lea pergi ke London terlihat gelisah. Dua hari setelah Joe mengabarkan akan kembali, James berniat ingin membawa Lea dan Jason ke Indonesia untuk tinggal di rumah yang dulu dia tempati. Sayangnya Lea menolak. Hari ini James masih berusaha untuk membawanya pergi."Aku memang membiarkanmu untuk melakukan apapun, James. Tapi bukan untuk menggunakan cara licik dengan membawaku dan Jason pergi," tolak Lea sambil mendorong troli belanjaannya. James segera mengikutinya."Aku sungguh tak mengerti dengan pikiranmu, Lea! Selama seminggu ini kita bersama, kita sudah seperti keluarga kecil yang bahagia. Mengurus Jason, mendaftarkan dia sekolah dan mengajaknya bermain. Bahkan kita…" James sengaja menjeda kal
Lea bergerak gelisah setelah James mengecupnya dan beranjak. Belum sempat James keluar kamar dia memanggilnya, "Jamie?”James berbalik dan tersenyum mendengar Lea memanggilnya dengan sebutan'Jamie'yang sangat memanjakan telinga saat seorang yang dia cintai memanggilnya seperti itu."Ya?” jawab James saat menoleh.Lea beranjak dari ranjang setelah mengecup Jason. Dia mengiring James untuk keluar dari kamar. Mereka duduk di ruang makan setelah James mengambilkan minum untuk Lea yang terlihat pucat seperti habis bermimpi buruk."Ada apa? Kau bermimpi buruk?" tanya James sambil mengusap punggung Lea. Wanita itu mendongak dan seketika memeluk James.Pertanyaan James membuat wanita itu menangis. James mengeratkan pelukannya."Aku takut. Mimpiku tadi sangat mengerikan. Di saat seharusnya momen indah tercipta di sebuah acara pernikahan namun yang terjadi adalah sebuah pembunuhan," jelas Lea sedikit bergetar."