Kelas terakhir terasa membosankan karena pikiranku memang tak disini. Aku masih penasaran dengan semuanya. Kuputuskan untuk keperpustakaan sebelum pulang.
Hhh...sepertinya akan akan sampai rumah larut malam. Untung saja aku tak ketinggalan bis terakhir, jika tidak mungkin aku akan mengulangi kejadian konyol waktu itu. Malam ini sangat berbeda karena sepertinya bulan bersinar sangat terang. Kuputuskan untuk menatap langit.
“Bulan purnama.” Aku menatap keindahannya sambil tersenyum.
Sesampainya di rumah aku tak berani masuk kedalam dan hanya termenung di luar pintu. Aku masih bingung harus bersikap bagaimana padanya nanti.
Aku telah memikirkan ini sepanjang hari. Pikiranku campur aduk! Aku harus bagaimana?
Ku hembuskan nafas beberapa kali dan menguatkan diriku. Kupegang gagang pintu dan mendorongnya.
“Aku pulang.”
Keadaan rumah tampak hening, tanpa adanya tanda-tanda kehidupan. Apa Adrian pulang telat hari ini? k
_Adrian_Setiap hari bagai neraka bagiku, hariku sangat sibuk dengan tumpukan dokumen, klien ataupun perjalanan bisnis. Bahkan kantorku sudah seperti rumah keduaku akibat pekerjaan yang menumpuk. Hari ini pun tak ada bedanya dengan hari lainnya, cahaya bulan bersinar terang menandakan malam yang panjang akan segera dimulai.Melelahkan....Untungnya pekerjaan yang menumpuk untuk beberapa hari kedepan sudah selesai, jadi aku bisa sedikit bernafas lega, setidaknya bebanku berkurang. Ku ambil jasku dan bergerak ke arah lift, waktunya pulang.***Kuperhatikan keadaan sekitarku, semuanya tampak biasa saja, namun seperti ada yang mengganjal di hatiku. Apalagi saat sampai di pelataran rumah tak kulihat satu lampu pun yang menyala ataupun kepala pelayan yang sigap menyambutku seperti biasa. Suasananya terlalu sunyi, malah kelewat sunyi. Apakah terjadi sesuatu? banyak pertanyaan muncul di benakku? Kemana para pelayan? apakah Luci belum pulang? Me
Ian membalikkan badannya kemudian melangkah dengan bahu lemas dan tertunduk lesu. Aku tak mungkin membiarkan temanku pulang dalam keadaan seperti itu, "Apa kau mau pergi tanpa meninggalkan undanganmu padaku?" Kulihat wajahnya kembali berseri dan bersemangat kembali, "Kau harus pastikan aku menjadi tamu VIP nanti." Senyumnya semakin merekah dan bergegas pergi. Aku berjalan perlahan ke arah tangga, menaikinya perlahan agar sang putri tidur tak terganggu dalam mimpinya. Saat berada di tangga ketiga aku kembali menoleh ke arah Ian lalu memperingatinya, "Gunakan pintu sialan di depanmu Ian! Jangan gunakan jendela kau bukan monyet!" Kudengar dia mendumel sepanjang jalan lalu menghilang di kegelapan. Untunglah semuanya bisa berakhir baik. Semoga saja tak ada Ian lainnya setelah ini. Kulangkahkan kakiku kemba
“Kau ingin aku meretas data gadis ini?” tanya Bryan, sekretaris werewolfku. Bryan melihat dengan seksama foto yang ku kirimkan ke handphonenya, “Jadi dia pasanganmu?”Adrian mengangguk, “ada banyak hal yang menggangguku.” Kuputar kursiku menghadap ke luar jendela, “Reihan tak mengetahui apapun tentangnya seolah disengaja.” Kutolehkan kepalaku pada Brian, “awalnya ingin ku abaikan saja namun kini banyak fakta yang tak bisa ku abaikan lagi.”Fakta bahwa dia pernah mencuri di depan mataku lalu cincin sihir yang tak mungkin dimiliki manusia biasa sepertinya. Semuanya tampak tak masuk akal namun mempunyai ujung yang sama. Biasanya aku tak pernah mencampuri urusan orang lain, terkecuali yang ini. Banyak keanehan yang ku rasakan mengenai Luci. Siapa dia sebenarnya? Apakah dia terhubung dengan bangsa Vampir? d
"Bisakah aku tidur denganmu ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- JDER! Adrian tak bisa mempercayai pendengarannya sendiri. Apa ini sebuah lelucon? "Apa kau sedang mengundangku? ataukah ini hanya lelucon?" "Maaf jika itu membuatmu tak nyaman." kemudian melenggang pergi. Adrian bergegas mengejar Luci, "Tunggu! Kau salah paham. Apa kau yakin dengan yang kau ucapkan barusan?" Tanyanya lagi. Keheningan melanda kami beberapa saat sampai akhirnya Luci membuka mulutnya, "Bolehkah aku tidur denganmu malam ini..." Tanyanya kembali tanpa memandangku sama seka
Kubuka pintu ruangan secara perlahan. Alex masih berkutat dengan tumpukan dokumen yang dibawanya dari rumah sakit. Dia tak melihat sama sekali ke arahku. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- “Kau melepas cincinmu lagi?” Tanyanya. Pertanyaanya mengejutkanku. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku melepaskan cincinku? Aku sudah memeriksa cincin itu namun tak ada satupun keanehan di sana. “ Aku hanya melepasnya sebentar karena cincinnya sedikit kendur.” Alex mengangkat kepalanya, pandangannya kini menatap tepat ke arahku dengan sorot mata dingin. ekspresinya sangat datar membuatku sangat ketakutan. “ Apakah aku,…?” Dia meletakkan berkasnya, tatapannya masih berfokus padaku membuat tubuhku bergetar. (‘….’) “Jangan pernah melepasnya lagi. Kau mengerti?” Aku langsung mengambil cincin di kantung mantel,“Baik…” Cincin itu akhirnya kembali bertengger manis si jari manisku. “Tunggu aku di kamar.” Perintahnya. “
_Luciana_ Ku masukkan semua buku dan peralatan ke dalam tas, jam kuliah telah usai namun kursi kosong di sebelahku membuatku sendu. Biasanya dia duduk di sampingku dan menjahiliku, kini hanya ada kehampaan di depan mataku. "Dasar brengsek!" Mengapa dia harus menghindariku dengan cara seperti ini. Bahkan tanpa kabar dan penjelasan sedikitpun. Aku bergegas meninggalkan ruang kelas yang telah kosong. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa dia sangat sibuk dengan masalah keluarganya sampai tak sempat mengabariku? Biasanya tak seperti ini, dia pasti menghubungiku dua sampai tiga hari namun ini sudah lewat dua minggu dia menghilang tanpa kabar apapun. Aku sangat khawatir. Kulihat ponselku dan mengecek pesan dan media sosialku, tak ada notif apapun, bahkan pesan terakhirk
_Lucas_ Aku terbangun dan mendapati diriku berada di tempat tidur. Kuedarkan pandanganku ke segala arah dengan malas, tak ada siapapun di sana. Luci sepertinya sudah pulang. Perasaan sepi kembali menyeruak. Andai saja Luci bisa tinggal lagi dengan kami seperti dulu, pasti sangat menyenangkan. Aku sangat bahagia ketika kami semua berkumpul dan menghabiskan waktu bersama layaknya keluarga, tak terpecah seperti ini. Ku tatap jendela yang letaknya tak jauh dari ranjangku. Langit masih gelap di luar sana namun kini rasa kantuk tak lagi menghinggapiku. Kaki kecilku beranjak dari tempat tidur kemudian bergegas keluar. Semuanya tampak gelap, tak ada satupun lampu menyala, hanya sinar bulan yang menerangi langkahku dari balik jendela. Kaki kecilku berakhir di sebuah taman kec
"Bereskan barangmu dan kembali denganku malam ini." Perintahnya, "Kau tahu konsekuensinya jika terlalu lama di dunia manusia? Kau akan terus semakin lemah dan mati."“Aku berbeda denganmu.”“Bodoh.”“Pergilah dari sini sekarang juga!”----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pria itu menggertakkan giginya kesal," Kau telah berada di dunia manusia selama puluhan tahun. Kau bahkan tak tahu ibumu sangat mengkhawatirkanmu, apalagi kekuatanmu semakin melemah. Apa kau bodoh?! Kau harus tahu batasanmu bocah!""Aku takkan kembali denganmu!"
Lucas menatapku bergantian dengan pria di hadapanku, kami masih setia menunggu jawaban darinya.“Karena…” Adrian tak begitu yakin dengan apa yang ingin dia katakan, “Luci berkencan dengan pria di sebelahmu makannya aku marah!” sayangnya itu adalah jawaban yang salah, bahkan anak kecil masih lebih baik dalam berbohong ketimbang dirinya. Lagipula untuk apa aku berkencan dengan Luci? pemikirannya sangat konyol.Lucas menarik nafas keras dan itu terdengar dramatis menurutku. Dia langsung menjatuhkan benda yang sedari tadi di genggamnya lalu menatapku seksama, “kau berkencan dengan Luci?!”“Tidak.” ku bantah pertanyaanya tadi dan Lucas pun langsung melihat kembali kearah Adrian.“Kau pembohong!”
_Alex_Aku berdiri di balkon menatap pemandangan hutan di sekitarku sambil menghirup udara segar selagi menunggu mangsaku. Kedatangan anjing kampung itu sepertinya lambat, seharusnya dia sudah disini sejak tadi.Anjing kampung sialan itu mengambil cincin yang telah ku kerjakan bertahun-tahun begitu saja, dia bahkan memastikan sihir didalamnya dan seenak jidat menggali informasi tentangku.Ketika mereka berdua hidup bersama banyak sihir yang terbuang sia-sia untuk menyegel ingatan Luci secara paksa. Anjing kampung itu terlalu lancang menurutku, aku bahkan tak bisa mengatakan apapun pada Luci tentang hal ini atau pun mengambilnya kembali.Sekarang cincin itu benar-benar ‘hilang’ jika sesuatu terjadi lagi pada Luci….aku tak tau apa yang akan terjadi akiba
Aku yakin Bryan pasti akan memberikanku kabar bagus.Dia pasti mendapatkannya kali ini.Aku yakin.====================================================================Nihil.Tak ada informasi apapun.Apa ini semua lelucon?Sama seperti Luci informasi yang ku dapatkan tentangnya hanya informasi dasar saja. Tak ada informasi khusus selain dia adalah seorang dokter.Tidak ada informasi lain yang berguna.Apa ini omong-kosong lainnya?Ku ambil handphoneku dan menghubungi Bryan sesampainya di kamarku.
_Adrian_Luci pulang saat aku sibuk bertelepon dengan klien. Dia berhenti sejenak kemudian dan langsung duduk di sofa tepat di sampingku.Aku tersenyum padanya dan dia pun membalasnya dengan lambaian. Dia sepertinya sedikit bermasalah.Ku selesaikan panggilanku dan berjalan ke arahnya, “ Apa ada yang ingin kau tanyakan padaku? Kau terlihat sangat gusar sejak tadi.”“Ah! Ya… Aku kehilangan cincinku. Kau pernah melihatnya?”Aku tahu itu. cincin itu sengaja ku sembunyikan karena sihir yang ada di dalamnya. Sihir yang dapat menarik ingatan seseorang dalam sekejab.Ku gelengkan kepalaku, “tidak. Apakah itu sangat penting?”
Aneh…Aku merasa hampa saat melihat jari manisku yang kini kosong tanpa adanya benda bulat yang biasanya bertengger di sana.Apa karena aku telah memakainya bertahun-tahun ya? sensasi ini sangat menyebalkan.“ Kau baik-baik saja? wajahmu terlihat pucat.” Tanya Reihan.“ Apa kau melihatku mengenakan cincin saat masuk kelas tadi? ” Aku terus bertanya padanya sambil menatap tempat dimana cincin itu seharusnya berada.“ Tidak.” Jawabnya singkat, “ apakah cincin itu sangat penting bagimu? Kau terlihat sangat khawatir?”“ Entahlah.” Jawabku tak berani menatapnya, “ Aku harus menemukannya bagaimanapun caranya.&rdquo
_Luciana_ Aku terbangun di atas tempat tidurku. Sebuah selimut di letakkan dengan hati-hati di atas tubuhku, jendela di sampingku masih tertutup tirai yang menghalangi sinar matahari merangsek masuk. Semuanya terlihat normal kecuali fakta bahwa aku sangat melupakan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting. Tapi apa?! Ada perasaan aneh yang mengganjal di dalam diriku. Sesuatu yang sangat menganjal! Ku coba mengingat apa yang terjadi semalam. Aku mengingat semuanya dengan jelas sampai bagian ketika aku dan Alice mencapai hutan dan menemukan Adrian di sana. Semuanya nampak kabur. Ku coba memaksakan diri untuk mengingat semuanya, memori itu perlahan muncul dalam pikiranku namun sampai di bagian di mana aku menga
“Apa kau tidak membenciku sama sekali?”Aku menghentikan aktivitasku setelah mendengar pertanyaanya.=====================================================================“Mengapa aku harus membencimu?” Ku seka linangan air mata yang mengalir di pipinya, entah mengapa ada sebuah kepuasan untukku saat melakukannya. Akhirnya penantianku akan usai.“Kau pasti kecewa padaku setelah semua ini.” Luci terdiam sesaat, “aku memang gadis egois yang mementingkan diriku sendiri hingga akhirnya menyakitimu namun aku tak ingin kau membenciku.”“Mengapa kau tak ingin aku membencimu?”“Karena aku menyukaimu.” Dia akhirnya men
_Adrian_ Dengan sisa kekuatanku ku seret diriku ke sebuah pohon Oak besar di tengah hutan. Nafasku memburu dan tubuhku terasa mati rasa karena menghabiskan semua sisa kekuatanku untuk sampai di sini. Pohon tua ini bukanlah pohon sembarangan. Bisa dikatakan dia adalah sang raja pohon di sini. Di hutan besar seperti ini biasanya dipimpin oleh roh pohon yang disebut dryad. Dialah yang menjaga hutan dan juga sebagai penghubung ke dunia sihir. Dryad mempunyai jangka waktu hidup yang sangat lama, sekitar 900 lebih. Semakin tua dryad semakin banyak cabang yang tersebar ke segala arah dengan kulit kayunya yang tebal. Aku berjalan perlahan dan berhenti sejenak ketika dryad mulai mengidentifikasi diriku. Saat dryad mengidentifikasi bahwa aku bukanlah manusia dan juga memiliki luka mereka akan mulai memulihkanku dengan kekuatannya.
Aku telah kehilangan kepercayaan…Memikirkannya membuat hatiku sakit dan air mataku semakin mengalir di pipiku. Aku sudah mencoba menahannya, pertahananku runtuh.=====================================================================“Luci!” Adrian menatapku khawatir. “Kau kenapa? apa ada yang sakit?” tanyanya. "Kenapa? kenapa kau sebaik itu padaku? Kenapa sangat peduli padaku setelah semua perlakuanku padamu?" aku akan menggendongmu. "Kita harus kerumah sakit sekarang juga.” katanya setelah melihat luka-luka yang ada di tubuhku, “Maaf karena membuatmu terluka seperti ini.”“Apa kau tidak membenciku sama sekali?”Adrian menghentikan aktivitasnya kemudian menatapku da