Untuk kesekian kalinya, Rais mencoba bangkit dan kembali bertarung. Ia telah kembali kepada perjalanan martial arts-nya. Pelatihnya sama sekali tidak peduli tentang siapa dirinya. Ia menerjunkan Rais dalam kehidupan jalanan. Rais diharuskan bertahan hidup di masyarakat kelas bawah, yang merupakan sisi lain Amerika. Dengan demikian, Rais harus terbiasa menghadapi pertarungan jalanan.
Walaupun ia harus terbunuh.
Rais dibiarkan berjuang mempertahankan hidup di arena latihan. Setiap pertarungan yang ada adalah kepedihan. Lawannya tidak akan menaruh belas kasihan, walaupun Rais telah berada di titik nadir. Memang ini yang diinginkannya, dan untuk itu Rais membayar mahal.
Rais melatih apa pun yang bisa dilatihnya. Ditempanya dirinya dengan mengangkat beban, menarik rantai, memanjat gedung, bahkan menghajar ban traktor. Di akhir hari tentu tubuhnya hancur lebur. Ototnya lemas, punggungnya sakit, kepalanya berdenyut, dan kakinya serasa tidak bisa diger
Malikha Russel menanti kabar dari Rais. Setiap hari diperiksanya telepon selulernya, sampai benda tersebut benar-benar bergetar. Ia berharap itu adalah kabar dari Rais. Meskipun akhirnya ia harus kecewa. Tapi setiap hari ia selalu memeriksa ponselnya. Yang ia dapati hanya pesan masalah pekerjaan dan pekerjaan.Berbagai macam pikiran berkelebat di benaknya.Di mana anak itu?Baik-baik sajakah dia?Kenapa tidak ada kabar sama sekali?Apakah dia masih hidup?Malikha memandangi Malikha Nature. Masih terbayang sosok Rais di pagi buta, yang diam berdiri mematung di dalam kebun hidroponik. Namun begitu, Rais tampak menikmatinya ketika itu. Malikha mengambil ponselnya. Dilihatnya nomor kontak Rais, lalu didekapnya ponsel itu.Dan ia merasakannya.Hangat.
Rais telah menjadi seseorang yang baru. Ia telah jauh dari Rais Hoetomo tiga tahun silam. Seorang jenius arogan yang selalu mendapatkan semua keinginannya tanpa kesulitan, walaupun itu berasal dari usahanya sendiri.Untuk pertama kalinya Rais merasakan kesendirian. Ia miskin dan kelelahan. Semua yang dilakukannya harus melibatkan ototnya, dan ini benar-benar jauh dari yang dipikirkannya selama ini. Bahwa orang yang bekerja dengan otak jauh lebih terhormat. Kini ia hampir mati karena harus bekerja dengan ototnya.Dan untuk bertahan hidup, hanya itulah yang bisa diandalkannya. Pelatihnya tidak memberi kelonggaran, pokoknya jalankan sampai ia menjadi seorang ksatria seutuhnya. Dipikirkannya sudah sejak kapan ia tidak merasakan tempat tidur dan ruangan dengan penghangat? Sudah tidak terhitung. Bahkan kapan terakhir kali ia mandi dengan air panas pun tidak lagi diingatnya.Rais duduk bersandar di bangunan tempatnya bekerja. Ditatapnya langit yang mulai menurunkan huj
Di hari ini Rais mendapatkan pelajaran tentang perjuangan. Baginya perjuangan umat Muslim, umatnya, di Amerika bukanlah perjuangan yang bisa dipandang sebelah mata. Sejak tragedi World Trade Center, kehidupan Muslim di Amerika telah berubah dengan sangat drastis. Apa yang dilakukan Amerika di Timur Tengah juga terasa akibatnya kepada Muslim di dalam negeri Amerika.“Selama berabad-abad, Muslim telah hidup damai di negeri ini. Sekarang kita tidak lebih dari sekedar minoritas. Kita dipandang dengan ketakutan, dan lebih buruk lagi, manipulasi politik. Slogan ‘perang atas terorisme’ menjadi semakin meruncing, seolah itu adalah perang atas umat Muslim. Rumah pertama yang kita kunjungi tadi, kau lihat bahwa mereka sudah memiliki pandangan hitam putih bahwa Muslim adalah teroris dan Islam adalah agama kekerasan. Juga bahwa Islam adalah ancaman bagi kehidupan Barat. 9/11 telah memberikan terapi kejutan pada kita. Yaitu bahwa kita harus memperkuat iman kita dan bersa
Ikhwan sekalian, sudah bukan lagi rahasia bahwa umat Islam telah menjadi sasaran penindasan dan pelecehan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Ini menunjukkan bahwa mereka telah memandang murah atas darah dan harta umat Islam. Darah kita telah ditumpahkan di Palestina dan Irak. Belum lagi yang telah terjadi di Lebanon, Somalia, Myanmar, Kashmir, Chechnya, Somalia, Tajikistan, dan lainnya.Semua terjadi dengan dunia yang menutup mata. Perserikatan Bangsa-bangsa yang bermuka palsu, seolah mengutuk namun sebenarnya mereka hanya boneka dari Amerika Serikat.Umat Islam harus sadar bahwa kita adalah target utama dari koalisi tentara salib dan Yahudi. Penguasaan atas Mekkah, Madinah, dan Jerusalem menjadi buktinya.Sekarang kita harus memerangi koalisi Yahudi dan Nasrani itu.Semoga Allah bersama kita.Telah kuledakkan Riyadh dan Khobar, semoga menjadi peringatan bagi rezim Saudi. Mereka yang mengganti hukum Allah dengan hukum buatan manusia harus menerima akiba
Pada tahap berikutnya, Rais menjadi asisten seorang supir truk. Ia mengangkut pasir dari satu tempat ke tempat lainnya. Supir yang menjadi bosnya adalah seorang keturunan Asia. Diperintahkannya rais untuk memindahkan pasir dari pabrik ke atas truk. Rais harus meloncat, menyekop, dan memanggul karung berisi pasir.Mereka berkeliling Amerika cukup sering sehingga mengetahui bagaimana kehidupan jalanan antar negara bagian. Beberapa pungutan liar terjadi oleh sejumlah oknum. Menarik bagi Rais tentang bagaimana para oknum ini berusaha mencari uang dengan cara mudah. Terkadang mereka tidur di jalanan. Tidak jarang Rais menyaksikan pencurian truk ataupun mobil.Meskipun telah menemukan sejumlah sisi gelap dari kehidupan manusia, Rais belum melihat kaitan dari semua yang ditemukannya sekarang dengan ekstremisme agamis.Apa yang membangun mereka?Apa yang membuat mereka yakin?Suatu saat ditemukannya seorang berwajah Arab, mencoba mencuri sebuah mobil. Dala
Ketika kita menemui orang kafir, maka bunuhlah!Itu sudah menjadi ajaran dalam Al Quran.Tentara Salib telah menguasai semenanjung Arab dan mengeruk kekayaannya, yang sebenarnya merupakan kekayaan kita, Umat Islam. Mereka bersatu membuat kita lemah. Tidak ada yang perlu diperdebatkan.Amerika telah menguasai kota-kota suci umat Islam, meneror warganya dan menistakan agamanya. Tidak ada bukti yang tidak terlihat dalam hal ini.Ratusan ribu orang Irak sudah tewas di tangan orang-orang kafir. Dan Amerika tidak berhenti di sana. Mereka akan segera mengembangkan invasinya. Mereka ingin kekuatan Muslim terpecah-belah menjadi serpihan-serpihan kecil sehingga semakin mudah bagi mereka untuk memusnahkan kita.Amerika sudah jelas mengumandangkan perang kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan tidak ada tugas yang lebih suci daripada memerangi musuh Allah.Oleh karenanya, aku menganggap perlu untuk menyeru semua umat Muslim di seluruh dunia, agar membunuh orang
“Kebencian anti-Islam merebak di mana-mana, dan terus meningkat seiring berjalannya waktu. Orang-orang yang menimbulkan ini kebanyakan tidak pernah membaca tentang Islam yang sebenarnya. Bahkan mereka tidak pernah bertemu dengan Muslim. Sebagian di antara mereka memperlakukan Muslim seperti binatang.” Kata Abdul Aziz.“Tidakkah kita memiliki hak jawab?” timpal Rais.“Menurutmu kita belum menggunakannya? Organisasi-organisasi Islam sudah menyuarakan penentangan mereka akan terorisme. Tapi media jarang memuat suara mereka.”“Berarti kita harus lebih dekat dengan media.”“Tepat sekali, kita tidak boleh menganggap media sebagai musuh. Kita jauhi sifat eksklusif.”“Melalui pembangunan identitas kita sebagai Muslim?”“11 September adalah panggilan untuk bangun. Adalah pilihan bagi kita untuk bangun dan memperjuangkan identitas Islam, atau tenggelam bersama fitnah yang me
Mereka membawa Rais ke luar dari Amerika. Ke sebuah area yang tidak pernah diduganya selama ini: Afganistan. Tempat di mana perang berkecamuk. Negeri yang pernah mengalahkan sekaligus mempermalukan Uni Soviet. Ia mencapai suatu tempat di mana sejumlah orang bersenjata menyambut mereka. Rais digeledah dan diperiksa identitasnya. Orang-orang yang menyambut mereka berbicara dengan orang-orang yang membawanya. Sepertinya mereka melakukan suatu negosiasi.Rais memperkenalkan diri dengan nama aslinya, tapi dengan identitas palsu. Ia adalah Rais Hoetomo, seorang buruh serabutan, seorang imigran gelap. Setelahnya, Rais dibawa ke sebuah ruangan.Bagaimanapun ia bertahan untuk tidak membuka identitasnya. Terlalu berbahaya dan akan berpengaruh pada keselamatan banyak orang. Sementara ia sendiri belum tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya.Walaupun demikian, semua rasa sakit dan penderitaan yang dilaluinya telah cukup membantunya dalam bersiap menghadapi kemungkinan ter
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena