Share

Bab 35

Penulis: Venny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Max menatap Madeline. Tangan hangat wanita itu menangkup wajahnya dan mereka begitu dekat. 

"Kamu mengerti?" bisik Madeline sekali lagi. 

Max tersenyum. Dirinya sudah tahu akan jebakan itu. Jebakan disiapkan oleh, orang-orang yang membencinya. Max, sudah memiliki rencana bagaimana menghadapi wanita sewaan itu. Wanita itu seharusnya dihentikan saat tiga langkah mencapai dirinya. Para pengawal sudah bersiaga di sana dan hanya tinggal mengikuti instruksi. Jika wanita itu ditangkap, maka akan membawanya kepada dalang rencana busuk ini. Trauma miliknya hanya diketahui oleh keluarga inti. Ini artinya, ada anggota keluarga yang membocorkan rahasianya itu. 

Namun, yang tidak diperhitungkan adalah penolong dadakan. Madeline Lu. 

Max tersenyum dan berkata, "Mari kita tunjukkan apa yang ingin mereka lihat!"

Belum sempat mencerna apa maksud perkataan pria itu, Madeline merasakan tangan Max melingkari pinggangnya. Menarik tubuhnya semakin me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Boss and I   Bab 36

    Handuk kecil itu dibasahi dengan air hangat. Lalu, menggunakan handuk itu, Madeline mulai menggosok lembut seluruh tubuh dan wajah pria itu, kemudian mengeringkannya dengan handuk kering. Dulu, ya dulu, saat bayinya demam tinggi, hal ini juga dilakukannya untuk menurunkan suhu tubuh.Setelah beberapa waktu, tubuh pria itu tidak lagi begitu panas."Max! Max!" Kembali Madeline mencoba membangunkan pria itu.Kali ini, Max membuka matanya dan menatap Madeline. Pria itu terlihat lemah dan masih pucat pasi."Bisakah kamu berdiri? Aku akan memindahkan dirimu ke kamar," jelas Madeline.Max mengangguk pelan dan berusaha berdiri. Madeline membantu pria itu dengan menggunakan tubuhnya sebagai penyangga.Tangan Madeline melingkari pinggang pria itu, yang tidak terlapisi pakaian. Saat ini, Max bertelanjang dada dan Madeline menempel di kulit yang hangat itu.Perlahan, mereka berjalan ke arah kamar dan Made

  • The Boss and I   Bab 37

    Max hanya mengangguk. Pertemuan yang tidak lagi dapat ditunda, tetapi kali ini Max sama sekali tidak memiliki rasa khawatir. Apakah dirinya telah sembuh? batin Max, sambil menatap wanita yang duduk di hadapannya.Madeline Lu, wanita pertama yang diciumnya. Madeline Lu, juga wanita pertama yang tidur di sampingnya. Ya, banyak wanita yang telah bercinta dengannya, tetapi hanya sebatas seks dan setelah selesai, maka Max membayar dan meninggalkan mereka.Seulas senyum terpatri di wajah tampan itu dan senyum itu, terlihat jelas oleh Madeline."Apakah suasana hatimu begitu baik?" tanya Madeline yang ikut tersenyum."Ya," jawab Max."Setelah sarapan, bersiaplah. Ikut aku ke rumah besar," ujar Max santai.Madeline mengangguk dan berpikir, dirinya mendampingi pria itu sebagai sekretaris. Namun, kenyataannya adalah Madeline telah menjadi bagian penting dalam kehidupan Maximillian Qin dan karena alasan itulah, Max akan mem

  • The Boss and I   Bab 38

    BRAKKK!Robert Qin memukul meja begitu kuat, kesal dan marah."Aku tidak peduli dengan mainanmu! Namun, sebagai pewaris Keluarga Qin, kamu memiliki tanggung jawab! Dan, wanita yang berhak mendampingi dirimu, adalah mereka yang sejajar dengan kita!" amuk Robert.Ha ha ha!Max tertawa dingin dan berdiri dari duduknya, merapikan jasnya."Jika begitu, aku tidak akan menikah! Bukankah Anda sudah menerima hal itu sebelumya? Jadi, dengan sedikit kesembuhan yang aku miliki, Anda menjadi tamak?" tanya Max dingin."KAU...!" maki Robert sambil memegang dadanya yang mulai sesak."Jika ini tujuan Anda memintaku kemari, maka Anda pasti kecewa!" balas Max dan berderap keluar dari ruang tamu, dengan kesal."Tuan, ini obat Tuan!" Sekretaris Robert, segera berlari masuk dengan obat-obatan Tuannya.Robert segera menerima pil-pil itu dan menelan semuanya, sekaligus. Setelah merasa tenang

  • The Boss and I   Bab 39

    Max menarik napas dalam, berusaha mendapatkan ketenangannya kembali. Kedua tangannya menyisir rambutnya ke belakang.Ya, seharusnya saat ini Max sedang makan malam dengan klien penting, tetapi dirinya pamit sebelum acara makan malam itu selesai. Max merasa muak, saat klien itu terang-terangan menggoda dirinya. Biasanya, hal itu tidak akan mengganggunya. Bahkan, terkadang Max akan dengan senang hati, melanjutkan lebih jauh setelah makan malam usai. Namun, tidak hari ini.Pikirannya hanya dipenuhi oleh Madeline Lu. Dirinya ingin segera bertemu dengan wanita itu dan tanpa pikir panjang, langsung memutuskan untuk pergi ke kamar Madeline. Beruntung, Max melakukan hal tersebut.Saat melihat bagaimana wanita itu gemetar ketakutan, berlinang air mata sambil mengulurkan tangan padanya, hal itu membuat Max menggila. Sudah lama tangannya tidak pernah menghajar seseorang. Biasanya, akan ada Jay maupun pengawal lain yang akan melakukan hal tersebut untuknya

  • The Boss and I   Bab 40

    Tangan Madeline yang berada di belakang kepala Max, menarik lembut rambut tebal pria itu. Madeline menyambut ciuman Max yang semakin dalam dan liar. Tangan pria itu menarik tali jubah hingga terlepas.Menurunkan jubah yang menutupi pundak Madeline, bibir Max melepaskan bibir Madeline. Bibir Max menyusuri rahang, turun ke leher dan menjelajahi pundak indah wanita itu.Madeline memejamkan mata dan melengkungkan tubuhnya, agar semakin menempel ke tubuh hangat Max."Buka pakaianku," perintah Max, di sela ciumannya pada pundak Madeline.Dengan mata setengah terpejam, Madeline mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja pria itu. Saat masuk ke ruangan ini, Max sudah tidak mengenakan jas dan dasi.Mengapa membuka kancing terasa begitu sulit? batin Madeline yang kesulitan menghadapi deretan kancing kemeja itu.Max langsung menegakkan tubuhnya, Madeline memekik, protes. Ya, saat kehangatan pria itu meninggalkannya

  • The Boss and I   Bab 41

    Madeline melihat isi amplop itu dan menatap Max dengan tatapan gembira. Bagaimana tidak, ini adalah surat cerai yang sudah ditandatangani oleh David Kang."Bagaimana? Bagaimana kamu membuatnya menandatangani ini?" tanya Madeline penasaran."Bukan masalah besar," jawab Max sambil mengangkat bahu.Madeline tersenyum. Dirinya ingin bertanya, apakah setelah dirinya bercerai, Max ingin menjalin hubungan serius dengannya? Namun, Madeline tidak berani mengutarakan pertanyaan itu. Dirinya takut. Takut ditolak, takut dikecewakan.Max tersenyum puas, saat melihat Madeline menandatangani surat cerai itu. Setelah dipukul babak belur dan diancam, David Kang masih menolak untuk menandatangani surat cerai itu. Akhirnya, Max menawarkan sejumlah uang yang tidak mampu ditolak. Ya, akhirnya pria bajingan itu bersedia melepaskan Madeline Lu."Baiklah! Nanti kita makan malam," ujar Max dan mengecup kening kekasihnya itu.Madeline me

  • The Boss and I   Bab 42

    Spontan Max bangkit dari duduknya dan mengejar wanita itu. Mengejar Madeline Lu.Di tengah-tengah restoran itu, Max menarik pergelangan tangan Madeline Lu. Tarikan yang cukup kuat, membuat tubuh Madeline membentur dada bidang Max.Madeline yang kesal, langsung menghentakkan tangannya agar terlepas dari pegangan Max. Lalu, berbalik dan berjalan cepat, meninggalkan restoran, meninggalkan pria brengsek itu.Mendorong pintu kayu restoran hingga terbuka lebar, Madeline berlari menuruni beberapa anak tangga yang ada di sana. Max mengejarnya."Berhenti!" perintah Max.Madeline mengabaikan perintah pria itu dan berlari kecil, menjauhi Max. Tidak tahu berjalan ke arah atau menuju mana, Madeline hanya terus berlari menjauhi pria itu. Namun, sepatu hak tinggi membatasi langkah kakinya dan Max kembali berhasil menangkap pergelangan tangannya, saat Madeline berbelok ke jalan kecil yang ada di sana.Max tidak tahu apa y

  • The Boss and I   Bab 43

    "Aku menyukai wanita cantik dan kamu, salah satunya! Bukankah kamu sudah jelas tahu akan hal tersebut?" tanya Max dingin.Madeline memejamkan matanya untuk sesaat, menahan emosinya yang hendak meledak."Baik! Aku mengerti," jawab Madeline.Max menghela napas lega, bersyukur wanita itu tidak bersikeras. Bersikeras agar Max hanya setia pada dirinya, pada satu wanita. Karena, itu tidaklah mungkin."Bagus, jika kamu mengerti. Lagipula, aku menyukai cara kerjamu dan berharap, kamu terus menjadi sekretarisku!" jelas Max, sambil berbalik menatap Madeline.Madeline membuka mata dan menatap dingin ke arah pria itu, dingin. Dirinya yang begitu bodoh, mempercayai harapan palsu yang diberikan oleh pria itu. Bukankah sudah cukup dirinya dikecewakan oleh mantan suaminya dan kini, dirinya kembali masuk dalam jeratan pria yang sama brengseknya.DING!Pintu lift terbuka dan seorang wanita cantik melangkah masuk.&nbs

Bab terbaru

  • The Boss and I   Bab 49 . END

    Satu bulan, ya satu bulan Madeline berada di sisi Max. Rutinitas mereka setiap hari adalah melakukan konseling dan beberapa perawatan lainnya. Saat malam tiba, Madeline akan tidur di samping pria itu, menemaninya.Sesekali saat Madeline berbicara, Max akan menatap dirinya. Namun, hanya sesekali.Setelah pertimbangan yang matang, Madeline memutuskan untuk membawa Max junior ke tempat ini.Hari itu pun tiba.Bibi Lian datang bersama dengan Max junior, semua tranportasi diatur oleh Robert Qin."Mommy!" panggil Max junior saat bertemu dengan Madeline.Madeline memeluk putranya itu dan mendaratkan kecupan bertubi-tubi di wajah tampan itu."Apakah Bibi lelah?" tanya Madeline dengan Max junior sudah berada dalam gendongnya."Tidak, tidak," jawab Bibi Lian yang sibuk menatap ke sekeliling rumah mewah ini."Mari saya antar ke kamar Anda, Nyonya," pinta salah seorang staff kepada Bib

  • The Boss and I   Bab 48

    Madeline menggandeng lengan Max dan mereka meninggalkan hotel, menuju ke rumah besar.Di dalam perjalanan, Madeline menggenggam tangan Max dengan tatapan yang terus menatap wajah pria itu."Sudah berapa lama dia seperti ini?" tanya Madeline pelan."Semenjak Nona pergi, sikap Tuan mulai berubah," jawab sang pengawal yang mengemudikan mobil."Apakah ayahnya tidak melakukan apa pun?" tanya Madeline kembali."Sudah banyak Dokter handal yang diterbangkan kemari untuk memeriksa Tuan. Namun, kesehatan Tuan semakin memburuk."Setelah itu, mereka tidak lagi berbicara. Madeline selalu menatap wajah pria itu, tetapi Max selalu menatap kosong keluar jendela mobil.Mobil berbelok masuk, melewati gerbang utama kediaman besar Keluarga Qin. Madeline sudah pernah sekali datang ke rumah ini, saat masih menjadi sekretaris pria itu.Mobil berhenti di depan gedung bergaya Eropa dan mereka turun. Madeline ma

  • The Boss and I   Bab 47

    Tuan Besar pasti akan mengakui cucunya itu. Bagaimana tidak, Maximillian Qin hanya memiliki keturunan dari wanita itu.Di dalam kapal laut, ponsel Jay berdering dan itu adalah panggilan dari Tuan Besar."Ya, Tuan."[Setelah menemukan mereka, bawa mereka ke hadapanku sesegera mungkin!]"Baik, Tuan!"Lalu, sambungan telepon diputus. Jay berharap, kehadiran Madeline dan putranya mampu menyembuhkan Tuannya.***Madeline melangkah masuk ke dalam lobi hotel milik Keluarga Qin. Tempat di mana dirinya pertama kali bertemu dengan Maximillian Qin. Apakah dirinya ingin bernostalgia? Benar, Madeline merindukan tempat ini. Merindukan pria brengsek itu.Berdiri di depan meja resepsionis, Madeline memesan kamar. Tentu saja, kamar standar bukan kamar tipe mahal. Itu disesuaikan dengan uang yang ada dalam dompetnya."Ini kartu kamar Anda, Nona Madeline."Madeline menerima kartu itu dan menuju ke lantai di m

  • The Boss and I   Bab 46

    Di Negara Z, Max dirawat di salah satu rumah sakit swasta ternama di sana dan menempati satu lantai rumah sakit itu. Lantai ruang rawat untuk pasien VVIP, biasanya untuk para publik figur ternama. Ya, Robert Qin menyewa seluruh lantai VVIP itu, tentu saja agar penyakit putranya tidak terendus.Di perusahaan, Maximillian Qin dikatakan mengambil cuti panjang untuk berpelesiran bersama sang istri. Siapa yang berani berkomentar di saat pewaris perusahaan melakukan hal tersebut. Namun nyatanya, Max dirawat di sini."Kapan dia bisa meninggalkan rumah sakit?" tanya Robert Qin kepada Dokter Cha, yang juga merupakan Direktur rumah sakit.Robert Qin dan Dokter Cha berdiri di depan pintu ruangan rawat inap Maximillian Qin."Tidakkah kamu bisa melakukan hipnoterapi lain untuk membantunya sadar?" tanya Robert Qin."Biar aku katakan sejujurnya. Saat ini, kondisi putramu sangat buruk. Dia hanya dapat menerima perawatan melalui obat-obatan.

  • The Boss and I   Bab 45

    Belum sempat Robert Qin menyapa, Max sudah kehilangan kesadarannya. Max pingsan di hadapan ayahnya, karena ketakutan.Apakah Robert Qin menyesal? Tidak. Hal tersebut dianggap sebagai harga yang harus dibayar, atas pernikahan yang akan segera dilangsungkan. Robert Qin dapat menerima bahwa putranya kembali tidak mampu bertemu dengannya, tetapi setidaknya kali ini Max mematuhi perkataannya.Max dilarikan ke rumah sakit dan tinggal di sana selama satu minggu. Mendapatkan perawatan psikis dari psikiater ternama di kota ini, tentu dengan pegangan catatan medis dari Dokter Cha.***Madeline membersihkan kaca jendela yang buram, karena jejak debu yang begitu tebal. Sudah satu minggu dirinya berada di pulau ini. Seperti perkataan almarhum neneknya, penduduk sangat ramah dan udara di sini amatlah segar.Satu minggu yang lalu, setelah turun dari kapal, Madeline mencari rumah untuk disewa. Beruntung, harga sewa rumah di pulau ini

  • The Boss and I   Bab 44

    Ha ha ha!Madeline tertawa dingin, sebelum berkata, "Ini adalah pilihanku. Aku memilih untuk mengambil kesempatan itu dan mempercayai Max. Semua itu adalah keputusanku, lagipula usiaku sudah 30 tahun, tidak ada masalah jika aku tidur dengan pria bukan? Jadi, aku mohon jangan memperbesar masalah!" ujar Madeline dingin. Setidaknya dengan terlihat tidak peduli, Madeline berharap dapat melindungi harga dirinya yang tersisa. Apakah harga dirinya masih tersisa? batinnya miris."Benar, kamu adalah wanita dewasa, bahkan seorang janda! Tentu kamu bebas hendak bercinta dengan pria mana pun yang kamu inginkan!" balas Hans dingin dan maju beberapa langkah mendekati Madeline."Jika begitu, mari kita bercinta!" bisik Hans tepat di telinga Madeline.Tangan Hans diselipkan ke pinggang Madeline dan menarik tubuh itu, agar menempel pada tubuhnya. Tanpa permisi, Hans langsung mendaratkan ciuman ke bibir indah Madeline Lu.Madeline tidak

  • The Boss and I   Bab 43

    "Aku menyukai wanita cantik dan kamu, salah satunya! Bukankah kamu sudah jelas tahu akan hal tersebut?" tanya Max dingin.Madeline memejamkan matanya untuk sesaat, menahan emosinya yang hendak meledak."Baik! Aku mengerti," jawab Madeline.Max menghela napas lega, bersyukur wanita itu tidak bersikeras. Bersikeras agar Max hanya setia pada dirinya, pada satu wanita. Karena, itu tidaklah mungkin."Bagus, jika kamu mengerti. Lagipula, aku menyukai cara kerjamu dan berharap, kamu terus menjadi sekretarisku!" jelas Max, sambil berbalik menatap Madeline.Madeline membuka mata dan menatap dingin ke arah pria itu, dingin. Dirinya yang begitu bodoh, mempercayai harapan palsu yang diberikan oleh pria itu. Bukankah sudah cukup dirinya dikecewakan oleh mantan suaminya dan kini, dirinya kembali masuk dalam jeratan pria yang sama brengseknya.DING!Pintu lift terbuka dan seorang wanita cantik melangkah masuk.&nbs

  • The Boss and I   Bab 42

    Spontan Max bangkit dari duduknya dan mengejar wanita itu. Mengejar Madeline Lu.Di tengah-tengah restoran itu, Max menarik pergelangan tangan Madeline Lu. Tarikan yang cukup kuat, membuat tubuh Madeline membentur dada bidang Max.Madeline yang kesal, langsung menghentakkan tangannya agar terlepas dari pegangan Max. Lalu, berbalik dan berjalan cepat, meninggalkan restoran, meninggalkan pria brengsek itu.Mendorong pintu kayu restoran hingga terbuka lebar, Madeline berlari menuruni beberapa anak tangga yang ada di sana. Max mengejarnya."Berhenti!" perintah Max.Madeline mengabaikan perintah pria itu dan berlari kecil, menjauhi Max. Tidak tahu berjalan ke arah atau menuju mana, Madeline hanya terus berlari menjauhi pria itu. Namun, sepatu hak tinggi membatasi langkah kakinya dan Max kembali berhasil menangkap pergelangan tangannya, saat Madeline berbelok ke jalan kecil yang ada di sana.Max tidak tahu apa y

  • The Boss and I   Bab 41

    Madeline melihat isi amplop itu dan menatap Max dengan tatapan gembira. Bagaimana tidak, ini adalah surat cerai yang sudah ditandatangani oleh David Kang."Bagaimana? Bagaimana kamu membuatnya menandatangani ini?" tanya Madeline penasaran."Bukan masalah besar," jawab Max sambil mengangkat bahu.Madeline tersenyum. Dirinya ingin bertanya, apakah setelah dirinya bercerai, Max ingin menjalin hubungan serius dengannya? Namun, Madeline tidak berani mengutarakan pertanyaan itu. Dirinya takut. Takut ditolak, takut dikecewakan.Max tersenyum puas, saat melihat Madeline menandatangani surat cerai itu. Setelah dipukul babak belur dan diancam, David Kang masih menolak untuk menandatangani surat cerai itu. Akhirnya, Max menawarkan sejumlah uang yang tidak mampu ditolak. Ya, akhirnya pria bajingan itu bersedia melepaskan Madeline Lu."Baiklah! Nanti kita makan malam," ujar Max dan mengecup kening kekasihnya itu.Madeline me

DMCA.com Protection Status