Share

Pup di celana

Penulis: Dianti W
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari ke-5 berdiam diri di dalam rumah. Siapa yang tak bosan? Ditambah lagi berita yang kami tonton semuanya tentang Corona. Kekhawatiran terhadap sebaran virus yang semakin cepat, membuatku begitu ingin mengetahui kabar seluruh keluargaku yang tinggal berjauhan.

Ku kirim pesan-pesan melalui aplikasi hijau di gawaiku. Syukurlah mereka mengabarkan kondisinya dalam keadaan baik. Namun perasaan cemas masih tetap membayangi. Yah, ikhtiar dan do'a sudah kami lakukan, selebihnya kami pasrahkan takdir kami kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.

"Mah, liat Udin gak?" Suamiku bertanya. Aku yang sedang rebahan segera bangkit.

"Udin? Ooh tadi dia pamit mau keluar Pah." Jawabku ngasal.

"Hahaha apaan sih Mamah, emang Udin bilang apa?"

"Biasa, mau nemuin si Kessie, kucingnya Pak Robert dan Bu Sofia."

"Hahaha dipakein masker gak Mah?" Suamiku mulai melawak lagi.

"Ogah katanya Pah. Lha si Udin kan emang udah kena Virus."

"Virus apaan Mah? Ja

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kebo

    Pagi ini Mas Hadi berencana untuk pergi berbelanja kebutuhan pokok, untuk stok di rumah dan untuk dibagikan kepada karyawannya."Mah, ga apa-apa kan tabungan kita dipakai untuk belanja kebutuhan karyawan Papah?""Ga apa-apa lah, Pah, kita sekarang seperti ini juga karena jasa mereka, yang kita lakukan ini belum seberapa.""Syukurlah kalau Mamah ridho. Semoga setelah wabah ini berlalu, Allah mudahkan kembali rezeki keluarga kita, Aamiinn.""Aamiinn, Pah. Hati-hati ya, Pah, lekas balik kalau urusan sudah selesai. Oh, iya, hampir lupa, makanan Udin sudah habis Pah, beli lagi ya, kayaknya yang kemarin itu agak masuk angin, karena tutup toplesnya kurang rapet," ujarku lagi."Iya Mamah, mau titip beliin apa?""Gak ada, Pah, kebutuhan lain masih cukup.""Ya sudah, Papah berangkat. Nanti mungkin mobil PickUp kita bakalan Papah bawa pulang setelah ngantar sembakonya selesai. Kalau ditinggal di panglong ga ada yang jaga. Karyawan semuanya

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kiki Truk Gandeng

    "Mah, ada kabar gembira!" Subuh ini suamiku tiba-tiba menghampiriku yang sedang bersiap akan meracik bumbu untuk membuat sarapan."Kabar gembira apa, Pah?" tanyaku penasaran."Papah dapat proyek besar, Mah. Proyek untuk apartemen, pihak pengembang berminat menggunakan produk kita untuk mebel dan kitchen set di apartemen yang sudah mereka bangun." Suamiku berbicara dengan antusias."Alhamdulillah, tapi kenapa subuh begini dapat kabarnya, Pah?""Sebenarnya email balasan dari mereka sudah dari kemarin, Mah, jawaban dari penawaran yang Papah kirimkan beberapa minggu yang lalu.""Modal Papah cukup, kah?" tanyaku agak ragu."Mereka akan transfer 20% dimuka Mah, Alhamdulillah banget kan?""Alhamdulillah, mudah-mudahan lancar ya, Pah, Mamah bantu do'akan.""Aamiin, ya udah nanti Papah mau pergi untuk tanda tangan kontrak.""Oke deh, Mamah siapin sarapan dulu ya."Senang sekali hatiku, usaha yang dijalankan suami akh

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Mau Pinjam Duit

    Sore ini, aku bersiap menemui Bu RT di rumahnya. Berbekal sepiring bakwan sebagai buah tangan. Sesampainya di tujuan,“Assalamu’alaikum ....” Aku memgucap salam sambil menekan bell di dekat pintu.“Wa’alikum salaam.” Kudengar jawaban tuan rumah, kemudian pintu terbuka.“Dek Rini, masuk dulu, Dek!” ujar Bu RT ramah.“Maaf bu, Rini ganggu gak, ya?” tanyaku kikuk. Sebenarnya aku sangat segan, namun rasa penasaran mengalahkan keraguanku untuk melangkah masuk. Biar bagaimanapun aku harus tahu sesuatu tentang Mbak Kiki yang selalu mengganggu. Setelah menyerahkan bawaanku dan berbasa-basi sebentar, ku utarakan maksud kedatanganku. Nama asli Bu RT adalah Bu Rukmana, hanya saja aku lebih nyaman memanggilnya dengan sebutan Bu RT. Pak RT adalah pengusaha kuliner d

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Mbak Kiki Sakit

    Malam hari, Mas Hadi telah kembali ke rumah. Kusiapkan segelas kopi susu hangat sambil menemaninya mengecek berkas. Kusampaikan semua penuturan Bu RT tempo hari. Mas Hadi cuma manggut-manggut saja mendengarkan aku bercerita. “Kemarin itu, pas Mamah masih di rumah Bu RT, Mbak Kiki kemari, katanya mau pinjam motor,” ujar suamiku kemudian. “Tapi, Pah, Mamah ketemu di depan rumah, pas udah balik dari rumah Bu RT. Dia pakai motornya sendiri.” “Iya, mau Papah kasih pinjam, tapi pas cari kunci motornya ga ketemu. Terus dia tanya Mamah kemana. Papah bilang lagi ke rumah Bu RT.” “Ooh, pantesan, dia liatin Mamah kaya orang gak suka gitu, Pah. Jangan-jangan dia mikir kalau Mamah abis gosipin kejelekan dia dengan Bu RT.

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Gagal Kau Mengerjaiku

    Sudah dua hari, Mbak Kiki tak ada kabar. Tetapi aku tak khawatir, karena yang aku tau, suaminya sedang ada di rumah, jadwalnya libur. Memang begitu kebiasaannya. Jika suaminya sedang di rumah maka dia tak akan keluar rumah, dan aku bisa sedikit tenang.Hari ini suamiku menepati janjinya akan membawakan motor baru untukku. Akhirnya setelah wara-wiri ke beberapa Dealer, ada juga Dealer yang bersedia menjual secara cash. Jam 4 sore, motor pun sampai di halaman rumah. Beruntung tak ada tetangga yang melihat, buru-buru ku masukkan ke dalam rumah, lalu ku tutupi dengan selimut lebar.Padahal ini motor milikku, kenapa jadi aku yang ketakutan ya? Hahaha. Bukan takut hilang, tapi takut dinyinyirin tetangga. Takut dianggap sombong, riya'. Ah! Entahlah, aku jadi bingung sendiri. Berhubung masih dalam masa dilarang keluar tanpa kepentingan, jadi motor baru ini belum waktunya dibawa jalan-jalan. Akhirnya ada alasan yang membuat pikiranku lebih tenang. "Mah, kok melamun?" Suara suamiku mengejutkan

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Bungul Bin Tambuk

    "Mbak, masih betah di rumahku? Balik, gih! Minum obat," ujarku. Sudah lebih dua jam dia berceloteh ngalor ngidul mengikuti arah angin, angin ribut!"Males, ih. Liat kerjaan rumah numpuk, jadi ga asik. Mana laki udah pergi kerja, sepi," ujarnya mengelak."Lah, aku juga mau istirahat," ujarku kesal."Eh, mumpung aku lagi ga sibuk, jalan-jalan, yuk. Pake motor baru kamu," ujarnya sambil menunjuk si N-Cox."Ogah, cukup si butut aja yang turun berok gara-gara dinaikin sama dirimu," jawabku sewot."Dih, emang dasar udah butut! Ayuk lah, Rin. Kita jalan-jalan kaya orang-orang itu loh, yang hobi nongkrong di kafe, kaum saoslita.""Sosialita! Ogah, ah, ntar di jalan bisa-bisa ditangkap polisi," ujarku mengelak."Masa sih?" tanyanya heran."Iya, motor itu cuma boleh boncengin orang, bukan karung beras," ujarku sambil terkekeh."Sembarangan, Lu. Ngatain gue karung beras. Bukan karung beras, tauk!" ujarnya kesal."Terus?""Gaban!""Bwahahahaa, nyadar jugak! Udeh buruan balik, aku mau tidur siang.

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Maunya Gratisan

    Malam ini, hujan turun sangat deras. Petir sesekali menyambar disusul suara gemuruh yang membahana. Aku khawatir dengan suamiku yang belum kembali ke rumah. Ku kirim pesan WA padanya. Aku tak berani menelpon dalam keadaan hujan petir seperti sekarang ini.[Assalamu'alaikum, Pah. Papah lagi dimana sekarang?] Pesan terkirim tercentang dua. Kemudian langsung berwarna biru.[Di jalan, Mah. Ini si Arif yang nyetir. Baru balik dari apartemen buat masang orderan,] balas suamiku.[Di rumah hujan petir, Pah. Disana gimana?] balasku lagi.[Hujan deras juga, Mah,] balas suamiku kemudian.[Ya sudah, hati-hati ya, Pah. Bilangin Arif jangan ngebut.] pesanku padanya.[Iya, Mah. Nanti habis anter Papah, Arif yang bawa mobilnya, biar besok Papah dijemput aja.] Suamiku memang sering mempercayakan mobil pada karyawan kepercayaannya.Setengah jam kemudian, suamiku tiba di rumah. Hujan masih turun sangat deras. Halaman depan rumah menjadi becek akibat genangan air."Pah, kayaknya harus pasang paving block

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Ultah Sukiyem

    POV Mas Bowo Hari ini istriku tercinta berulang tahun yang ke-38. Biasanya, tahun-tahun sebelumnya, istriku tak pernah banyak meminta hadian disaat dia berulang tahun. Namun kali ini aku dIbuat terkejut, istriku meminta dibelikan sebuah motor baru, merek dan modelnya harus sama persis dengan milik tetangga. Aku jadi pusing dIbuatnya. Motor yang ada pun masih dalam masa kredit. Bagaimana mungkin aku bisa membelikan dia motor baru lagi? Aku menawarkan pilihan hadiah lain saja, tapi istriku kekeuh ingin motor baru, yang bodynya lebar dan sedang ngetren saat ini. “Pokoknya aku mau motor kayak punya si Rini, Mas!” “Ya sudah, nanti coba tanyakan Rini beli itu Dp nya berapa?” “Satu lagi, Mas “Apa, Dek?” “Kue ultah yang warna pink!” “Kamu ini kayak anak kecil saja, Dek. Ya sudah, nanti Mas belikan. Tapi Mas baliknya malam, ya!” “Oke deh, Mas Wowo cintakuu, cayangkuu,” ujarnya sambil beg

Bab terbaru

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Buka Warteg

    Mbak Kiki Buka Warteg“Kenape, sih, Rin? Jadi elu yang histeris begitu?”“Aneh kamu, Mbak! Aku suruh tulis apa yang ada di kepala itu bukan kutu! Tapi ide yang muncul dari pemikiranmu sendiri!”“Lah jadi apa, dong? Elu ngomongnya begitu, ya gue ikutin, lah.”“Bahkan kamu lupa kalau di kepalamu juga ada otak, kan?”“Oh, iye, lupa gue, Rin!” ujarnya sambil garuk-garuk kepala. Emang lah dasar!“Hadeuuuh … punya otak pun bisa sampe lupa!”“Jadi yang bener pegimane?”“Searching, dong, Mbak! Di internet banyak contoh karya tulis. Belajar dulu sebelum menulis!”“Gue kan cuma ngikut ape yang elu bilang! Kenapa gue yang disalahin?”“Bukan nyalahin, hadeuuuh entahlah Tuhaaan ….”“Sedih gue, Rin, gak jadi dapet lima juta.”“Lebih sedih mereka kalau kamu yang menang, Mbak!”“Kamu, mah, sirik aja jadi orang!”“Bukan sirik, ngapain sirik sama ban kontainer?”“Ngomong ape, lu, barusan?”“Gak!”“Elu ajarin gue, kek!”“Terlambat sudah! Sono balik! Aku mau mandi.”“Gak, ah. Gue di sini aja. Laki gue la

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Isi Kepala

    Isi Kepala“Rin!” Lagi-lagi terdengar panggilan dari alam ghoib.“Apa? pagi-pagi udah nongol ke rumah tetangga. Kebiasaan!”“Apaan, sih? Sewot aje, lu? Gue kesel tauk?”“Hadduuuh … kapan dirimu itu gak kesel?”“Serius, Rin! Mas Wowo maksa nyuruh gue jual emas.”“Ya udin, jual aja napa? Mumpung harga emas lagi bagus!”“Gara-gara elu, sih, kaga mau minjemin duit! Susah kan jadinye gue?”“Laaah … enak aja nyalahin orang! Lebih baik jual apa yang ada daripada berhutang, Mbak! Lagian disuruh dateng ketemu papahnya Davi kamu gak mau!”“Bukan gue yang gak mau, tapi Mas Wowo, noh! Katanya gue malu-maluin aja mau minjem-minjem duit ama tetangga!”“Nah, waras tuh suamimu, Mbak! Pertahankan, jangan sampai lepassss!”“Ah elu, mah, sama aja! Bukannye kasih solusi, malah nyalahin gue!”“Mbak, kamu kan punya banyak perhiasan, ngapain disimpen-simpen? Ini lah saatnya perhiasan itu digunakan untuk keperluan usaha baru suamimu! Nanti, kalau usahanya maju, sukses, pasti bakalan dapet gantinya lebih, Mba

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Pinjem Duit

    Pinjem duit buat apa lagi?Aneh-aneh aja kelakuan Mbak Kiki. Sudah selesai minta kerokin, pake curhat panjang lebar. Aku jadi telat sarapan, deh.“Saaayuuurr ….” Terdengar suara Kang sayur membahana seperti biasanya. Kali ini gak absen dulu, lah. Aku masih punya sayur dan bahan makanan yang lain. Kulanjutkan saja aktivitasku mengurus rumah.Kebun di belakang rumah juga sudah cukup lama dibiarkan. Rumput dan tanaman sudah saling berlomba unjuk gigi, eh, unjuk daun.Sejak hari itu, aku memang sering melihat suaminya Mbak Kiki lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Tapi hikmahnya, Mbak Kiki jadi jarang mampir ke rumahku.“Kenapa, Mah? Dari tadi Papah lihat Mamah nengok ke arah rumah Mbak Kiki terus,” ujar Mas Hadi mengejutkanku.“Dih, Papah. Kaget, tauk? Itu, Mbak Kiki kemarin bilang kalau suaminya resign.”“Lho, kenapa?”“Gak tau pastinya, Pah.”“Ya udah, do’ain aja semoga Mas Bowo lekas dapat kerjaan yang baru.”“Iya, Pah. Aamiinn ….”“Ya udah, Papah berangkat kerja dulu, ya.”“i

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Curhatan gak Penting

    Curhat gak penting“Aduh, Rin … makasih banget, ye. Enakan, nih, badan gue. Eeerrgghhh ….” Mbak Kiki sendawa panjang setelah selesai dikerokin. Sebenarnya aku malas, tapi ya kasihan juga. Gak apa lah, sesekali baik-baikin dia. Kali aja besok dia sudah tiada, eh, Astaghfirullah.“Nih, bawa pulang dakimu, Mbak. Mayan bisa dibikin jadi dodol!” ujarku sambil menyerahkan tisu bekas lap kerokan.“Hehehe … bise aje, lu, Rin!”“Udeh, sono pulang!”“Entar nape, Rin. Gue masih pen curhat same elu.”“Curhat apa lagi?”“Gini, lho, Rin. Mas Wowo mau berenti kerja jadi sales rokok, Rin!”“Lah, kenapa? Korupsi?”“Et, dah! Sembarangan aje, lu!” Bugh! Mbak Kiki menampol lenganku dengan cukup keras. Gak nyadar amat ni orang, tangan udah kaya godam palugada gedenya.“Sakit, Mbak! Kira-kira, dong, kalo nampol!”“Hehehe … iye sory! Abisnye elu juga ngasal aje ngomongnye. Bukan karena korupsi kalee.”“Trus kenapa? Bukannya selama ini juga kerja di sana enak? Gajinya lumayan, bonusannya juga banyak!”“Kata

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Sukiyem Beli AC

    Sukiyem Beli AC“Pagi, Mbak Kik!” sapaku pagi itu, disaat Mbak Kiki lewat di depan rumah.“Mbak Kik, Mbak Kik! Yang bener, dong, elu kalau manggil nama gue!” ucapnya sewot.“Ya udah … pagi, Yem!”“Hish! Elu, ye, sengaja amat bikin gue kesel.”“Lah, emang namamu Sukiyem, kan?”“Nama gueh prinses Kiki Asmirandah! Ngerti, lo?”“Kikikikikk … princes konon. Mau kemane? Udah gak sakit gigi lagi?”“Masih, dikit. Gue lagi cari si Ilham. Elu ade nampak die kagak?”“Enggak. Paling juga cari kucing betina ke tetangga.”“Lah, si Ilham, kan, kucing betina!”“Hah? Gak salah? Kucing betina dikasih nama Ilham?”“Kagak! Nama penjangnye Siti Ilhamiah!”“Yak ampun! Islami banget nama kucingmu, Mbak!”“Iya, dong! Emang elu aje yang bisa kasih nama bagus buat kucing? Kalo kucing elu Zainudin, nama kucing gue Siti Ilhamiah.”“Ya elah, ngasih nama kucing aja pake saingan segala, Mbak! Kenapa gak dipanggil Siti aja? biar orang tau kalau itu kucing betina.”“Gue emang gitu orangnye, kaga suka disaingin. Elu g

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Sakit Gigi

    Sukiyem Sakit GigiSetelah Mbak Kiki pergi, cepat-cepat aku mengganti pakaianku. Aku dan Davi bersiap untuk pergi belanja bulanan ke Supermarket. Setelah celingukan kanan kiri dan terlihat aman, aku pun langsung gas pol ke Supermarket, mumpung banyak diskonan juga.Sampai di Supermarket, kami langsung mengambil troli dan mengambil barang-barang sesuai daftar belanjaan. Gaya aja, sih, padahal yang mau dibeli gak banyak-banyak amat. Cuman pengen nyenengin Davi aja, naik ke troli dan didorong kesana-sini. Hihihi …Beres belanja, kami pun singgah sebentar di café dekat supermarket. Davi pengen makan steak katanya. Davi suka iri kalau lihat Udin makan wetfood, katanya mirip steak yang dipotong kecil-kecil. Ada-ada si Davi.Setelah puas belanja dan jalan-jalan, kami pun pulang. Lumayan repot juga bawa barang belanjaan, tapi akhirnya sampai juga di rumah.“Riniii … dari mane, lu? Shopping, ye? Kok gak ngajakin gue?” Begitulah teriakan Mbak Kiki saat aku lewat di depan rumahnya.“Iya, doong!

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kuda dan Kijang

    Bahasa MinangHari ini, aku lagi duduk santai di teras sambil nungguin Kang sayur lewat. Niat hati mau belanja bulanan ternyata kemarin hujan turun seharian jadi belum sempat pergi.Seperti biasa, kalau aku keluar rumah, pasti bau-baunya langsung sampai di hidung tetangga absurd. Kayak hafal banget sama aroma parfumku, dia langsung senyum-senyum berusaha nyelip hendak masuk lewat gerbang pagar yang terbuka sedikit.“Doroong! Kaga bakalan muat kamu nyelip lewat situ, Mbak!”“Hehehe … iye, ternyata kaga muat, Rin!” ujarnya sambil mendorong pintu pagar agar terbuka lebih lebar.“Ngapain? Mau konsultasi perbaikan keturunan lagi?” tanyaku iseng.“Diih, elu, Rin! Ya nungguin Kang sayur, lah!”“Ooh … kalau gitu aku gak belanja ah!” jawabku.“Kenape?”“Pen minta aja sama kamu, Mbak!”“Enak aje, lu! Beli sendiri, lah! Itu duit dari lakimu jangan disimpen-simpen mulu! Entar habis dimakan rayap.”“Kagak bakalan kuat si rayap ngabisin duit aku, Mbak!”“Kenape? Saking banyaknya duit elu, gitu? Swo

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Beri-beri

    Beri-beri“Riniii ….”Duh, pagi-pagi udah terdengar auman harimau sumatera dari depan rumah. Mau ngapain lagi, tuh, emak-emak? Gak tau orang lagi sarapan apa, ya?“Solmet Mamah udah manggil-manggil, tuh!” canda Mas Hadi.“Diih … solmet? Mendingan ngurus panggilan alam dulu, deh, Mas! nih, perut Mamah udah manggil-manggil minta diisi.”“Bwahahaha … lagian masih pagi begini, mau ngapain dia manggil-manggil tetangga?”“Biasa, Mas! kalau sehari dia gak ngabsen di pager, mungkin dia langsung meriang!”“Hahahaha … Udin aja sono, suruh bukain gerbang!”“Udin masih molor.”“Ya udah, biarin aja dulu, palingan juga dia balik lagi kalau gak dibukain.”“Iya, Mas! Mas sarapan yang banyak, biar kuat menghadapi kenyataan hidup!”“Kenyataan apa?”“Kenyataan kalau ternyata Mamah ini istri yang baik hati, tidak sombong, pinter masak, dan juga rajin menabung. Hihihihi ….”“Hmm … ada maunya, nih!”“Hahaha … Papah tau aja! Minta duit!”“Entar Papah transfer.”“Asyiik, makasih, ya, Pah!”“Mau beli apa?”“B

  • Tetanggaku Rajin (Minta)   Kejutan Ultah Mas Bowo

    Kejutan Ultah MAs Bowo“Riin ….”Baru satu jam yang lalu, Mbak Kiki berusaha mengerjaiku di depan orang-orang, sekarang malah udah teriak-teriak lagi di depan rumah. Haddeeeuuh! Males banget rasanya bukain pintu buat dia. Entah mau apa lagi dia.Tok tok tok …“Riiin ….”“Bentaaaaar ….”Akhirnya terpaksa aku sahuti juga, budeg kupingku lama-lama. Pintu depan rumah pun aku buka.“Apaan sih, Mbak? Gak bosen apa berurusan sama aku?”“Diih, kamu ini!”“Iya, jam segini udah gedor-gedor aja. Mau ngapain?”“Ya digedor, lah! Orang pintumu ketutup, kalo kebuka apanya yang mau gue gedor cobak?”“Angin!”“Bwahahaha ….”“Mau apa lagi?”“Hehehe … sabar nape lu, Rin!”“Iya aku masih banyak kerjaan!”“Entar aku bantuin, asalkan kamu bantuin aku dulu!”“Bantu apaan?”“Kan besok laki gue ultah, gue mau kasih supris!”“Surpraaaaaaiiisss! Supris, supris! Sok Inggit banget!”“Iye lah itu, ah! Ribet amat! Kalo menurutmu laki-laki itu sukanya dikasih kado apa ye, Rin?”“Ya elaaah. Kupikir tadi urusan yang p

DMCA.com Protection Status