Karena keduanya masih terlihat bersih dan menjadi tontonan, Delano dan Ben segera melerai keduanya. Mereka berusaha keras memisahkan keduanya yang masih meronta-ronta dan saling ingin menyerang satu sama lainnya.
"Delano bawa Megan ke mobilnya!" pinta Ben dengan suara meninggi.
Delano langsung bergerak tanpa harus menjawab. Tangan Megan ditekuknya ke arah punggung belakang.
Hari semakin siang, meski begitu tidak ada rasa panas menyengat yang membakar kulit siapapun yang ikut serta datang ke tempat Lara. Megan, adalah polisi wanita yang memimpin penyelidikan di rumah tua tempat selama ini Lara tinggal.Sesampainya di halaman, suasana rumah begitu mencekam. Sunyi, sepi. Tak ada seorangpun di sana. Nyaris seperti tidak dihuni. Tentu saja hal itu tidak menyurutkan tekad siapapun yang penasaran untuk menggeledah isi rumah.Kedatangan mereka karena rasa penasaran dengan hilangnya pemuda bernama Niki, yang sampai saat ini belum juga kembali, ditambah Donna—ibu Niki turut menghilang setelah dipercaya pergi mencari putranya.Sorot mata M
Hari mulai berganti senja. Delano masih merasakan bayang-bayang Darren yang dirasakan nyata. Ini bukan mimpi, ia selalu hadir. Seolah ingin berbicara pribadi, tetapi seolah ada sesuatu yang terus menahannya.Delano mengemudikan mobilnya sambil tercenung membayangkan. Mungkinkah ia memang membutuhkan Darren? Atau sebaiknya kembali saja ke kediaman Jeff bersama sang ibu—Melinda. Menemani masa tuanya?
Delano sangat kesal, melihat Anna justru diam dan memilih tinggal di mansion Sarah. Ia tidak lagi memaksa, apa lagi berusaha menunjukkan perasaannya. Sikapnya yang semula baik kembali berubah menjadi seorang Delano yang dingin. "Aku pulang, Anna. Jaga diri kamu sendiri. Maaf, mungkin hanya bisa menyelesaikan teka-teki yang belum terpecahkan. Tetapi untuk tinggal di hati kamu, aku jelas tidak bisa!" seru Delano.
Delano benar-benar merasa khawatir, ia bahkan mondar-mandir di depan ranjang. Jangankan untuk tidur, masalah saja ia tidak bisa.Pikirannya masih terjerat pada percakapan dua insan di rumah makan yang ia jumpai beberapa jam yang lalu. Entah mengapa, ia merasa ada rahasia besar yang tersembunyi di balik sosok Lara dan David.Sejenak ia sudah berpikir, ia membocorkan jam dinding yang lewat tengah malam.
Tanpa menoleh ke belakang, Delano berani mencoba pergia. Beristirahat di rumah lebih baik baginya. Ia bahkan mengemudi dengan tangan gemetar.'Pokoknya, aku harus menemui Oscar dan Mama. Kalung batu safir merah, aku benar-benar membutuhkannya untuk bisa terhubung dengan Darren. Aku harus mencari tahu siapa David, dan apa hubungannya denganku.' Batin Delano sambil mengemudikan mobilnya.
Mata Anna terbuka lebar, tepat di hadapan seorang wanita yang paras serta perawakan memiliki kesamaan dengan dirinya ia ternganga. "Apakah kau ini ibu kandungku?" tanya Anna, tanpa menjawab pertanyaan ibu kandungnya.
"Pa, apa maksudnya semua ini? Aku tidak bisa memahami ucapan Lisa." Anna membocorkan ayahnya yang kini merangkulnya.Ben tidak berani menjawab. Ia tetap diam. Kemudian memusatkan perhatian pada lemari pakaian yang isinya sudah berantakan dan berserak di lantai."Anna, lebih baik kamu berhati-hati setelah ini. Jauhi David!" seru Ben.&n
Anna masih duduk termenung di kamarnya. Ia bahkan melakukan aktivitas di luar rumah setelah mendengar pengakuan ayahnya seputar hidupnya yang sejak kecil tumbuh tanpa seorang ibu.Anna hanya mengungkapkan lurus ke depan di balkon kamarnya. Sejauh mata memandang, terhampar hutan lebat dengan gulita yang menemani.Ia masih mematung membocorkan yang seolah melambai ke arahnya. Hingg