Begitu mendengar kabar tentang Adiknya dari suaminya, Venus langsung bergegas pulang dari Winthrop ke rumah orang tuanya. Tanpa menyapa orang lain, Venus langsung mencari Chloe. Chloe berada di kamarnya tengah meringkuk menangis. Sementara pelayannya Jill, duduk di sudut ranjang sembari mengusap-usap kaki Chloe.
“Chlo? Baby?” panggil Venus begitu ia masuk ke kamar Chloe. Buru-buru Venus memeluk Adiknya. Chloe masih menangis bahkan setelah dipeluk oleh Venus.
“Sabar, Sayang! Let me see you ... are you okay?” Venus menegakkan wajah Chloe untuk melihat keadaannya. Chloe tampak begitu sedih namun yang ia lakukan hanyalah memeluk Venus.
Venus hanya membiarkan Chloe menangis saja sampai ia tenang. Usai reda, Venus menjarakkan dirinya dari Chloe sambil memegang kedua pipinya.
“Aku gak mau menikah dengan Heart, Kak! Aku harus bagaimana?” ujar Chloe dengan sisa isak dan pelupuk mata masih basah oleh air mata. Venus ikut kaget na
“Kita akan berangkat bersama-sama ke sebuah restoran tempat mereka akan bertemu ...” ujar Dion mulai memberikan petunjuknya.“Aku pikir mereka akan mengadakan pertemuan di rumahnya?” sahut Brema sedikit keheranan.“Dia memindahkan pertemuan itu di sebuah restoran yang sudah di booking. Asistenku Kyle yang memberitahukannya,” jawab Dion lagi seraya menunjukkan alamat yang dikirimkan oleh Kyle lewat pesan singkat. Brema pun mengangguk.“Ya sudah, ayo kita berangkat! Jangan sampai mereka menyelesaikan rapat itu dan kita tidak sempat bertemu!” ajak Ares lagi. Semua anggota berdiri dan berjalan meninggalkan ruang pertemuan menuju lobi parkir. Rei adalah yang terakhir. ia tengah menunggu kesempatan untuk bicara dengan Dion secara pribadi.“Mas?” Dion berhenti sejenak dan menghadap Rei.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Dion menarik napas panjang menatap Rei dengan pandangan serius
Dengan menyamar sebagai salah satu kru yang leluasa berlalu lalang di dalam studio tempat berlangsungnya pemotretan, Gareth Moultens berhasil mengelabui Edward yang berjaga di depan ruang ganti Venus Harristian. Sebelumnya sudah ada beberapa orang yang keluar masuk dengan bebas.“Kita akan bicara, Venus. Tanpa teriakan dan tanpa usaha untuk melarikan diri. Jika kamu masih melanggar aku hanya tinggal menyuruh orang-orangku untuk menarik pelatuk senjata mereka sekarang. Jangan teriak, kita akan bicara.”Gareth berhasil membekap Venus yang berusaha melarikan diri. Venus hanya bisa menggeram di balik telapak tangan Gareth. Ia tidak mengiyakan dan malah mencoba memukulnya namun tangannya ditangkap lalu dipelintir oleh Gareth dengan mudah. Gareth langsung mengeluarkan sebilah pisau dari balik jaketnya dan mengarahkannya pada perut Venus.“Jangan sampai benda ini menusukmu, Venus. Katakan iya ...” Venus mulai ketakutan. Ia memejamkan matan
Kali ini Dion harus menyaksikan pertaruhan cinta yang cukup hebat di antara dua kubu yang sama kuatnya yaitu kubu The Seven Wolves yang dipimpin oleh Arjoona Harristian dan kubu klan Skylar yang dipimpin oleh Ares King.Ares mengangguk mengerti pada Arjoona saat ia mengungkit tentang masa lalu. Beberapa anggota The Seven Wolves seperti Mars dan Bryan memilih masih diam menundukkan kepala mereka. Sementara yang lain ada yang pura-pura mendeham melakukan hal yang lain. Han Kazuya bahkan tersenyum kala menoleh pada Glenn yang memilih menyeka sesuatu di keningnya padahal tidak ada apa pun di sana.“Kita semua punya masa lalu. Milikku bahkan lebih buruk dari Aldrich. Aku pernah mengira telah membuat mantan kekasihku bunuh diri saat dia sedang hamil. Jika bicara reputasi, maka akulah yang terburuk,” ujar Ares menjawab pernyataan Arjoona. Arjoona mendesis sinis dan menggeleng sekali.“Tapi kamu tidak jatuh cinta pada Chloe ...”“Mem
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru