Hari ini surat penugasan Dion tiba. Surat itu disampaikan langsung oleh AKP Restu pada Dion di ruangannya.
“Jadi kamu sudah bisa bekerja. Sewaktu delegasi datang, kita sudah siap!” ujar Restu pada Dion lagi. Dion tersenyum dan memberikan hormat formal sebelum Restu keluar dari kantornya.
“Siap, Pak!”
“Selamat bekerja!” Restu memberikan hormatnya dan berbalik meninggalkan ruangan Dion. Dion mengepalkan tangannya dengan wajah tersenyum lebar.
“Terima kasih, Tuhan. Akhirnya ...” Dion bergumam dan membuka surat penugasan itu. Ia lalu membawa surat itu pada Kabag Sumda yang mengurusi administrasi pendaftaran sidang BP4R. Tujuannya adalah proses screening pemberkasan bisa ditunda karena adanya tugas mendadak dari Mabel Polri untuk Dion.
Dion melobi Kabag Sumda untuk menjelaskan pada pihak-pihak yang mungkin meminta penjelasan agar memberitahukan alasannya. Usaha Dion tidak sia-sia, Kabag Sumda bahkan bersed
Seluruh jadwal Venus telah diatur sedemikian rupa agar kepulangannya ke Indonesia bulan Desember untuk menjadi penyanyi dan bintang tamu utama tidak akan terganggu.Pihak klien juga telah menerima materi promosi yang akan dirancang oleh sebuah rumah produksi untuk ditayangkan di seluruh media cetak, elektronik, banner, poster dan visual advertising board. Venus juga akan menjalani syuting serta pemotretan untuk seluruh bahan promosi.Usai pemotretan dan syuting, Venus masih disibukkan dengan rekaman sebuah single duet dengan sebuah boyband legendaris untuk album kompilasi terbaru mereka. Lagu itu juga digunakan untuk soundtrack salah satu film animasi yang tengah diproduksi oleh Disney.Jadwalnya benar-benar padat sampai ia tak menemukan waktu untuk bertemu sang ayah Arjoona Harristian yang memintanya datang. Arjoona terpaksa datang ke studio rekaman untuk bisa menemui putrinya.Arjoona begitu bahagia bisa menyaksikan proses rekaman yang dilakukan oleh Ve
BEBERAPA SAAT SEBELUMNYAVenus Harristian tengah menikmati perjalanannya dari Langham Residence tempatnya tinggal sementara di Jakarta ke sebuah kantor polisi tempat Dion bekerja. Ia menggunakan mobil pribadi dengan pengawalan seperti biasanya. Satu mobil di depan dan mobil yang digunakan oleh Venus ada di belakang.“Kita akan sampai sebentar lagi, Nona!” ucap Kyle yang duduk di depan memberitahukan Venus. Venus memalingkan wajahnya pada Kyle dan tersenyum.“Apa kamu sudah menghubungi dia?” tanya Venus kemudian. Kyle tersenyum dan menggelengkan kepalanya.“Ketua Juliandra bahkan tidak mengangkat teleponku sama sekali, Nona.” Venus ikut melengkungkan senyuman dan mengangguk mengerti. Ia tak lagi bertanya dan hanya menunggu saat tiba di kantor polisi tersebut.Mulut Venus sedikit membesar kala ia turun di parkiran depan kantor polisi resor tempat Dion bertugas sekarang. Beberapa petugas polisi yang melintas sempat
Dion dan Venus keluar dari ruang kerja tak berapa lama kemudian. Mata mata para anggota polisi masih tertuju pada Dion terutama Jasman dan Peter yang sengaja menunggu sampai keduanya keluar ruangan. Wajah Dion tampak begitu cerah dan bahagia. Hal itu tergambar jelas di raut wajahnya.“Ehem, mau ke mana, Dan?” tegur Peter sambil menyengir lebar pada Dion. Dion sedikit terkesiap dan menggigit bibir bawahnya tak sengaja.“Uh, saya mau keluar makan siang sebentar,” jawab Dion masih dengan sikap gugup yang begitu kentara. Peter dan Jasman menyengir lebar dan menoleh pada Venus yang tersenyum cantik. Dengan percaya dirinya, Jasman langsung mengulurkan tangan hendak berkenalan dengan Venus tanpa diminta oleh Dion.“Introduce ... bahasa Indonesia ... yes?” ucap Jasman dengan polosnya hendak berkenalan. Venus terkekeh kecil dan mengangguk.“Perkenalkan kami adalah anggota polisi resor, anak buahnya Komandan Dion. Nama saya
“Lalu bagaimana dengan perkembangan kasus Edgar? Kapan keputusannya dilakukan?” tanya Dion saat berada di dalam mobil bersama Venus pada perjalanan pulang dari makan siang mereka. Venus sedikit tersenyum dan duduk lebih dekat pada Dion meskipun masih ada jarak di antara mereka.“Seharusnya dua hari lagi, Mas. Semoga tidak ada penundaan.” Dion menoleh memandang Venus dan tersenyum mengangguk.“Ada yang aneh sewaktu kesaksianku yang terakhir. Edgar berontak dengan mengatakan jika dia mencintaiku dan sudah lama mengenalku. Tapi aku gak mengenal dia sama sekali, Mas,” adu Venus sedikit berbalik menyamping menghadap Dion. Dion terus mendengarkan dan memperhatikan Venus dengan seksama. Ia ingin heran dan mengernyit.“Kamu yakin?” Venus mengangguk cepat dan yakin.“Lalu Andy bilang apa?” Venus menghela napas panjang sambil sedikit mengerucutkan bibirnya.“Dia bilang dia akan menyelidiki sem
Dion menggunakan setelan jas rapi hari ini untuk memimpin tim pengawalan dan keamanan pra konferensi KTT tingkat ASEAN yang dilaksanakan di sebuah hotel berbintang di pusat kota Jakarta.Dion sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Ia tampak bergabung dengan tim pengawalan Presiden yang juga tiba beberapa jam sebelumnya. Tugas Dion adalah melakukan pengawalan terhadap para diplomat yang akan menjalani beberapa rapat bilateral serta memastikan keamanan acara. Ia bertanggung jawab langsung pada perwira tinggi yang memimpin.Saat para delegasi yang dipimpin oleh para pemimpin negara masing-masing turun akan berjalan melewati lobi penuh wartawan, Dion terlihat membukakan pintu serta mempersilahkan tamu untuk berjalan ke lobi. Otomatis wajah Dion paling sering terkena sorotan.“Mbah ... itu Mas Dion!” tunjuk Cindy dengan hebohnya pada televisi di depan mereka. Neneknya Sulastri lalu mendekat dan duduk di sofa depan televisi sambil tersenyum.“
“Apa yang kamu lakukan di sini, Sayang? Kenapa kamu ...” Dion separuh memekik tertahan sampai tercekat tak bisa bicara. Ia tidak percaya melihat Venus berdiri di depan rumahnya. Venus berdiri dengan anggun, manis sekaligus polos dan sangat cantik.Dengan rambut pirang kecokelatan yang tergerai bergelombang, Venus mengenakan dress off shoulder dan rok midi melewati lutut berwarna hijau olive yang elegan serta mampu menonjolkan terang dan indahnya kulit tubuhnya.“Memangnya aku gak boleh kemari ya?” sahut Venus balik bertanya sambil sedikit memiringkan kepalanya. Sebelah tangannya menenteng tas tangan Chanel Diamond Classic Bag sedangkan satunya lagi menenteng tas berlogo sebuah restoran mahal.Dion masih terperangah melihat Venus yang datang padanya tiba-tiba. Ia akhirnya sadar dan celingukan di depan rumah. Venus sampai ikut-ikut celingukan meskipun ia tak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Dion sebenarnya.“Mas Dion cari ap
Ciuman Dion pada Venus makin lama makin dalam. Perlahan ia memiringkan wajahnya agar bisa makin memperdalam kulumannya. Tapi Venus yang tidak mau melepaskan kendalinya lalu menyeringai kecil dan langsung melepaskan bibirnya. Dion sampai harus menelan ludah kecewa gara-gara hal tersebut.“Uhuh, kamu masih dalam masa hukuman, Mas! jadi gak perlu terlalu menikmati, hhm!” ujar Venus sambil tersenyum menang. Dion mencoba mendekat lagi untuk mencumbu tapi Venus langsung menolak.“Na ah ... aku gak mau ciuman sama kamu dengan badan basah seperti itu, ehem ... no ... big no!” tolak Venus sambil melambaikan tangannya dan bergidik seperti jijik. Dion spontan melihat pada tubuhnya dan mencoba bernegosiasi.“Aku bisa ganti baju ...” Venus tetap menggelengkan kepalanya.“Kamu masih dihukum, Mas. Jadi ini termasuk salah satunya, kamu gak bisa cium aku sembarangan kecuali aku yang mau, oke?” Dion hanya bisa mengatupkan bib
Dion masuk bersama keluarga dan dua anggotanya melewati kerumunan para fans yang akan memasuki hall tempat acara itu berlangsung. Dion, Peter dan Jasman yang masih memakai seragam sengaja menyarukannya dengan jaket agar tidak terlalu terlihat jika mereka adalah polisi.“Buset, ini mau nontonin Neng Venus semua?” ucap Jasman ikut mengomentari. Ia celingak-celinguk melihat semua orang yang datang untuk menonton pertunjukan musik itu.“Iya, banyak juga ya! Seru ini!” sahut Peter dengan cengiran lebarnya. Dion ikut mengantre masuk bersama pengunjung lain dan tidak menyela sama sekali.“Dan?” panggil Peter menepuk pundak Dion dan ia pun berbalik.“Aman gak nih?” ujarnya lagi separuh berbisik sambil celingukan.“Aman kenapa?”“Takutnya Mbak Laras dateng, gimana?”“Huss ... jangan nakut-nakutin ah!” sahut Jasman menyikut Peter karena ikut mendengar yang
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit