Ryoma Otsuka menatap Hanako Rin Sudo dengan senyum mengejek. Kata-kata pertama yang keluar dari mulut pria berambut hitam legam dengan kulit putih bersih dan postur tubuh yang cukup ideal itu adalah, “Semoga Tuhan memberkatimu di hari kemudian. Selamat Natal.”
Untuk menghilangkan rasa malu yang tak terhingga Hanako melawan dengan mengubah ekspresinya menjadi sekeras batu. “Siapa kau dan mau apa?” “Aku Ryoma Otsuka. Calon suamimu,” sahutnya. Mendengar jawaban itu Hanako merasa geli ingin tertawa. “Yang benar saja, Tuan. Saya bahkan sama sekali tidak mengenal Anda. Bagaimana mungkin saya menikah dengan Anda?” ujar Hanako sinis. Dia mengibaskan tangannya dengan gerakan seperti mengusir. “Sebaiknya Anda bangun dari tidur Anda, Tuan. Karena sepertinya Sinterklas tidak akan datang malam ini.” Ryoma menyunggingkan senyum misterius. “Kau benar. Ini memang malam Natal yang buruk. Tapi, hanya untukmu. Tidak untukku. Selain itu, aku tidak mengerti untuk apa kau menangisi laki-laki pengecut seperti Yusuke itu. Apa hebatnya dia? Bahkan, jika aku jadi seorang perempuan yang tidak cantik sekalipun, aku tak akan sudi menjadi pacarnya. Anak manja. Dan kau, aku akui kau memang sedikit cantik. Akan tetapi, kau begitu bodoh. Kau tidak punya otak.” Hanako mengepalkan tinju tepat di hadapan wajah tampan Ryoma. Dengan sedikit mendongakkan kepala karena pria itu lebih tinggi sekitar tujuh senti meter darinya, Hanako mengerucutkan bibir siap mencaci maki pria lancang dan tidak punya sopan santun itu. “Kau pikir siapa dirimu, S!alan, bisa menghakimi orang begitu saja. Dengar, Ryoma Otsuka, atau siapa pun namamu, persetan, sebaiknya kau enyah dari hadapanku sekarang karena aku sedang sangat marah. Aku mengampunimu meski kau telah begitu keterlaluan padaku. Sekarang pergilah dari sini dan bawa semua omong kosongmu itu,” geram Hanako Sudo. Ryoma menggenggam tinju Hanako dengan tangan kanannya. “Memangnya apa yang bisa kau lakukan untuk menyakitiku?” tantangnya. “Kau!” “Kau gadis yang keras kepala dan pemarah. Aku tidak mengerti bagaimana cara Tomohiro menghadapi adik sepertimu.” Hanako tercekat. “Tomohiro katamu?” “Aku yakin kau mendengar yang kukatakan. Tomohiro kakakmu. Tomohiro Yamashita Sudo. Dan namamu adalah Hanako Sudo,” ujar Ryoma. Matanya menatap dalam-dalam ke mata Hanako. Saat melihat keterkejutan yang luar biasa bercampur dengan ketakutan yang tiba-tiba, dia tersenyum senang. “Sekarang kau mulai mengerti rupanya. Jadi sebaiknya tidak usah ribut-ribut. Bukankah kau mengatakan pada mantan kekasihmu ingin pergi dari sini?” “Itu memang benar. Tapi, tidak denganmu!” Hanako melepaskan tangan yang digenggam kuat-kuat oleh Ryoma dengan satu kali sentakan. “Jadi kau masih mengharapkan pria manja yang takut dengan ibu dan kakak perempuannya, berwajah biasa saja, bertubuh seperti belalang sembah yang telah mencampakkanmu seperti pakaian rombeng daripada menjadi istriku?” Hanako mengertakkan gigi. Senyum penuh percaya diri pria itu menantangnya. Jika dipikir-pikir lagi semua yang dikatakan Ryoma adalah benar. Yusuke memang tidak begitu menarik secara fisik, dia juga manja dan tidak punya pendirian sendiri. Untuk urusan perempuan, dia juga selalu mendengarkan apa kata ibu dan kakak perempuannya. Tapi, Yusuke sangat penyayang, lembut, dan penuh pengertian. Itulah yang membuat Hanako tertarik dengannya. “Dengar Tuan Ryoma yang menurut dirimu sendiri tampan. Aku tidak mau pergi denganmu meski aku sangat ingin pergi dari sini. Aku akan mencari taksiku sendiri. Sekarang kau bisa pergi dari hadapanku tanpa perlu merasa bersalah karena kau telah menawarkan bantuan. Silakan.” “Kau tidak bisa menolakku, Hanako. Kau tidak punya hak,” sahut Ryoma. Nada bicaranya berubah dingin sama sekali. “Kenapa aku tidak bisa menolakmu, memangnya kau pikir siapa dirimu itu?” balas Hanako dengan nada lebih menantang. Ryoma menatap tajam Hanako dan mulai menjelaskan, “Aku adalah pemilik Shiseido Company. Dan kakakmu, Tomohiro Yamashita Sudo, memiliki hutang yang tidak mungkin akan mampu dia bayar terhadap perusahaanku. Kemudian kami membuat kesepakatan untuk menukar dirimu dengan hutang-hutang kakakmu. Kau harus menjadi istriku dan semua hutang kakakmu lunas. Jangan lupa, kau juga secara tidak langsung bertanggung jawab atas hutang itu. Karena uangnya digunakan Yamashita untuk biaya kuliahmu sampai tamat. Karena itu kau tidak bisa menolakku dan tak punya hak. Kakakmu dan aku telah membuat perjanjian hitam di atas putih yang telah ditandatangani sebagai kesepakatan.” Ryoma mengeluarkan selembar kertas yang dia lipat lalu memberikan selembar kertas itu pada Hanako untuk dibaca. “Ini hanya salinannya. Yang asli aku simpan di tempat yang aman. Untuk berjaga-jaga jika kau berusaha ingin melenyapkan bukti yang ada.” Hanako ternganga tak percaya saat dia membaca isi perjanjian itu. Dia sama sekali tidak menduga jika kakaknya tega menjual dirinya kepada pria brengsek yang arogan, tidak punya hati dan perasaan itu. Aku pasti sedang mimpi buruk, batin Hanako. Tomoya tidak mungkin tega melakukan ini padaku, tidak, dia pasti dipaksa pria itu. Dengan mengangkat wajah dan menatap Ryoma dingin Hanako berkata, “Kau tidak bisa membodohiku, Tuan Ryoma Otsuka yang terhormat. Tulisan ini di tik. Kau bisa saja mengada-ada untuk menjebakku. Dan tanda tangan itu, kau bisa pasti menirunya. Tanda tangan kakakku terlalu sederhana sehingga anak SD saja bisa menirunya dengan mudah,” sahut Hanako tidak mau menyerah. Wajah tampan Ryoma Otsuka memerah karena marah. Rambutnya yang dicat cokelat tua tampak berkilat di timpa cahaya lampu. Matanya yang berwarna cokelat cerah tampak serasi dengan warna rambutnya. Wajah pria itu bersih. Bibirnya berwarna merah muda dan yang paling menarik adalah gigi gingsulnya yang membuat dia sangat manis sekaligus memesona saat tersenyum. “Seharusnya kau berterima kasih padaku karena aku cukup baik tidak melaporkan kakakmu ke polisi atau menuntutnya serta menyita semua aset yang kau miliki. Lebih buruk lagi, aku tidak melaporkan semua yang Tomohiro kakakmu lakukan kepada kedua orang tuamu di Suzuka, Mie. Jika sampai kedua orang tuamu, Tuan Yabichi Sudo dan Nyonya Hotaru Sudo mengetahui permasalahan ini, aku yakin sekali sakit jantung ayahmu akan kambuh dan mungkin saja ....” Ryoma tidak menyelesaikan kata-katanya. Sebaliknya dia hanya mengangkat bahu dan membuat gerakan samar. Hanako sekarang benar-benar kalah telak. Dia tidak mungkin mengambil risiko mempertahankan keras kepalanya dan mempertaruhkan kesehatan ayahnya. Lagipula, mungkin tidak ada salahnya dia menerima, dan memang dia tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran Ryoma. Dengan begitu, dia tidak hanya akan selamat dari rasa malu karena Yusuke telah mencampakkannya di malam Natal ini dan membatalkan rencana pertunangan mereka. Bahkan, jika dia menikah dengan Ryoma Otsuka, dia juga bisa mempermalukan Yusuke dan keluarganya. Sebab, dalam waktu sekejap saja dia bisa menemukan pengganti lelaki manja itu dan menemukan pria yang sepuluh bahkan seratus kali lipat jauh lebih baik darinya. Sebab dia tidak hanya kaya raya, tapi juga tampan luar biasa. Sempurna. Akhirnya, dengan nada pura-pura jengkel pada dirinya sendiri Hanako berkata, “Baiklah, kau menang. Aku kalah. Sekarang apa maumu?”“Jadi, sudah berapa lama kau berada di sana melihatku?” tanya Hanako ketika dia sudah duduk di dalam Limusin mewah Ryoma tepat di sebelah pria itu.“Aku melihat dan mendengar semuanya,” sahut Ryoma. “Aku juga melihat saat kau bersikap seperti seorang pelacur murahan ketika kau minta dicium si bodoh itu,” sambungnya sinis. Dia melirik Hanako sekilas lalu tersenyum mengejek. “Aku hanya mengatakan apa yang kau katakan. Anggapanmu.”“Ralat. Itu bukan pendapatku. Itu pendapat ibu dan kakak perempuan mantan kekasihku,” sahut Hanako cepat-cepat. “Tapi, jika menurutmu aku begitu, berarti kau harus menerima jika kau punya istri yang mirip pelacur.”Kali ini Ryoma benar-benar tertawa sampai terpingkal-pingkal. “Hanya pria bodoh yang punya pikiran sempit seperti,” dia berkata. “Kau cukup cantik, seksi, dan modis. Kau lebih mirip peraga busana daripada pelacur. Aku bahkan sedikit terkejut saat melihatmu untuk yang pertama kalinya. Kupikir kau tidak lebih cantik dari mantanku. Ternyata aku salah.”
Ryoma Otsuka melirik sekilas dengan ekor matanya ke arah Hanako. Gadis muda yang penuh semangat itu sedang fokus mempelajari perannya. Diam-diam Ryoma tersenyum simpul. Dia akan berterima kasih seumur hidup pada Tomohiro untuk semua kebaikannya. Tidak hanya hutang Tomo yang akan dia anggap lunas, tapi, Ryoma juga akan memberinya modal yang cukup untuk membuka toko kosmetik yang lebih besar lagi. Meski baru beberapa puluh menit bersama Hanako, harus Ryoma akui jika dia cukup tertarik dengan gadis itu. Terutama mata hitam legam gadis itu yang berkilau lembut jika dia sedang dalam suasana hati baik, dan akan seketika berubah tajam menusuk saat dia tersinggung atau marah. Seperti yang Ryoma katakan langsung pada Hanako jika penampilan gadis itu seperti layaknya seorang model. Dia memang memiliki postur tubuh ideal, tinggi, ramping dan berlekuk sempurna. Wajahnya yang halus dan bibirnya yang tipis membuatnya tampak seksi sekali. Saat Ryoma melihat Yusuke menolak Hana yang meminta untuk me
Osaka.25 Desember, pukul 22:20 malam. Takuya Isahara baru saja selesai menyantap makan malam dan sedang menuang sake ke dalam gelasnya saat Haibara Takachi menghampirinya. “Ini belum jam dua belas malam dan kau sudah terlalu mabuk, Takuya. Sebaiknya kau tidak minum lagi. Aku khawatir kau tidak bisa menyetir dan mengantarku pulang,” kata Haibara sambil mengambil paksa botol sake dari tangan Takuya. “Kau sudah berjanji kepada ibuku untuk mengantarku pulang dalam kondisi baik-baik saja.”“Kau tak perlu khawatir, Haibara. Aku pasti akan mengantarmu pulang dan memastikan kau baik-baik saja persis yang aku janjikan pada ibumu. Aku tidak semabuk yang kau pikirkan, Haibara. Berikan botol sakeku. Aku masih ingin minum. Sedikit lagi,” sahut Takuya. “Kau sudah cukup mabuk, Takuya. Aku tidak akan membiarkanmu lebih mabuk lagi dari ini sebelum kau mengantar aku pulang. Ya, sebaiknya kau mengantar aku pulang sekarang. Setelah itu kau bisa melanjutkan minum sake sampai kau puas. Jika kau tidak
Naomi Yushita memijit alisnya. Dia sama sekali tidak dapat berpikir. Segala sesuatunya tampak gelap dan berbahaya.“Kau benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu, Tomohiro. Kau menjual Hanako untuk melunasi hutang-hutangmu? Ya, Tuhan!”Tomohiro mendesah. “Naomi, jangan berkata kasar begitu. Aku tidak menjual Hanako. Sebaliknya, semua ini aku lakukan demi kebaikan Hanako dan untuk menolong Ryoma. Naomi, kau dan aku sama-sama tidak setuju dengan hubungan Hana dengan Yusuke. Ini adalah jalan untuk memisahkan mereka berdua sebelum terlambat,” sahut Tomohiro. Pria bertubuh jangkung dan memiliki wajah oval yang cukup tampan dan kulit putih pucat yang halus. “Tapi, Tomo, aku ragu apakah Ryoma akan berhasil. Hana sangat keras kepala dan dia gadis yang berpegang teguh pada pendiriannya. Aku khawatir jika Ryoma justru mendapat masalah dengan Hanako dan dipermalukan di depan keluarga Sakazaki,” kata Naomi. Gadis berusia dua puluh tiga tahun yang berpenampilan sederhana dan berpotongan rambut pen
“Jadi kau sudah memutuskan hubunganmu dengan gadis nakal itu?”“Benar, Bu. Dan sekarang dia pergi dengan laki-lak lain,” sahut Yusuke murung. Saat Yusuke Sakazaki kembali ke beranda untuk menjemput Hanaku, dengan tidak sengaja dia melihat Hanako sedang berbicara pada seorang laki-laki tampan lalu pergi naik Limosin mewah. Sebenarnya, jauh di dalam lubuk hati terdalam Yusuke, dia masih sangat mencintai Hanako Sudo. Hanya saja dia diancam oleh ibu dan kakak perempuannya untuk meninggalkan Hanako karena jika dia menolak, yang menjadi taruhannya adalah karier dan masa depan Yusuke. Tentu saja, Yusuke tidak berani mengambil risiko dengan bertaruh sangat tinggi. Dia menyetujui kesepakatan itu dan memutuskan Hanako meski berat. Akan tetapi, segala sesuatunya berubah dalam beberapa detik saja saat Yusuke melihat Hanako ternyata sudah memiliki penggantinya begitu cepat. Hanya dalam waktu beberapa menit berselang Yusuke memutuskannya.“Baguslah jika kau sudah memutuskan gadis itu. Dia sama seka
Kyoto. Pukul 23:00 tengah malam. Takaki Yusihada Seino mondar-mandir di kamar kerjanya dengan tangan terlipat di dada dan mata nyalang menatap lantai. Ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, sesuatu yang mengancam Shiseido Company. Suami dari Ayumi Otsuka itu mengerutkan dahi dalam-dalam untuk mengingat kembali segala sesuatunya selama ini. Dua hari yang lalu dia mendapat laporan telah terjadi pencurian digudang pabrik mereka yang di Kyoto. Sekitar tiga puluh kardus besar parfum yang siap dijual hilang tanpa jejak. Yang membuat Takaki kebingungan adalah semua parfum yang dicuri itu adalah yang edisi terbatas hasil kolaborasi dengan seorang ahli parfum Paris. Jumlah totalnya hanya sekitar tiga ribu botol produksi. Tidak hanya itu, hal janggal lainnya adalah petugas penjaga yang bertugas malam itu mengatakan jika mereka berani bersumpah bahwa malam itu semuanya tampak normal, tak ada sesuatu yang mencurigakan. Pintu gudang pabrik pun tampak utuh, tidak terdapat tanda-tanda pembon
Kediaman keluarga Otsuka benar-benar sebuah istana modern. Rumah itu sangat besar, mewah, bergaya minimalis. Begitu turun dari mobil, Hanako langsung terpukau dan tanpa sadar membelalakkan matanya yang bulat dan indah. Terpesona dengan kediaman keluarga Otsuka yang luar biasa di hadapannya. Selama dua sampai tiga detik dia bahkan bergeming dan tak berkedip. Sampai Ryoma meraih lengan Hanako dan dengan lembut menggandengnya. “Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan, bukan, Hana?” tanya Ryoma tanpa menolehkan wajahnya. Hanako menelan ludahnya dengan susah payah. Dengan tergagap dia kemudian menjawab, “Tentu saja. Aku tahu sudah hafal semua skenarionya. Aku hanya ... apakah di dalam ramai orang?” dengan takut Hanako bertanya. “Tidak, tak ada selain keluargaku. Bahkan kakak iparku pun masih berada di Kyoto. Dia baru akan kembali besok pagi. Selain ayah dan ibuku, hanya ada Ayumi, kakak perempuanku. Bukankah aku sudah mengatakan semua itu dengan sangat jelas sekali padamu?” sahut Ryoma
“Aku tidak tahu apa kau sudah kehilangan akal sehatmu atau bagaimana, tapi, benar-benar tidak menyangka jika kau akan membawa gadis miskin itu dan memperkenalkannya sebagai calon istrimu,” kata Ayumi. “Aku akui dia memang cantik, tapi, kau juga harus ingat, Hanako tidak sederajat dengan keluarga kita. Apa yang akan dikatakan semua orang, Ryoma, jika kau menikahi Hanako?”Mereka sedang berada di dapur dan Ayumi langsung pada tujuannya. Ryoma dengan tenang menjawab, “Aku yakin kau tentu tahu jika tidak bersungguh-sungguh menyukai Hanako. Aku hanya memanfaatkan gadis lugu itu untuk satu kepentingan pribadiku.” Ryoma tersenyum misterius.Ayumi menatap marah Ryoma. “Apa maksudmu? Jangan katakan jika kau berencana untuk menjadikan Hanako ....” Ayumi tidak melanjutkan kata-katanya. Dia menelan ludah yang tiba-tiba saja terasa pahit di tenggorokannya sambil menatap Ryoma dengan tatapan yang menyiratkan keresahan hatinya. “Ryoma, aku mohon. Jangan lakukan hal itu. Aku tidak ingin terjadi sesua
Mata Hanako Rin Sudo membulat. “I-ini gaun pengantin yang harus aku kenakan?”“Bagaimana, Hana, apa kau suka?” tanya ibunya.“Ini luar biasa sekali.”Hanako hampir menangis melihat gaun pengantin berwarna putih yang dia desain sendiri dan berharap akan dia kenakan saat dia menikah nanti dengan Yusuke. Sebab, Hanako mendesain gaun pengantin itu sewaktu dia masih memiliki hubungan dengan Yusuke Sakazaki dan Yusuke mengatakan jika dia akan menikahinya nanti. Tapi, sekarang, dia akan mengenakan gaun pengantin itu untuk menikah dengan Ryoma Otsuka. Pria yang tidak pernah dia mimpikan bahkan dia bayangkan pun tidak akan menjadi suaminya. Tapi, meskipun begitu, Ryoma Otsuka mampu membuatnya terharu dan anehnya merasa nyaman. Hal yang sudah hilang saat Hanako menjalin hubungan dengan Yusuke.“Jangan hanya senyum-senyum, Hana. Cepat ganti gaunmu. Kita sudah terlambat. Jangan sampai Tuan Muda menunggu terlalu lama di gereja.”Hanako menganggukkan kepala. “Baik, Ibu.”Cinta. Sejak permulaan wak
Jam di layar ponsel genggam itu menunjukkan pukul tujuh pagi. Takuya Isahara merasa sangat kacau sekali. Dia tidak dapat tidur semalaman. Karena frustrasi dan tidak memiliki tempat untuk berkeluh-kesah, Takuya pun menghabiskan malam dengan minum-minum. Takuya tahu jika pagi hari ini dia ada janji dengan Ryoma Otsuka di taman tak jauh dari menara Tokyo. Takuya awalnya berencana untuk tidak datang saja dan membatalkan janji itu. Entah untuk apa Ryoma Otsuka ingin bertemu, tapi itu pasti bukan sesuatu yang baik sama sekali.Setelah menghabiskan hampir lima botol minuman beralkohol, Takuya yang lemas pun dengan sempoyongan terhuyung ke tempat tidur dari balkon. Takuya mabuk berat dan dia tahu itu. Dia hanya ingin melampiaskan kemarahannya yang bersarang di dalam hati agar dapat bernapas dengan lega dan tidak lagi merasa sesak. Apalagi yang menunggu Takuya Isahara di depan adalah masalah yang lebih besar lagi. Saat Takuya berhasil mencapai tempat tidur dan menjatuhkan diri di atas kasur, t
Pesawat pribadi yang dinaiki oleh Hanako Rin Sudo, Ham dan Ryoma Otsuka mendarat di bandara Haneda sekitar pukul setengah dua pagi. Mereka dijemput oleh Yukimura, sopir yang sebelumnya mengantar Hanako saat dia hendak bertolak ke Kyoto. Namun, kali ini sikap Sota benar-benar lain sama sekali dari yang Hanako ingat. Tentu saja itu pasti karena sekarang mereka bersama dengan Ryoma Otsuka. Dan Sota pun harus benar-benar menjaga sikapnya jika tidak ingin mendapat masalah atau bahkan kehilangan pekerjaan.“Tuan Muda, kita mau ke mana?” tanya Sota saat semua orang sudah Naik.“Langsung ke apartemenku. Nona Hanako biar istirahat di sana saja. Agar begitu perias pengantin datang dapat langsung dirias,” jawab Ryoma Otsuka.“Baik, Tuan Muda.”Selama di dalam perjalanan menuju apartemen Ryoma, Hanako jatuh tertidur di bahu Ryoma di kursi belakang. Pada awalnya Ham dan Sota merasa sedikit cemas jika hal itu akan membuat Ryoma menjadi marah. Tapi, bukan hanya tidak marah, Ryoma Otsuka justru meme
Bagi Takuya Isahara cinta merupakan sebuah ironi. Bagai mana tidak, satu-satunya gadis yang mampu membuat hati Takuya bergetar sekaligus bergairah, adalah juga gadis yang sama yang sebentar lagi akan membawa mimpi buruk ke dalam hidupnya bersama dengan orang yang paling dia benci dan paling ingin dia hancurkan. Ironis sekali memang. Bahwa Takuya mau tidak mau harus menghadapi kenyataan jika orang yang paling dia cintai dan telah lama dia harapkan sekarang menjadi milik dari musuh bebuyutannya sendiri. Takuya menyadari seandainya saja waktu itu dia punya sedikit saja keberanian untuk mengejar cintanya, maka mungkin nasibnya tidak akan seperti ini.Takuya melihat Hanako Rin Sudo untuk pertama kalinya hampir tiga setengah tahun yang lalu sewaktu dia pergi ke Suzuka untuk satu urusan. Takuya langsung terpesona dengan kecantikan Hanako yang seperti orang asing itu, dan dia sama sekali tidak menyangka jika ternyata gadis yang dia taksir itu ternyata adalah adik Tomohiro Yamashita Sudo. Tem
Hanako Rin Sudo duduk termenung di balkon kamar tidurnya dan menatap langit Kyoto yang cerah dengan matahari yang bersinar keemasan. Hanako tersenyum. Langit itu sama persis dengan langit Suzuka kampung halamannya. Berwarna biru muda dengan matahari keemasan dan awan putih tipis hampir transparan.“Bagaimana menurutmu langit Kyoto?” tanya sebuah suara yang sudah tidak asing dari arah belakang.Hanako menoleh tanpa membalikkan badannya. Ryoma Otsuka tampak berjalan ke arahnya dengan tangan terlipat di dada. “Indah sekali, Tuan Muda Ryoma. Persis langit di atas kampung halamanku di Suzuka,” sahut Hanako.“Benarkah?”Hanako menganggukkan kepala pelan. “Tentu saja.” Dia kembali menengadah menatap langit dan kemudian berkata, “Dulu, sewaktu saya kecil, hampir setiap pagi aku selalu pergi ke bukit tak jauh dari rumahku di Suzuka hanya agar dapat melihat langit lebih jelas dan lebih bebas lagi. Langit Suzuka yang berwarna biru muda dengan matahari keemasan dan awan yang hampir transparan yan
Begitu Tomohiro dan Akio sampai di hotel tempat Takuya menginap mereka berdua langsung menuju resepsionis untuk menanyakan di kamar nomor berapa Takuya Isahara menginap. Setelah mengetahui di kamar nomor berapa Takuya menginap dan memastikan kepada resepsionis itu jika Takuya memang berada di kamar tidurnya dan tidak sedang keluar maka Tomohiro dan Akio pun bergegas. Saat mereka berdua hendak masuk ke dalam lift, tiba-tiba saja seorang pria ikut menerobos masuk. Betapa kagetnya Tomohiro dan Akio saat melihat wajah pria itu. Ternyata dia Yusuke Sakazaki. Tidak hanya Tomohiro yang terkejut, Yusuke pun tampak sama terkejutnya.“Kau, sedang apa kau di sini, Yusuke? Jangan katakan jika kau diam-diam mengikuti aku dan Akio,” kata Tomohiro.Yusuke mengerutkan bibir. “Aku sama sekali tak mengerti kenapa kau sejak dulu selalu saja mencurigai aku dan selalu saja berpikiran buruk. Aku datang ke hotel ini karena aku ada urusan dan itu bukan denganmu, tentu saja. Dan bukan juga urusanmu,” sahut Yu
Jika ada orang yang paling tidak ingin Tomohiro Yamashita Sudo temui di dunia ini maka orang itu adalah Takuya Isahara. Bagi Tomohiro Takuya merupakan pecundang paling menyedihkan sekaligus paling menjengkelkan yang pernah dia temui selama hidupnya. Selain Ryoma Otsuka dan dirinya, masih banyak lagi orang lain yang membenci Takuya Isahara. Salah satunya adalah Hanako Rin Sudo, tak lain dan tak bukan adik kandungnya sendiri. Padahal Hanako hanya pernah satu kali bertemu dengan Takuya sewaktu Takuya mengunjungi Tokyo sekitar satu setengah tahun yang lalu. Akan tetapi, Takuya sudah memberikan kesan yang buruk untuk Hanako.Waktu itu, Takuya datang berkunjung ke toko parfum milik Tomohiro. Layaknya musuh di masa lalu yang kembali bertemu setelah sekian lama, Takuya Isahara yang sudah sukses dan popular itu pun kembali membuat ulah. Dia menghina Tomohiro dan merendahkannya.“Aku pikir setelah sekian lama kita tidak bertemu hidupmu sudah berubah menjadi jauh lebih baik lagi, Tomohiro Yamash
Masaki Otsuka dan Ryuchi Otsuka baru selesai makan siang di sebuah restoran Cina dan mereka mengambil tempat privat karena mereka berdua memang ingin membicarakan hal penting dan rahasia.“Aku benar-benar tidak menyangka jika Ryoma Otsuka akan berbuat seperti itu,” kata Ryuchi Otsuka sambil menyesap minumannya dan mengelap ujung mulutnya dengan kain serbet yang telah disiapkan. “Menurutmu, apakah Ryoma tahu tentang persekutuan kita ini, Masaki?”Yang ditanya meletakan gelasnya dan berkata dengan murung. “Entahlah, aku tidak tahu dan tidak dapat memastikan. Tapi, ada kemungkinan memang Ryoma sudah tahu rencana kita ini. Karena, aku merasa Ryoma sepertinya sengaja memancing kemarahan kita dengan dia melanggar aturan perusahaan keluarga yang telah ada selama puluhan tahun dengan memberikan saham Shiseido Company meski hanya sepuluh persen kepada Nona Hanako Rin Sudo dengan alasan yang sama sekali tidak masuk akal.”“Aku juga mempunyai pikiran yang sama denganmu, Masaki. Karena itulah aku
Yusuke Sakazaki melayangkan tinjunya ke atas meja. Dadanya naik turun karena marah. Dia baru saja mendapat kabar dari Takuya jika Nona Ayumi sudah berhasil menjual sahamnya di Shiseido Company kepada Ryoma Otsuka.“Sial! Benar-benar Sial sekali! Padahal aku baru saja ingin memakai kasus Ayumi ini untuk mendesaknya agar mau bersekutu denganku melawan Ryoma. Tapi dia justru sudah mendapatkan uangnya untuk melunasi hutang-hutang itu. Dengan begini rencanaku menjadi gagal total,” geram Yusuke. Tapi yang membuatnya meledak tentu saja bukan masalah itu. Melainkan karena Ryoma Otsuka yang telah merebut Hanako darinya memberikan saham Shiseido Company sebesar sepuluh persen kepada Hanako. Hal ini tentu saja akan menutup jalan Yusuke untuk mendapatkan kembali Hanako Rin Sudo dari cengkeraman tangan Ryoma. Meskipun dia membawa semua bukti yang ada kepada Hanako, kecil kemungkinan Hanako akan mau mendengarnya apalagi kembali kepadanya. Sebab, sekalipun dia sudah tahu kenyataannya, tapi, saham di