“Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan, Ryoma. Kau mengirim Hanako yang seorang amatir ke Kyoto untuk membantu Takaki menyelesaikan masalah kasus pencurian itu? Oh, ya Tuhan ... sepertinya kau memang telah kehilangan akal sehatmu,” sembur Ayumi Otsuka dengan marah saat Ryoma akhirnya menjawab teleponnya. “Dengar, Ryoma. Aku tidak peduli apa dab bagaimana rencanamu itu. Tapi, aku benar-benar tidak suka dengan tindakan yang kau ambil secara sepihak ini. Kau memang orang yang memiliki saham paling tinggi di antara yang lain selain ayah. Tapi, bukan berarti kau bebas mengambil tindakan semaumu. Aku sudah mengatakan padamu jika Takaki pasti akan mengatasi masalah di Kyoto dan akan bertanggung jawab secara penuh. Tapi, kau justru mengirim Hanako Rin Sudo, orang luar dan amatir untuk membantu Takaki. Aku tahu kau pasti sudah memiliki rencana dengan Hanako, tapi, bukan seperti ini caranya, Ryoma. Yang kau lakukan adalah menghina aku dan juga Takaki. Kau menganggap kami b
Takaki baru sekitar kurang lebih tiga puluh lima atau empat puluh menit bertemu dan berkenalan langsung dengan Hanako Rin Sudo dan dia sudah terpesona dengan sikap dan keramahtahamahan gadis itu yang tulus. Takaki sekarang mengerti kenapa Ryoma Otsuka tertarik dengan gadis itu. Selain cantik dan segala apa yang ada di dalam dirinya sangat memesona, Hanako Rin Sudo juga memiliki kepribadian yang luar biasa dan juga cerdas. Jika dijadikan sebagai lawan, maka Hanako adalah gadis yang tangguh dan akan sulit sekali untuk mengalahkannya. Tapi, jika dijadikan kawan, dia akan sangat membantu dan menguntungkan. Dan sepertinya keputusan yang diambil Takaki untuk menjadikan Hanako sebagai kawan adalah tepat. Meski pada awalnya dia merasa sedikit ragu saat pertama kali melihat gadis cantik bertubuh indah dan seksi itu.“Tuan Takaki, setelah apa yang Anda ceritakan kepada saya,” kata Hanako, “saya ingin mendengar bagaimana hipotesis Anda sendiri terkait kasus pencurian ini. Maksud saya, selain An
Setelah Yusuke Sakazaki pulang, Takuya Isahara berkali-kali mengecek ponsel genggamnya berharap ada pesan masuk dari Nona Yuma atau ada panggilan telepon darinya. Tapi, meskipun dia mengecek ponsel genggamnya satu menit sekali, tetap masih belum ada tanda-tanda Nona Yuma menghubunginya atau mengirimkan pesan untuknya. Merasa frustrasi sendiri Takuya akhirnya memutuskan untuk mandi dan mencuci rambutnya agar dia lebih segar dan rileks kembali. Namun, pada saat dia baru saja sampai di ambang pintu kamar mandi dan hendak menutup pintu, tiba-tiba saja ponsel genggam yang dia letakan di atas meja di samping tempat tidur berdering dengan sangat nyaring. Takuya pun berlari untuk mengambilnya. Benar saja, ada panggilan masuk dari nomor baru. Dengan harapan yang meluap-luap, Takuya pun segera menjawab panggilan telepon itu. Akan tetapi, beberapa detik kemudian, saat Takuya mendengar suara yang menjawab di ujung sambungan itu adalah suara seorang pria dan dia sangat familier dengan suara itu, s
“Apa kau bersungguh-sungguh dengan apa yang kau katakan itu, Takagi?”“Tentu saja aku bersungguh-sungguh dengan apa yang aku katakan padamu, Kakak Ipar. Untuk apa aku berbohong? Aku mendengarnya sendiri. Langsung dari mulut Syouchi,” sahut Takagi dengan penuh keyakinan. “Dengar, Kakak Ipar. Syouchi itu tidak sebaik apa yang Kakak Ipar dan semua orang kira. Syouchi busuk dan sangat jahat. Dan, jika Kakak Ipar berpikir di keluarga Otsuka hanya aku satu-satunya orang yang mengalami kesulitan dan masalah dalam keuangan, maka Kakak Ipar salah besar. Selain aku ada satu orang lain lagi yang juga sedang mengalami kesulitan keuangan yang bahkan jauh lebih besar daripada aku. Orang itu adalah Syouchi Otsuka. Ya, Kakak Ipar. Syouchi sedang mengalami masalah keuangan yang sangat serius sekarang. Semua bisnis yang dia banggakan selama ini sedang berada di ujung tanduk, semuanya hampir bangkrut. Aku memang tidak tahu persis bagaimana awal mulanya dan mengapa hal itu bisa terjadi dan aku juga tidak
Hari ini adalah hari yang paling indah untuk Ryoma Otsuka. Dari balkon apartemennya dia dapat melihat langit yang seperti petak biru tak berawan. Matahari yang keemasan, kekal dan abadi, masih berkeliling setiap harinya di jalur putaran yang sama hingga satu tahun berikutnya. Meski siang hari itu cuaca cukup cerah, tapi udara masih cukup dingin. Angin bertiup dengan cukup kencang. Jalanan di sisi dan kanannya berhiaskan gundukan salju berwarna putih bersih yang turun kemarin mala. Jalanan yang tidak ditutupi salju berkilauan tertimpa sinar matahari. Meski udara cukup dingin, namun, itu sama sekali tidak menghalangi orang-orang untuk keluar rumah merayakan Natal bersama saudara dan keluarga yang lainnya. Sambil merundukkan badan menahan dinginnya udara bulan Desember di Jepang yang dapat tiba-tiba turun suhunya tanpa aba-aba, mereka bergegas mempercepat langkahnya. Dari balkon kamar apartemennya, Ryoma Otsuka dapat melihat orang-orang berlalu lalang di jalanan. Mereka menggigil dalam
“Memang kau pikir aku sekeji itu padamu, Yusuke? Jika bukan karena terpaksa aku juga tidak akan mau melakukannya. Aku melakukan ini semua karena aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jika aku menolak, maka bukan hanya aku yang akan berada di dalam bahaya, tapi kau dan ibu juga, Yusuke. Aku melakukan ini semua demi kebaikan kita bersama.”Jawaban dari Hanami itu benar-benar menghancurkan hati Yusuke Sakazaki. Dia seketika jatuh terduduk di atas sofa dan lemas. Ternyata benar dugaan Takuya. Semua ini adalah perbuatan Ryoma Otsuka. Dia menekan dan memaksa Hanami untuk bekerja sama dengannya membuat Yusuke putus hubungan dengan Hanako Rin Sudo. Entah dia mengancam Hanami apa, yang jelas, itu pasti bukan sesuatu yang sederhana dan buruk sekali.“Aku benar-benar tidak menyangka, Hanami. Ternyata kau benar-benar begitu tega sekali padaku. Padahal kau tahu persis jika aku sangat mencintai Hanako dan aku ingin menikahinya. Tapi ... oh, ya Tuhan. Aku benar-benar tidak menyangka kau sekejam itu padaku
Takaki Yusihada Seino merasa jika dirinya saat ini seperti sedang berada di inti pusaran angin topan. Segalanya melayang ke meja Takaki dan membuatnya sulit untuk bernapas.“Tuan Takaki, ada apa? Mengapa Anda tampak murung?” tanya Hanako yang duduk di kursi penumpang depan.“Tidak, Nona Hanako. Saya hanya kelelahan. Ya, saya hanya kelelahan saja,” sahut Takaki yang sedikit terkejut karena dia sama sekali tidak memerhatikan jika Hanako sedang mengamati dirinya dari kaca spion. Gadis itu benar-benar seorang pengamat yang tajam. Takaki harus lebih berhati-hati dengan Hanako. Karena itu dapat mendatangkan masalah baru untuk dirinya. “Takagi, kau yakin jika barang curian itu di simpan di rumah lama adik ipar Yukio yang sudah tidak terpakai?” Takaki mengalihkan topik pembicaraan agar Hanako tidak membahas lebih jauh lagi dan mencari tahu lebih dalam tentang dirinya yang sedang sangat tertekan itu.“Tentu saja, Kakak Ipar. Aku mendengar Syouchi mengatakan itu dengan sangat jelas sekali,”
Setelah menunggu sekian lama dengan hara-harap cemas, akhirnya Takuya dapat bernapas sedikit lebih lega karena Nona Yuma yang dia tunggu-tunggu menelepon juga.“Tuan Takuya Isahara, apakah Anda sudah berada di Tokyo sekarang?” tanya Nona Yuma.“Ya, Nona Yuma. Saya sudah berada di Tokyo sekarang. Menunggu kabar dari Anda. Jadi bagaimana, kapan kita bisa bertemu untuk berbicara?” sahut Takuya tidak ingin membuang-buang waktu.“Dua puluh lima menit lagi temui saya di restoran Sakuraba. Saya akan tiba di sana kurang lebih dua puluh lima menit lagi.”Panggilan telepon itu ditutup bahkan sebelum Takuya sempat mengatakan sepatah kata pun.“Dasar perempuan,” gerutu Takuya sambil menatap layar ponsel genggamnya dengan sebal.Restoran Sakuraba adalah sebuah restoran yang menyajikan hidangan laut segar yang letaknya tidak terlalu jauh dari hotel tempat Takuya menginap. Restoran itu memang bukan sebuah restoran mewah berbintang. Bahkan lebih tepat disebut kedai daripada restoran. Karena memang te